Pekerjaan Rei

49 4 0
                                    

Sementara Sae menginap di apartemen Shiho. Rei sedang mengadakan rapat kecil di rumahnya.

"Aku tidak suka rapat di sini." Rei berkali-kali mengeluhkan hal yang sama.

Sharon mengerti, dia mengelus lengan Rei. "Hanya malam ini saja."

Wajah Rei masih terlihat kesal.

"Lagipula mereka akan segera pergi." Sharon berbisik lalu mengecup pipi Rei.

Rei dan Sharon ada di ruang kerja Rei saat itu. Dengan lembut Rei menarik pinggang Sharon lalu memeluknya erat. "Sebagai gantinya kamu harus melayaniku." Bisik Rei.

Sharon tersenyum lalu mereka pun berciuman.

"Knock knock..."

Rei tidak ingin memperdulikan ketukan pintu itu, dia terus mencium bibir Sharon.

Sharon menahannya, dia mendorong tubuh Rei. "Rei..."

Suara Sharon yang bergetar malah membuat Rei semakin membara. Dia membuka kancing blouse Sharon lalu mengecupnya dengan beringas.

"Rei!" Sharon menangkup wajah Rei. "Kita lanjutkan nanti ya. Tamunya sudah datang."

Rei merasa tidak senang namun dia terima perkataan Sharon. Dia pun keluar untuk membuka pintu rumahnya.

Sharon membenahi dirinya lalu pergi menyusul Rei.

Rei mempersilahkan tamu nya masuk. Mereka ada 3 orang pria dengan pakaian serba hitam.

"Jadi apa yang akan kita bahas?" Tanya Rei.

"Bourbon. Jangan bertingkah seperti itu." Seorang pria dengan wajah sangar melihat Rei dengan wajah serius.

"Apa maksudnya?" Rei menatap balik.

"Kamu melepaskan anak kecil itu."

"Itu bahkan kisah lama, kenapa kamu masih mengungkitnya?" Rei bicara dengan tenang.

"Tapi karena satu kesalahan mu, imbasnya masih kita rasakan hingga sekarang!"

Seorang pria berambut putih dan menggunakan tongkat mulai bicara. "Jangan salahkan Bourbon, memang nasib gadis itu saja yang sedang mujur." Dia menatap Sharon yang baru saja datang. "Vermouth, apa ada kabar dari B?"

Sharon menggelengkan kepalanya. "Sepertinya B sedang bersembunyi. Pelacaknya hanya ada terus di satu titik."

"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?" Tanya Rei.

Sharon melihat ke arah pria dengan rambut panjang, dia nampak tidak kosentrasi. "Hei, apa yang sedang kamu pikirkan?" 

Pertanyaan Sharon sontak membuat semua yang ada di sana melihat ke arah pria tersebut. 

"Tidak, aku hanya penasaran dengan Bourbon."

"Kenapa?" Bourbon bertanya balik.

"Apa kamu tidak pernah mencari di mana anak gadis itu berada? Bukankah B selalu meminta kamu mencarinya?"

"Aku sudah mencari tapi tak pernah di ketemukan, sepertinya ada pihak lain yang menyembunyikannya." Jawab Rei. "Apa jawabanku bisa kamu terima?"

Pria berambut panjang itu mengangguk.

"Lagi pula, entah kenapa penampilanmu mengingatkan ku pada musuh lama ku." Rei menatap pria itu lagi.

Meeting kali itu pun terus di lanjutkan hingga tengah malam.

Sharon yang tahu bahwa Rei menyuruh Sae menginap di rumah temannya itu pun sedikit lega karena dia tidak perlu merisaukan kehadiran Sae di sana. Pekerjaan yang tidak boleh di ketahui Sae, Sharon sangat melindungi Sae melebihi Rei.

"Setelah pekerjaan ini selesai, kalian boleh menikah." Kata Pria tua dengan tongkat.

Rei menggelengkan kepalanya. "Aku bahkan tak memikirkannya."

Sharon tersenyum. "Aku hanya ingin berada di sampingnya saja. Tidak menuntut lebih." 

Dan rapat mereka pun selesai. 

Setelah ketiga pria tersebut pergi, Sharon dan Rei duduk di sofa depan televisi.

Rei menonton acara tv sementara Sharon duduk di sampingnya.

"Kenapa?" Tanya Rei.

"Aku hanya memikirkan apa yang di katakan..."

"Mengenai pernikahan?"

"Bukan itu."

Rei hanya tersenyum. "Apa kamu mau menikah denganku?"

Pertanyaan Rei jelas membuat wajah Sharon merah merona. "Rei..."

Rei berlutut di depan Sharon yang sedang duduk. Dia memegang jemari Sharon. "Aku tidak bisa memeberikanmu status pernikahan, tapi aku akan selalu ada di sampingmu. Apa kamu keberatan?"

Sharon terseyum. Dia mengelus pipi Rei lalu mengecupnya. "Aku hanya butuh kamu."

Rei yang tidak tahan dengan sikap manis Sharon pun langsung menggendong Sharon ke kamarnya. Dan mereka pun memadu kasih di sana.

Blue RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang