Menginap?

55 6 0
                                    

"Hallo Kak? Aku ada di rumah teman." Sae sedang menerima telepon dari Rei. Dia berdiri agak jauh dari Shiho. "Aku tidak akan menginap."

Shiho berusaha untuk tidak mendengarkan percakapan pribadi itu, namun Sae berbicara dengan suara kencang jadi mau tidak mau terdengar. "Kenapa dia kesal seperti itu?" Pikirnya. "Padahal bisa saja dia berbisik."

Wajah Sae terlihat merah, dia mengusap wajahnya lalu duduk di samping Shiho.

"Ada apa?" Tanya Shiho.

"Kakak sedang mengadakan pertemuan dengan teman-temannya dan aku di minta untuk tidak pulang malam ini. Yang benar saja, kenapa dia dengan mudah melepas adiknya?"

Shiho mengerutkan dahinya. "Apa perempuan itu ada?"

"Ada banyak permpuan, maksud mu siapa?"

"Yang kamu lukis?"

"O. Sharon. Jelas, dia kan satu tempat kerja dengan kakak." Jawab Sae. "Aku lapar, kamu ada makanan ga? Apa kita harus masak?"

Shiho terdiam. "Kakak nya pun satu tempat kerja dengannya." Pikirnya. "Bisa jadi dia pun terlibat."

Sae menjentikkan jarinya di depan wajah Shiho. "Woi."

"Huh?"

"A-ku la-par." Sae mengeja perkata.

Shiho mengangguk. "Ya, aku akan masak ramen untuk mu."

"Shiho, aku tidak makan ramen."

Shiho terdiam sejenak.

"Aku tidak suka mie."

"Tapi di sini hanya ada ramen, apa kita pesan makanan saja?" Shiho mengambil ponselnya.

"Em, tidak apa deh. Aku makan ramen saja." Sae mendekati Shiho lalu mengambil ramen instannya. "Sesekali tidak apa."

"Kalau kamu tidak suka jangan di paksa." Shiho merampas bungkus ramen dari Sae.

"Aku bilang tidak apa." Sae menarik dengan kekuatannya, lupa jika dia adalah lelaki dan Shiho wanita.

Shiho kehilangan keseimbangan lalu dia pun terjatuh. "A..."

Terkejut, Sae pun mendekati Shiho. "Apa ada yang luka?" Dia memperhatikan kaki dan lengan Shiho. "Apa kepalamu terbentur?" Ia pun memeriksa kepala.

Shiho merasa tidak nyaman dengan sikap dari Sae. "Tidak apa-apa." Jawabnya. Mencoba untuk berdiri namun terjatuh lagi. "A..."

"Sakit? Mana yang sakit?" Sae tanpa pikir panjang dia menggendong tubuh Shiho lalu memindahkannya ke sofa. "Ini?" Dia menyentuh telapak kaki Shiho."

Shiho menggelengkan kepalanya.

"Tahan ya, aku pijit sebentar." Sae memijit kaki Shiho.

"Sae, udah.... sakit..." Teriak Shiho.

"Se... sebentar." Sae mempraktekkan apa yang di ajarkan Sharon ketika mengalami kaki terkilir, pijitan yang terasa menyakitkan itu yang bisa menyembuhkan. "Sudah enakan?"

Shiho terbaring di sofa karena menahan rasa sakit. "Sudah tidak sakit lagi. Maaf."

"Aku yang harusnya minta maaf." Sae mendekati Shiho. "Apa besok kamu ijin saja. Jangan sekolah dulu, aku temani."

"Itu sih mau kamu." Shiho meledek.

"Ah, jadi tidak lapar lagi deh." Sae duduk di lantai.

"Terimakasih ya Sae."

Sae mengangguk. "Ah, aku yang salah."

Shiho mengelus kepala Sae. "Sama saja."

"Aku akan menginap di sini. Aku juga tidak bisa pulang ke rumah malam ini. Ah, ada apa sih denganku."

"Sae, aku tidak apa-apa. Kalau mau menginap juga boleh tapi kamu tidur di sofa tidak apa kan? Kamarnya hanya ada satu."

"Tentu saja."

Shiho masuk ke kamarnya lalu membawakan selimut dan bantal untuk Sae.

Sae segera menerima selimut dan bantalnya. "Duduk dulu." Katanya.

Shiho mengikuti permintaan Sae.

Dengan lembut Sae memijat kaki Shiho. "Apa masih sakit?"

Sekuat tenaga Shiho menahan sakit nya. Namun tetap terlihat oleh Sae.

"Maafkan aku ya."

Shiho menggelengkan kepalanya. "Mau berapa kali kamu mau minta maaf?"

Sae akhirnya tersenyum. "Baiklah. Aku akan buatkan mie instan." Dia segera menuju dapur.

Tak berapa lama dua mangkuk mie pun di hidangkan. Shiho dan Sae duduk di ruang tengah sambil menyantap makanan nya.

"Maaf ya, hanya ada mie instan di sini." Shiho membuka obrolan.

"No problem." Sae menyeruput kuah mie nya. "Aku bukan nya gak suka mie. Hanya saja itu ... Tidak baik untuk di makan."

Shiho mendengar penjelasan Sae. "Ya, memang tidak sehat." Katanya.





Blue RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang