Warn! Mengandung bumbu dapur.
.
.'Hei ibu, aku ini anak yang tidak berguna'
Yoshino Junpei mendekat kearah Mahito, matanya tulus memandang kearah kutukan yang ia anggap teman itu.
Tak apa, baginya Mahito orang baik.
'Di dunia penuh kutukan ini aku ingin mengutuk diriku sendiri'
"JUNPEI MENJAUH DARINYA!"
"Tidak apa Yuuji, dia tidak berbahaya."
Junpei tanpa takut menghampiri Mahito, bibirnya mulai tersenyum untuk menyambut salah satu temannya.
'Bisakah aku berguna sekali?'
Namun Junpei salah, Kutukan tetap lah Kutukan.
"Nah bergunalah untukku, serang wadah Sukuna."
'Aku penyebabmu tiada.'
Kesadarannya hilang, teman sekelasnya tidak salah.
Dia yang salah karena mengenal Mahito.
Dengan suka rela mengajak Kutukan itu masuk kedalam rumahnya. Dia yang salah, dia penyebab kecelakaan itu.
'Bolehkah aku kembali kemasa lalu?'
Semuanya salah, kesadaran yang masih tersisa darinya hanya bisa berharap. Ini hanya mimpi, mimpi buruk.
Ia ingin bangun.
Seperti biasa, ketika ibunya menyibak korden dan membiarkan cahaya masuk.
'Duduk tenang tanpa mengejar kutukan itu.'
Seharusnya saat itu ia duduk diam, tidak mencoba mengejar. Tidak penasaran.
Harusnya dia senang, tertawa atas kematian para pembullynya. Harusnya, mengejar harusnya membuat ia lelah.
'Aku ingin melihatmu sekali lagi.'
Junpei mengingatnya lagi, senyum terakhir ibunya. Bahkan membayangkan jika hari itu adalah hari terakhir kebersamaan mereka tidaklah pernah terlintas dipikiran Junpei.
Harusnya, ibunya masih dalam euforia dimana anak satu-satunya mulai terbuka pada orang lain.
'Setelah itu aku akan pergi.'
Ia ingin memutar waktu, mengubah takdir tentang ibunya.
Bahkan jika resikonya, dia tidak akan terlahir.
'Aku berjanji.'
Namun tidak bisa ....
'A-aku ...'
Junpei tidak ingin sendirian.
'Aku ingin menemui lagi.'
Dia ingin ibunya, dia ingin menjadi anak yang berbakti.
Masih banyak tempat yang ingin ia kunjungi, masih banyak aquarium yang belum ia jajahi.
'Didunia tanpa kutukan.'
Dia ingin menemui Ibunya, didunia yang lebih baik.
'Aku ingin menjadi anakmu sekali lagi.'
Menjadi anak Yoshino Nagi sekali lagi.
'Bolehkah ibu?'
Namun, bolehkah?
Dosanya terlalu banyak, akankah ibunya sudi?
'Kalau boleh, terimakasih.'
Jika iya. Junpei akan berterimakasih pada semesta yang menyetujui.
'Aku akan menutup mata.'
Kesadarannya mulai hilang. Kepalan tangannya mengendur, air matanya jatuh didepan Itadori Yuuji.
'Menyusulmu.'
Nagi merentangkan tangan, menyambut putra kecilnya sekali lagi.
"Kau tidak bisa hidup tanpa ibu, ya?"
"Iya, terimakasih."
Semuanya meredup.
Selamat tinggal, Yoshino.
(Didunia manapun, ibuku adalah aquarium pertamaku.)
-Fin.
Selalu ngesad sama keluarga ini. Duh, gini amat tangan yang jarang bikin happy Ending.
KAMU SEDANG MEMBACA
JJK dalam Bingkai
Fiksi PenggemarBerisikan Oneshot/Twoshot, Drable dan random mengenai lika-liku para pemain Jujutsu Kaisen ditangan penulis minim gaya hobi menghayal. Jujutsu Kaisen© Gege Akutami