Hari minggu.
Sae pergi pagi itu. Dia menaikin bus untuk bertemu dengan Shiho. Dia sudah berjanji untuk mengantar Shiho ke makam kakaknya.
Di depan toko bunga Shiho berdiri sambil memegang sebuket bunga di tangannya.
"Maaf aku terlambat." Kata Sae saat Dia menghampiri Shiho.
Shiho tersenyum. "Tidak apa."
Sesampainya di pemakaman.
Shiho berlutut di depan nisan Kakaknya. Memejamkan mata untuk beberapa saat.
Sae berdiri agak jauh, Dia menghormati privasi Shiho. Sesekali Dia melihat Shiho yang masih berlutut di depan nisan kakaknya. Rasa kasihan tersirat dari wajahnya namun Sae menampar pipinya sendiri. "Jangan bermuka sedih, nanti Shiho juga sedih." gumamnya.
"Sae." Shiho memanggil Sae member tanda agar dia berlutut di sampingnya.
Sae pun mengikuti titah Shiho.
"Kakak, aku ke sini bersama Sae. Kakak ingat kan Sae, bocah yang itu." Shiho tersenyum.
"Hei, jangan katakan yang tidak-tidak." Sae tersenyum dihadapan nisan Akemi. "Kakak, hari ini aku mengantar Shiho lagi." lalu dia meneruskan. "Shiho jadi pendiam mungkin karena kepergianmu, tapi aku janji akan membuatnya tersenyum lagi."
Shiho terdiam.
"Tuh kan dia diam lagi." Sae seolah sedang berbisik kepada nisan Akemi. "Kak, aku janji loh."
Shiho tersenyum sebentar. "Jangan berjanji jika nantinya kamu tidak bisa tepati."
"Aku janji kok. GAK KAYAK AUTHOR INI. INI CERITA KITA UDAH DUA TAHUN LEBIH LOH NGANGGUR. GAK ADA KELANJUTANNYA. GIMANA SEEEEHH!!!!???"
(AUTHOR : "Mohon maaf sedalam-dalamnya kepada para pembaca dan juga kepada Sae dan Shiho yang kisah nya di gantung. Author janji akan menyelesaikan kisah ini dengan baik. Mohon maaf sekali lagi.")
Shiho menepak kepala Sae. "Kamu bicara sama siapa sih?"
Sae yang menerima pukulan terkejut. "Sakit Shiho."
"Abis kamu bicara sendiri." Shiho bengkit berdiri lalu meninggalkan Shiho.
"Aku sedang berdoa supaya kisah kita bisa berjalan mulus." Sae berlari mendekati Shiho.
"Terserah apa katamu." Jawab Shiho.
Di parkiran.
"Kita mau langsung pulang?" Tanya Sae.
"Hm..."
"Hari ini cerah, sayang sekali kalau langsung pulang. Temani aku seharian ini saja ya, aku tidak mau pulang hari ini." Pinta Sae.
Shiho terdiam sejenak.
"Ayolah." Pinta Sae.
"Baiklah. Tapi sebelum itu antar aku ke toko buku ya." Shiho berkata sambil sesekali membenarkan rambutnya karena tertiup angin.
Sae terpesona dengan apa yang di lakukan Shiho. Dia pun menggelengkan kepalanya. "Astaga. Jangan seperti ini." Pikirnya. "Ayo, ini pakai helm nya." Katanya.
Shiho menerima helm itu lalu dia pun duduk di belakang Sae. "Jangan ngebut kayak tadi ya, aku takut." Pintanya.
"Ok Nyonya."
Shiho mencubit pinggang Sae. "Siapa yang kau panggil Nyonya?"
"Aaaa... Maaf."
Sae menyalakan motornya lalu dia melaju dengan pelan seperti permintaan Shiho. Di dalam perjalanan sesekali Sae melihat wajah Shiho dari kaca spion motornya. "Kenapa wajahnya selalu seperti itu." Pikirnya.
Sesampainya di toko buku.
"Kenapa kita ke sini? Sungguh membuatku lemas saja." Kata Sae.
"Kita sudah mau ujian, aku banyak tertinggal jadi harus belajar lebih dalam lagi."
"Hei, jangan merendah di atas bukit. Nilaimu semua bagus, untuk apa belajar lagi?" Sae kesal karena perkataan Shiho.
"Ya, kamu juga nilai nya bagus kan? Asal fokus saja." Shiho memilih sebuah buku lalu memasukkannya ke dalam keranjang. "Kamu hanya hilang fokus."
"Benarkah?"
"Ya, aku lihat..."
"E... kamu melihatku?" Sae mendekatkan dirinya kepada Shiho. "Diam-diam kamu jadi fans ku ya?"
Wajah Sae terlalu dekat, Shiho hendak menjauh namun ada rak buku di belakangnya. Sae semakin mendekat.
"Apa kamu malu?" Tanya Sae.
Mereka berpandangan cukup lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Rose
RandomKisah rumit sebuah hubungan, seperti benang kusut yang sulit di urai. Menampilkan sosok berwajah dua yang menyeramkan namun tetap di pandang sebagai Mawar Merah padahal dia memiliki warna lain.