Episode 7

224 33 3
                                    

[𝑩𝒂𝒉𝒂𝒔-𝒃𝒂𝒉𝒂𝒔 𝑻𝑹𝑰-𝑺𝑸𝑼𝑨𝑫 𝑽𝒐𝒊𝒄𝒆 𝑫𝒓𝒂𝒎𝒂: 𝑬𝑷𝑰𝑺𝑶𝑫𝑬 7]

Akhirnya Titas selesai latihan. Dia hampir lupa mau cerita soal masa lalunya kalo gak diingetin oleh Taiga dan Fuma. Titas pun melanjutkan ceritanya.

Flashback

Keputus-asaan menyelimuti 20 Warrior lainnya yang menyerang markas kekaisaran di Gunung Parnassus. Mereka kehilangan semangat saat mengetahui ada Fusion Monster yang menjaga markas itu setelah mereka memulai penyerangan.

Fusion Monster bernama Kishiada itu tingginya puluhan meter. Erangannya menggetarkan tanah selagi mendekati Warrior.

"Semua unit lakukan Ultra Chang…" Komandan Grigorios tidak mampu menyelesaikan instruksinya. Sinar panas yang keluar dari mulut Kishiada melenyapkan tubuh Grigorios dalam sekejap mata.

"Jangan berkumpul di satu tempat, semuanya menyebar!" Mattia berteriak selagi berubah ke bentuk ultrahumanoid. Tanpa Grigorios, semua Warrior sempat kebingungan tanpa arah, tetapi berkat keberanian Mattia, mereka melakukan Ultra Change dan menjaga jarak dari Kishiada.

Ultrahumanoid merah-perak tersebar di medan pertempuran. Memberikan secercah atmosfer 'kemenangan'. Para Warrior menembakkan sinar ke monster itu. Tapi itu saja tidak cukup. Tanpa seseorang yang bisa berubah menjadi raksasa, kekuatan mereka tidak sebanding dengan Fusion Monster itu.

Dalam beberapa menit, para Warrior mulai berguguran. Sedangkan Kishiada tidak terlihat terluka sama sekali. Bahkan di situasi genting itu Titas masih dalam bentuk humanoid-nya. Dia hanya bisa menertawai kebodohannya karena tidak berani berubah. Dia sebenarnya sadar dengan situasi di sekitarnya, tapi tubuhnya tidak mau bergerak.

"Mundurlah jika kau tidak bisa bertarung Titas! Kau bisa mati!" Mattia berteriak kepada Titas sembari mendekatinya dalam bentuk ultrahumanoid-nya.

Kishiada masih mengamuk menginjak tanah sambil meraung-raung. Hentakan kakinya menyebabkan getaran hebat seperti ledakan. Puing-puing berterbangan seperti pecahan peluru.

Mattia: “Awas, berbahaya!”

Mattia melindungi Titas dengan badannya. Di saat bersamaan, gelombang kejut melewati mereka. Debu yang berterbangan menghalangi pandangan Titas.

“Apa kau baik-baik saja Titas?” Suara Mattia terdengar sangat lemah.

Saat memegang tubuhnya Titas takut hal yang paling buruk akan menimpa temannya itu. Kemudian, debu-debu perlahan menghilang. Imajinasi Titas dan kenyataan bercampur menjadi satu. Apa yang ditakutkannya terjadi.

Mattia kembali ke bentuk manusianya. Chiton putihnya yg bersih kini sudah berlumuran darah. Titas mengangkat tubuh Mattia dan berlindung di balik batu, aman dari serangan Kishiada.

Titas pelan-pelan menurunkan tubuh temannya itu ke tanah dan mendengar pernapasannya semakin cepat. Mattia masih sempat tertawa memperlihatkan gigi putihnya yang telah ternodai darah. Titas masih menolak kenyataan itu. Mattia memegang erat tangan Titas untuk memberinya keberanian.

Mattia: “Kau pernah bertanya padaku, apa yg harus kau perjuangkan kan?”

Titas: “Ya.”

Mattia: “Jawabannya mudah... Itu adalah untuk melindungi.”

Titas: “Untuk melindungi?”

Mattia: “Apapun itu tak masalah. Baik melindungi orang yg lebih lemah atau melindungi harga dirimu. Kau sudah punya kekuatan untuk melindungi semuanya. Yang kau butuhkan sekarang adalah mengeluarkan semuanya.”

Genggaman Mattia mulai melemah.

Mattia: “Terimalah siapa dirimu Titas! Hatimu hanya untuk dirimu seorang.”

Mattia gugur di pangkuan Titas. Kalimat terakhirnya adalah rasa pedulinya pada temannya. Setelah menyadari hal itu, perasaan hangat mengalir deras dalam diri Titas. Energi tak terbendung berusaha mencari jalan keluar. Titas akhirnya mengerti. Hal yg perlu dilakukannya adalah mengerahkan semuanya.

Titas: “Ultra Change!”

Titas menyeka air matanya dan berubah ke bentuk ultrahumanoid dan menjadi raksasa.

Tidak seperti Warrior lainnya dgn badan berwarna merah, corak hitam di tubuh Titas menjadi bukti kalo dia berasal dari Dark Nebula. Tapi Titas sudah tidak peduli lagi karena perkataan Mattia, hatinya hanya miliknya seorang.

Titas: “Aku akan membalas harapan temanku dgn segenap kekuatanku.”

Titas: “Terima ini! Tinju milikku yang telah menyatu dengan tekad membara temanku.”

Titas berlari sekuat tenaga ke arah Kishiada. Kishiada menembakkan sinar panasnya ke Titas, tapi Titas tidak merasakan apa-apa, sinar itu bahkan tidak melukai kulitnya. Titas memfokuskan dirinya dan menyerang dengan segenap kekuatannya berkali-kali. Itu adalah pertama kalinya Titas mengeluarkan kekuatan penuhnya. Dia bahkan tidak tau kalo bisa berubah menjadi raksasa.

Titas: “Inilah kekuatanku. Kekuatan yang diajarkan Mattia padaku.”

Titas menggenggam leher Kishiada dan melemparkannya ke markas kekaisaran. Markas itu runtuh seketika.

Titas: “Kau akan membayar semuanya.”

Titas mengumpulkan energi di lengan bawahnya dan kemudian menembakkan sinar cahaya ke Kishiada. Kishiada meledak sembari berteriak menderita.

Setelah menggunakan semua kekuatannya, Titas pun pingsan.

Setelah terbangun, peperangan telah lama usai. Titas mendapat kabar kalo Joneus bekerja sama dengan manusia untuk mengalahkan Heller.

Kerumunan besar berkumpul di alun-alun depan kuil. Mereka berterima kasih kepada Joneus dan manusia atas kontribusi besar mereka saat perang. Sorak-sorai terdengar di setiap sudut.

“Jika aku lebih rajin, apakah aku akan dikenal sebagai Ultraman juga?” gumam Titas.

“Tentu saja kau bisa.” Titas seperti mendengar Mattia menjawab kegalauannya.

Kembali ke markas EGIS

Taiga dan Fuma menangis setelah mendengar cerita Titas.

Fuma: “Cerita yang indah.”

Titas: “Lah ngapain kalian nangis?”

Taiga: “Gimana gak nangis setelah dengar cerita begitu.”

Titas: “Yah pokoknya agar aku pantas menjadi seorang Ultraman, aku berlatih keras sebisaku.”

Taiga: “Begitu ya. Jadi waktu itulah kau menjadi Ultraman.”

Titas: “Gak. Belum kok. Aku kan cuma berubah jadi raksasa waktu itu. Aku masih harus berlatih sebelum menyebut diriku sendiri Ultraman.”

Taiga: “Ohh, aku pikir itu tergantung tempat aja sih. Di Land of Light gak begitu soalnya.”

Titas: “Baiklah. Ini saat yg bagus untuk menceritakan itu juga. Tentang bagaimana aku melalui latihan keras dan rintangan untuk mendapatkan Star Symbol dari The Great Elder sang pemimpin.”

Fuma: “Gan, ceritanya bakal panjang juga kah?”

Titas: “Tentu saja. Ini gak bisa dirangkum semudah itu.”

Taiga: “Ga-Gak usah deh. Sekarang udah larut juga. Kami sudah puas dengerin kok.”

Titas: “Sudah jangan bilang gitu. Duduklah lagi.”

Fuma: “Gi-Gini gan.”

Titas: "Du-duk-lah"

Taiga dan Fuma: “Baik.”


TBC

🌹TRI SQUAD VOICE DRAMA🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang