part 10🍃

6 2 0
                                    

Happy reading 📖

"Rasa ini harus segera hilang, pergi jauh melayang, agar hati ini bisa merasa lebih tenang."

-Virga Damara-

🍃🍃🍃

Hari ini Gresta lagi-lagi sedang tidak ada kerjaan apapun, ia bingung mau pergi kemana semua orang sibuk dengan urusan masing-masing.

"Gresta! Gress!" panggil Estu sedikit berteriak.

"Ada apa sih kak?" tanya Gresta.

"Makanan di kulkas kan abis, lo mau nggak klo pergi ke minimarket deket taman itu yang depan komplek," tawar Estu.

"Nah pas banget tuh tawarannya, tapi gue ganti dulu ya kak," ucap Gresta.

"Hm, ini uangnya satu setengah juta, gue pergi dulu mau jemput ibu negara, biasalah anak muda jaman sekarang, gak kek lo udah jomblo, burik, dekil, jones, idul pula, mati aja lo," sindir Estu yang mengejek adiknya.

"Indah pada waktunya, makasih sarannya, dan satu lagi ngaca kalo ngomong,dasar ESTUNTUNG YANG BIBIRNYA MUNYUNG KEK IKAN DUYUNG KECEMPLUNG TEPUNG DIGORENG MEKROK KEK PAYUNG!" teriak Gresta yang berada depan kamar, karena takut kena amukannya Gresta langsung melarikan dirinya masuk kedalam kamar.

Gresta pergi menuju minimarket, tiba-tiba ia ingin membeli es krim langganannya di dekat taman, karena sudah beberapa hari mamang yang berjualan tutup untuk pulang kampung.

Saat ingin menuju lapak es krim Gresta melihat seseorang yang sangat familiar baginya, rasa kepo terus berbisik agar Gresta menguping pembicaraan mereka.

"Gue harus pasang kuping biar ga salah denger," gumam Gresta di balik pohon taman.

Saat sudah menyiapkan kuping untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan, tiba-tiba hati Gresta terasa sesak dan seperti tersambar petir.

"Gue ga bisa terima lo Vir," ucap Bilqies.

"Kenapa apa nggak cukup selama tiga bulan ini kita kemana-mana bareng, bahkan gue sampe baper dan yakin bahwa lo juga ada rasa sama gue, ternyata gue salah," tutur Virga yang tampak frustasi.

"Bukannya gitu Vir, gue udah ada orang lain di hati, dan itu sahabat lo," celetuk Bilqies yang keceplosan langsung menutup mulutnya.

"Bentar,bentar berarti lo suka suka sama Tama?" tanya Virga sedikit kesal mengapa seseorang yang ia suka selesai saj lebih memilih sahabatnya.

"Ummm ... iya gue suka sama dia sejak pertama kali gue liat dia, dan gue masih bingung kalo Tama sebenernya itu ada dua apa cuma perasaan gue yang halu,"

"Lo halu kali, dari dulu gue sahabatan ama dia,dia nggak pernah cerita klo dia kembar, klo dia kembar pasti kembarannya juga sekolah satu sekolah sama kita," tutur Virga, ia harus bisa menahan rasa sakit ini agar tidak membludak di tempat yang tidak tepat.

"Oh ya gue di kasih no nya dia juga kok,lo pasti punya kan? coba ini nomer handphone Tama apa bukan,"

Saat Virga melihat ternyata itu nomer Tama, hati Virga sudah tidak kuat lagi jika harus seperti ini, lebih baik ia menghindar, mungkin ada hal terbaik lainnya.

"Bener, ini nomer Tama, tapi kenapa lo namain Gama?" tanya Virga.

"Gapapa, makasih udah kasih tau, kita bisa jadi sahabat kok, pacaran bisa putus, dan klo udah putus pasti canggung, jadi gue harap lo bisa ngertiin gue," jelas Bilqies.

"Oke, gue pamit," pamit Virga dingin.

Dan seseorang yang sedang di balik pohon merasakan hal aneh pada hatinya, saat ia mulai ada rasa kepada lelaki itu, mengapa sahabatnya juga merasakan hal yang sama.

Gresta pergi berlari menuju rumahnya, mencari tempat yang ternyaman untuk menangisi perasaannya ini.

Kakak-kakak Gresta menatapnya bingung, tadi Estu meminta Gresta untuk beli keperluan dapur di supermarket, tapi kenapa yang ia bawa pulang air mata.

"Kak Es gue samperin Gresta dulu ya," ujar Gras.

"Jangan dulu, dia butuh waktu sendiri, ntar aja klo mau kepo, kita tunda dulu kekepoan kita oke,"

"Oke, yaudah klo gitu gue ke kamar dulu," pamit Gras.

🍃🍃🍃

Mama Tama menyiapkan sarapan pagi untuk sang suami dan anak kesayangannya.

Tama duduk di samping sang mama, ada hal yang ingin ia bicarakan, namun ia sedikit ragu, Tama menarik nafasnya untuk memulai pembicaraan.

"Ma, Tama takut kalo dia kenapa-kenapa, Tama trauma ma, dulu adik perempuan Tama yang hilang entah kemana, dan sekarang ... ma aku gamau ma," ucap Tama.

"Mama juga gitu Tam, udah sekarang kita doa yang terbaik aja, tuh papa udah turun,"

Sarapan dilakukan secara khidmat, Tama berangkat menggunakan motor sport merah kebanggaannya.

Si manis merah, Tama parkirkan di tempat yang biasanya, tak sengaja mata Tama melihat Gresta sedang berjalan bersama Gras kakak kelas yang cukup famous.

"Kenapa sih selalu barengan mulu, kapan bareng gue Ta," gumam Tama.

"Eh ada sih ganteng, aku kangen tau udah lama kita nggak ketemu sayang," ucap Michael yang tiba-tiba datang seperti jalangkung.

"Lebay lo," sinis Tama yang jalan mendahului Michael.

"Ih kok lebay sih sayang, kenapa setiap ketemu kamu selalu cuek, sinis, dan pasang muka ga suka gitu?" tanya Michael manja.

"Pingin tau?" ucap Tama bertanya balik.

Michael mengangguk antusias.

"Muka lo itu kek sampah masyarakat!"

"Terus apa yang harus aku lakuin?"

"Mati aja lo,"

"Kok gitu sih,"

"Bacod" singkat Tama.

Tama pergi melenggang, jika ia terus-terusan meladeni Michael bisa gila dia.

Sudah tiga hari ini Tama merasakan ada hal yang berbeda pada Virga, ia lebih cuek, padahal biasanya mulutnya seperti bebek.

"Ngapain lo Vir?" tanya Tama basa-basi.

"Buta mata lo?"

"PMS lo ya?"

"Ga ngotak," sinis Virga.

__________________________________

TBC

Happy reading 📖

Vote + comment + share

By ; faude_

GresTama (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang