Part 14🍦

5 1 0
                                    

Happy Reading 📖

"Ketika diri belum mampu memantaskan, mendoakan adalah cara terbaik untuk berjuang tanpa harus kehilangan."

-Gama fienza gemilang-

🍦🍦🍦


Hari yang di tunggu Gama pun telah tiba, hari di mana ia menjelaskan semua kepada teman-temannya, terutama Bilqies seorang yang sudah membuat dirinya merasa takut akan kehilangan.

Di lain tempat Tama sedang menerima telepon dari Gresta, bahwa Gresta tidak bisa datang ketempat yang akan menjadi saksi pengungkapan Gama.

Tama tampak kesal karna Gresta akan pergi ke Amsterdam dalam waktu satu minggu, dengan alasan yang belum sempat ia jelaskan kepada Tama mengapa ia harus pergi ke Amsterdam.

"Yaelah!, ada aja  masalah yang nimpa gue, aaargh!" erang Tama yang nampak frustasi, mengapa dia harus di bawa-bawa, Tama takut jika ini akan menjadi masalah yang panjang dan rumit.

"Kenapa sih lo, Tam?" tanya seorang lelaki yang memasuki kamar Tama.

"Gresta nggak bisa dateng buat malem ini, dia harus pergi ke Amsterdam, dia udah berangkat dari tadi siang," jelas Tama kepada Gama.

"Gimana klo gue gantiin Lo selama seminggu di sekolah, gue juga nggak bego-bego amat masalah pelajaran, jugaan gue homeschooling pasti ngerti lha dikit-dikit pelajaran sekolah lo,"  tawar Gama.

"Biar apa coba?" tanya Tama yang bingung mengapa Gama mengajaknya tukar-tukeran yang tidak jelas seperti ini.

"Ya biar Bilqies nggk curiga lah, sementara sifat gue sama Lo itu agak bertolakbelakang, Lo lebih friendly, sedangkan gue orangnya agak nggak suka basa-basi, gimana? biar gue ada waktu juga buat ngerasain indahnya sejoli yang lagi kasmerun sama cewek yang buat gue jatuh cinta buat pertama kalinya, boleh ya ... plisss, pokoknya harus boleh," mohon Gama setelah mengoceh panjang lebar.

"Oke ... Oke lo boleh deh, tapi klo masalah pelajaran biar gue aja, tapi waktu jam istirahat Lo yang gantiin gue, gimana? tenang aja lo bakal gue taro di tempat yang aman, mau nggak? lumayan loh, daripada diem aja di rumah cuma bikin beban keluarga, klo gue sih serah lo-nya aja," cerca Tama.

"Boleh juga, deal ya,"

Kedua kakak adik itu saling berjabat tangan dengan kesepakatan yang telah mereka buat untuk waktu seminggu ini.

Keesokan harinya Tama dan Gama bersiap untuk berangkat menuju ke sekolah, mereka sudah mengatur strategi memasuki sekolah.

Ini juga pertama kalinya mereka bisa berangkat bersama dalam satu mobil, namun Tama akan menurunkan Gama di pinggir jalan, agak orang-orang tidak terlalu curiga kepada mereka.

Saat Gama sedang berjalan menunduk ada seseorang yang memanggilnya dari arah, ternyata dia Bilqies, dengan senang hati ia tersenyum kepada Bilqies dan melambaikan tangannya agar Bilqies mendekat kepada-nya.

"Duh, mampus gue, kan Tama udah di kelas alesan apa gue ini," gumam Gama menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Saat Bilqies sampai di depan Gama, Gama langsung menggandeng tangan Bilqies.

Deg!

"Adu mamae tangan cecan akhirnya di gandeng, demi apa sih twing," batin Bilqies dalam hati bersorak riang.

Ada yang mengganjal di hati Bilqies, ia baru ingat bahwa di berangkat ke sekolah menggunakan mobil, seketika Bilqies berhenti dan melepaskan gandengannya pada Gama.

"Loh kok di lepas kenapa?" tanya Gama.

"Em Gama, gue lupa kalo gue itu bawa mobil, kita puter balik ya he ... he ... he ...," ucap Bilqies cengengesan.

Gama hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah Bilqies yang bisa-bisanya lupa dengan kendaraannya.

"Gimana kalo kita bolos aja mau nggak? Sekali-kali gitu qies mau nggak?" tanya Gama.

Bagi Bilqies ini adalah tawaran yang sangat menggiurkan, lagipula ia males dengan mata pelajaran hari ini karena matematika bertemu mapel fisika,dan sejarah, pelajaran yang membolehkan baginya.

🍦🍦🍦

"Kak, mama pulangnya kapan cih?" tanya bocah yang berumur lima tahun.

"Gue juga nggak tau, kan mama masih bikin adek lagi buat Lo," ujar sang kakak yang tak lepas pandangan dari handphonen ya.

"Dih doyan bener bikin anak, gue aja masih bocil, mau bikin bocil lagi, nambah rame nih rumah, nggak sekalian bikin anak sebelas biar bisa main bola," celoteh bocah itu.

"Jebol ntar govlok,"

Mereka adalah Virga dan sang adiknya yang sedang menuju perjalanan pulang kerumahnya bersama sang sopir yang sudah 10 tahun bekerja di rumah Virga.

"Ntar kan kakak mau kerumah temen Lo gue ajak tapi jangan nakal ya, ada gebetan gue juga ikut soalnya,"

"Ah mantap papale papale biar te-pe te-pe nih gue Ama cecan,"

"Di sok cakep Lo, jijik gue dengernya,"

"Emang gue cakep, Lo jelek karna lo anak pungut,"

"Anak siapa sih Lo," kesal Virga bisa-bisanya Aksa bicara seperti itu padanya.

Kini Virga dan Aksa sudah berada di rumah Tama, ada teman-teman yang lainnya juga ikut berkumpul di rumah Tama, katanya sih pingin ngumpul bareng aja gitu sih.

Aksa merasa di kacangin oleh kakak dan teman-temannya, ia memutuskan membuka sebuah aplikasi yang banyak di minati oleh dunia.

"Kakak-kakak mau ikutan nggak aku mau ngonten nih," ujar Aksa dengan suara imutnya.

"Ngonten apa nih Sa?" tanya salah satu teman Virga.

"Tiktok dong daripada di kacangin Ama lo-lo pada,"

"Wih bocil jaman sekarang mah udah pada ngeksis ya, lah gue waktu umur segitu masih main engklek, lompat tali, petak umpet, dakon, pokoknya masih asri deh," ucap teman perempuan yang duduk di sebelah Virga.

"Ayok dong ikuta bikin Te-Te, kita pake sound yang gini nih liriknya 'pliss coabin jatah mantannya cin, sayang-sayangan, anget-anget lumayan,' nah itu sebagian liriknya kakak-kakak,"

"Kuy gaskuen, anget-anget lumayan,"

Semua bercanda-tawa sampai tak terasa matahari mau terbenam, untuk saja Tama sudah mengirimkan pesan kepada Gama agar pulangnya setelah teman-teman Tama pulang.

____________________________________



Jangan lupa follow akun kami

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GresTama (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang