pria tidak menyenangkan

109 7 4
                                    

Shiho mendorong tubuh Sae. "Aku tidak ingin terlibat hubungan romantis denganmu." Katanya sinis.

Sae terdorong ke belakang. "Cih..."

"Kamu mau kemana lagi? Aku sudah selesai disini." Kata Shiho setelah mereka keluar dari toko buku. "Kalau gak ada jawaban aku akan pulang saja."

Sae menahan Shiho. "Jangan dulu dong."

"Terus kita mau kemana?"

Sae melihat jam tangannya. "Bagaimana kalau kita nonton di bioskop?" Tanyanya.

Shiho menggelengkan kepalanya. "Aku tidak suka."

"Hanya itu yang terpikirkan." Sae melihat sekitarnya. "Ya udah, kita muter-muter di sini aja. Udah lama juga gak ke sini."

Shiho tidak bisa menolaknya lagi. "Baiklah."

Mereka pun masuk ke salah satu mall dekat sana. Berkeliling tanpa arah.

"Wah, ini permainan baru." Kata Sae. "Ayo main ini dulu." Sae menarik tangan Shiho ke sebuah tempat permainan.

Shiho terkejut karena Sae menariknya tiba-tiba.

Sae memasukkan koin ke sebuah permainan basket.

"Ini bukannya udah ada lama ya?" Tanya Shiho.

Sae menggelengkan kepalanya. "Gak tuh, ini baru." Jawab nya sambil mengambil bola lalu memasukannya ke dalam keranjang. "Lihat keranjang itu bergerak."

Shiho tidak mengerti, dia pun memperhatikan Sae. Terlihat Sae berkali-kali memasukkan bola itu tepat masuk ke dalam keranjang. "Wajahnya senang seperti anak kecil saja." Shiho bergumam.

"Yeay, masuk." Sae senang melihat nilainya hampir sempurna. "Shiho lihat-lihat, nilaiku." Sae menarik tangan Shiho. "Eh, ada apa?"

Wajah Shiho berubah pucat.

"Kamu kenapa?" Sae memegang pundak Shiho. "Kamu abis lihat apa sih?" Sae melihat sekelilingnya.

"Tidak. Bisakah kita pergi dari sini?"

"Ya, tapi ada apa?"

Shiho terus berkata. "Pergi dari sini."

"Oke." Sae merasakan Shiho memegang erat jaketnya. "Ada apa sih?" Pikirnya.

Setelah keluar dari mall Sae mulai bertanya kembali. "Ada apa?"

Shiho tidak bisa diam lagi, dia pun menjawab. "Sejak aku pindah ke sini, aku merasa sedang di intai."

"Stalker?"

Shiho mengangguk tidak yakin. "Mungkin."

"Dia mengganggumu tidak?"

"Sampai sekarang sih gak." Jawab Shiho. "Aku merasa dia hanya memperhatikan saja."

"Ya sudah, ayo kita pulang." Ajak Sae.

"Katanya kamu mau seharian bersamaku. Jadi diam di rumah ku dulu ya sampai aku tenang." Pintanya.

Sae bingung namun dia mengangguk setuju.

Di depan sebuah gedung.

"Ah, ini apartement?"

"Ya, aku pindah ke sini. Karena aku tinggal sendiri." Jawab Shiho.

Mereka masuk ke dalam unit apartemen Shiho.

"Jangan bilang siapapun aku tinggal di sini, aku tidak suka di kunjungi."

"Baiklah." Sae pun masuk ke dalam kediaman Shiho.

Terlihat semua dinding berwarna putih bersih dan tak nampak hiasan dinding. "Kamu merawatnya dengan baik."

"Aku tidak suka banyak perabotan jadi aku memintanya sangat minimalis." Shiho membuka kulkas nya. "Mau minum apa?"

"Orange jus ada?"

"Duduk sana." Titah Shiho.

Sae pun duduk sambil memperhatikan kediaman Shiho. "Kamu memasang CCTV juga. Apa segitu parnonya?"

"Aku hanya merasa tidak aman." Jawab Shiho seraya memberikan segelas jus. "Ini."

"Terimakasih." Sae pun menerimanya. "Apa kamu tau siapa lelaki itu?"

"Lelaki? Apa aku bilang yang mengikutiku adalah lelaki?"

Sae menggelengkan kepalanya. "Aku lupa. Tapi seorang pria berpakaian hitam melihat kepergian kita di makam dan pria itu ada lagi di sekitar mall. Jadi mungkin itu yang kau maksud."

"Ya, mungkin dia." Jawab Shiho. "Membayangkan nya saja sudah membuatku merinding."

"Kalau kamu terus takut, apa perlu aku menginap di sini?"

Shiho menepak dahi Sae. "Apa yang kamu pikirkan?"

Sae mengelus dahinya. "Hei, jangan lakukan itu lagi. Nanti aku bisa bodoh karena luka dalam dikepalaku."

Shiho tertawa. "Kamu sudah bodoh, jadi jangan khawatirkan itu."

Sae ikut tertawa karena melihat Shiho tertawa.

Blue RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang