04. Nana

4.3K 346 22
                                    





Nana dan Sam berjalan melewati koridor sekolah, seperti biasa Sam akan mengantar Nana sampai depan kelasnya.

Setelah sampai, Sam yang berniat berbalik menuju kelasnya terhenti kala tangan Nana menarik ujung jaket nya.

"Kenapa, Na?" Tanya Sam, sementara Nana malah senyum-senyum gak jelas.

"Emm makasih ya kak"

"Buat apa Na? kakak gak lagi ngasih apa-apa buat kamu"

"Buat kemarin Kakak gak ngasih tau papa yang sebenernya, makasih banyak-banyak pokoknya" Ujar Nana dengan semangatnya

"Ah itu, Sama-sama Na. Tapi itu untuk yang terakhir kakak bohong soal kamu main basket ke papa, kamu paham kan maksud kakak?"

Seketika raut wajah Nana tertekuk, apa itu artinya ia tak bisa lagi bermain basket? Ah menyebalkan sekali.

"Yaudah sekarang masuk, bentar lagi bell. Kakak ke kelas ya"

Nana mengangguk, kemudian memasuki kelasnya dengan wajah asem.

"Ini masih pagi, muka udah di tekuk aja Na?" Kata Hasan yang baru masuk, kemudian duduk di samping Nana.

"Jangan ajak aku ngomong dulu san, aku lagi ga mood"

"Ah, baiklah. Kalo gitu Lo udah buat pr mtk belum Na?"

Aish, Hasan ini menyebalkan sekali. Dengan terpaksa Nana mengangguk samar, "Wah liat dong Na... Semalem aku ga sempet ngerjain" ucap Hasan

Sabar Na, masih pagi gabaik juga kalo marah-marah.
Nana mengambil buku tugas mtk nya, yang dengan senang hati di terima Hasan.
Hasan dengan cepat kilat menyalin jawaban yang ada di buku Nana, bodo amat sama tulisan ceker ayam. Yang penting kelar aja dulu.


Nana sedang makan di kantin bersama Hasan, padahal kakak nya sudah memberi pesan agar menunggunya. Tapi Nana masih kesel, jadi terobos ajalah.

Hasan lagi makan bakso sama es jeruknya, perpaduan makanan enak. Beda sama Nana, dia makan sanwich tanpa daging atau sosis—yang ada malah tomat, timun, dan selada doang. Kalo di bilang bosen, Ya bosen banget.

Tapi mama nya udah repot bikinin bekel buat dia masa gak dimakan.

"Na, itwu kwakak Lwo" kata Hasan dengan mulut penuh baksonya.

Nana memutar matanya malas, "Telen dulu san"

Samuel menghampiri Nana, ia duduk di samping adiknya "Kakak kan bilang, suruh tungguin kakak"

"Aku laper kak, kalo nungguin kakak kelamaan"

Sam melihat ke arah meja yang terdapat bekal adiknya, ini yang namanya laper. Satu potong sanwich aja masih sisa setengah.

"Katanya laper, terus kenapa itu gak di makan heum?" Tanya Sam, "Makan Na, terus minum obatnya" bisik Samuel

Dengan malas Nana mengambil sisa sanwich tadi, memasukkan nya sekaligus kemulutnya.

"Udah kan?" Tanya nya dengan nada kesal pada Sam

Sam terkekeh, mengacak gemas rambut Nana "ngambek gara-gara tadi pagi?"

Sepeka itu Sam pada Nana, harusnya Nana bersyukur kan memiliki kakak seperti Sam.
Nana mengangguk, dengan mulut masih mengunyah makanan nya.

"Tapi ini demi kebaikan kamu dek" ujar Sam, Hasan mendengar nya terkesan ambigu

"Kebaikan apa?" Tanya Hasan

The Brother: GamalielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang