Dengan segala macam masalah yang terjadi semalam. Akhirnya Sae dan Shiho pun bisa tertidur lelap.
Pagi harinya mereka segera berangkat ke sekolah.
Sae melihat ada mobil Kakaknya terparkir di tempat parkir sekolah.
"Itu mobil Kakak." Celetuk Sae.
"Kakakmu?" Shiho melihat ke arah yang di tuju Sae.
Tak lama, seorang pria keluar dari mobil itu. Lalu dia melihat ke arah Sae.
Shiho melihat sekilas sosok pria itu, dengan refleks dia pun sembunyi di belakang tubuh Sae.
"Eh, kenapa?" Tanya Sae.
"Sembunyikan aku." Bisik Shiho.
Rei datang menghampiri Sae.
"Ada apa Kakak datang?" Tanya Sae dengan santainya.
"Aku ada keperluan dengan Kepala Sekolah." Jawab Rei.
"Apa ini tentang aku?"
Rei menghela nafas. "Tidak. Ini bukan urusanmu."
"Lalu? Sharon?"
"Hm... Sudahlah, nanti aku bahas di rumah." Rei pergi tanpa mempedulikan Shiho yang berada di balik tubuh Sae.
"Sharon?" Shiho bergumam. "Kenapa dengan dia?"
Sae terdiam.
"Sae?"
"Sudahlah, ayo kita masuk. Sebentar lagi bel masuk nih."
Shiho terdiam.
"Hei?"
"Kita bolos saja." Ajak Shiho.
"Ha?"
Shiho mengambil topi yang di pegang Sae. Lalu dia mengenakan topinya. "Ayo." Ajak Shiho.
"Kamu serius?"
Shiho menggenggam tangan Sae. "Ayo."
Mereka pun berlari bersama.
Kejadian itu di lihat Rei dari kejauhan, namun dia tidak memperdulikan nya. Rei pun berjalan ke dalam gedung sekolah.
"Kita mau kemana?" Tanya Sae.
"Aku tidak tahu." Jawab Shiho. "Ada ide?"
"Kita ke rumah ku dulu. Boleh?"
Shiho mengernyitkan dahi. "Mau apa?"
"Ganti baju lah." Jawab Sae.
Shiho ragu-ragu.
"Tidak ada kakak kan." Sae menenangkan. "Sharon juga sepertinya tidak ada."
Shiho percaya dengan perkataan Sae. "Baiklah."
Mereka pun pergi ke kediaman Sae. Sesekali Sae memperhatikan Shiho. Dan dia menggelengkan kepala.
"Ini rumahmu?"
Sae mengangguk.
Mereka pun masuk ke dalam rumah.
"Ayo." Ajak Sae sambil menggenggam tangan Shiho.
Shiho menurut saja. Sampai tiba di kamar Sae.
"Kamu mau ganti baju juga?" Tanya Sae.
Shiho melihat wajah Sae. Dia pun melempar wajah Sae dengan tasnya. "Kamu cabul!"
Untungnya Sae menangkis tas Shiho. "Apanya yang cabul? Itu ada kamar mandi." Sae menahan amarahnya.
Shiho yang sedari tadi di dalam kamar Sae, tidak menyadari ada kamar mandi di dalam kamar itu. "Oh iya ya." Katanya.
Sae menaruh tas Shiho. Dia pun mencari baju yang cocok untuk Shiho. "Pakaianku pasti lebih besar." Dia mengambilkan t-shirt hitam dan jaket dengan penutup kepala berwarna abu-abu. "Pakai ini saja."
Shiho menerimanya lalu dia masuk ke dalam kamar mandi. "Ini terlalu besar." Shiho mengenakan pakaian nya.
Sae mengambil kesempatan itu untuk menganti bajunya juga. "Dasar cewek. Pasti lama kalau pake kamar mandi."
Omongan Sae terdengar Shiho yang sudah di luar kamar mandi. "Aku dengar loh."
Sae terdiam saat dia hendak mengenakan bajunya.
Shiho menutup matanya saat dia sadar Sae bertelanjang dada. "Kamu gila ya?" Katanya berulang kali.
Sae dengan segera memakai baju. "Heh... Aku cuma ganti baju."
Shiho membuka matanya perlahan. "Udah di pake kan?"
"Udah." Sae duduk di kasurnya. "Lalu kita mau kemana?"
"Aku mau pergi dari sini." Shiho duduk di lantai sambil memeluk bantal. "Tapi kemana?"
"Terserah padamu."
"Biasanya kamu kemana kalau bolos?"
Sae terdiam sejenak. Lalu dia menjawab. "Biasanya ke warnet."
"Warnet?"
"Ya. Aku biasanya maen game."
"Aku tidak mau."
Sae terdiam lagi. "Mau ke zona main?"
Shiho menahan senyum nya. Namun itu terlihat Sae.
"Tidak ada jawaban. Berarti kamu setuju." Sae mengambil tasnya. "Ayo pergi." Dia mengulurkan tangannya.
Shiho menerima uluran tangan itu. "Ayo."
Namun langkah kaki mereka terhenti saat terdengar seseorang sedang berteriak.
"KAMU BODOH YA." terdengar suara wanita yang tidak asing bagi Sae.
"Sharon." Bisiknya. Sae kembali mengunci pintu kamarnya. "Kita tunggu saja sampai mereka pergi." Kata Sae.
Shiho masih berdiri di balik pintu kamar Sae.
"Kita bisa mencarinya nanti. Itu bukan tujuan utama kita." Suara Sharon masih terdengar tinggi.
Lalu suara pria bicara. "Aku hanya tidak sabar." Jawabnya.
"Lalu kamu menemukan nya?"
Suara pria yang di yakini Sae adalah Rei itu menjawab. "Dia tidak masuk sekolah."
"Apa kamu lihat foto albumnya?" Tanya Sharon.
Rei menjawab. "Aku tidak lihat."
"Astaga."
Rei menyerahkan sebuah buku. "Aku tidak yakin dia masih di sini."
Sharon menggelengkan kepalanya. "Aku mau pulang saja."
Rei menarik tangan Sharon lalu dia memeluknya. "Jangan gegabah."
Sae dan Shiho masih berdiri di balik pintu kamar Sae.
"Cup... Cup... Cup..." Sharon mengecup pipi Rei. Dia pun menerima balasannya. Yakni ciuman panas Rei.
Sae dan Shiho merasa malu saat mendengar suara itu. Tatapan mereka sempat bertemu lalu dengan bersamaan mereka membuang muka.
"Em... Ehm. Kita tunggu mereka pergi. Baru kita bisa keluar dari rumah ini." Kata Sae.
Shiho setuju dengan ide ini.
Namun Rei dan Sharon masih belum selesai dengan urusan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Rose
RandomKisah rumit sebuah hubungan, seperti benang kusut yang sulit di urai. Menampilkan sosok berwajah dua yang menyeramkan namun tetap di pandang sebagai Mawar Merah padahal dia memiliki warna lain.