Tentang Arnetta

17.8K 1.2K 83
                                    

Suara dari ponsel cukup mengusik tidur Arjuna. Masih dengan mata terpejam, tangannya terulur meraih ponselnya dan segera mengangkatnya.

" Assalamualaikum, Mas. Kamu masih tidur ya?" suara Ishana membuat Arjuna terlonjak.

Dilihatnya Arnetta masih tertidur lelap di sampingnya. Segera Arjuna menuju balkon.

" Waalaikumsalam sayang, iya aku baru bangun. Semalam meeting dengan klien sampai larut," jawab Arjuna.

"Kamu dan anak anak gimana kabarnya? Kangen aku ngk? " Tanya Arjuna. Ia mendengar tawa renyah istrinya dari seberang telepon.

" Pastinya kangen dong. Kamu tau kan Mas, kalau aku ngak bisa jauh dari kamu." Suara Ishana membuat Arjuna menyunggingkan senyum.

"Ya sudah kamu shalat subuh dulu gih, mumpung masih sempat." Nanti malam aku dan anak anak mau video call ya, " ujar Ishana.

" Eh sayang, ngak usah video call, aku langsung pulang habis selesai meeting siang nanti." "Aku telepon kamu nanti kalau sudah di bandara nanti ya." Arjuna menutup percakapan dengan istrinya itu. Diliriknya jam tangan yang tergeletak di meja samping tempat tidur, jam 5.30 pagi. Arjuna mengambil handuk dan bergegas menuju kamar mandi. Hari ini meeting terakhir dengan klien dan ia berencana untuk mempercepat kepulangannya ke Jakarta.

Diam diam Arnetta mendengar percakapan telepon Arjuna dengan Ishana. Baru satu hari mereka di Surabaya. Jujur, Arnetta masih ingin menghadibiskan waktu bersama Arjuna. Di Jakarta mereka harus sembunyi sembunyi melakukannya. Arnetta menghela napas, menyibakkan selimut dan menyusul Arjuna ke kamar mandi.

Ketika mereka sarapan di hotel, Arjuna lebih banyak diam. Ia menikmati sarapannya sambil membalas pesan dari Ishana. Sesekali bibirnya tersenyum membaca pesan pesan dari istrinya itu. Arnetta merasa terabaikan.

"Mas...," panggilnya. Arjuna  bergeming. Matanya fokus pada ponselnya.

Sesaat kemudian Arjuna memasukkan ponselnya ke dalam saku blazernya. Dilihatnya wajah murung Arnetta. Arjuna menghela napas, memegang tangan kekasihnya itu seolah memahami perasaan Arnetta.

"Bagaimanapun, Ishana istriku, kamu juga paham kan?" Kata Arjuna.

"Aku rasa kamu juga tahu bahwa apa yang kita lakukan ini sudah salah, " lanjutnya.

Arnetta terdiam. Dalam hati ia membenarkan perkataan Arjuna. Sama halnya dengan Arjuna, ia pun merasa bersalah pada Ishana. Tapi Arnetta sudah terlanjur jatuh cinta terhadap Arjuna sejak mereka di bangku kuliah. Arjuna adalah seniornya di Fakultas Tehnik. Sayang sekali, meskipun dulu Arnetta berusaha keras memenangkan hati Arjuna, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Arjuna menyukai Ishana sahabatnya. Ia berusaha menahan kekecewaannya. Mengikhlaskan hatinya ketika Arjuna akhirnya meminang Ishana menjadi istrinya. Ia pun akhirnya menerima lamaran Tyo, anak sahabat ayahnya. Namun rumah tangganya dengan Tyo hanya bertahan dua tahun.

"Sayang..., " dirasakannya tangan Arjuna menggenggam tangannya.

" Ya..., " jawab Arnetta pelan. " Kamu jangan cemberut gitu dong," kata Arjuna sembari mengelus pipi Arnetta.

"Mas, kamu cinta ngak sih sebenarnya sama aku?" Tanya Arnetta.

Arjuna tertawa, "Kalau aku ngk cinta, ngak mungkin kan kita seperti ini sekarang, " ujarnya.

"Seberapa cinta, Mas? Lebih cinta aku atau Hana? "Kejar Arnetta.

Arjuna terdiam, meminum sisa kopinya. " Jangan kamu bandingan cinta aku ke kamu dengan cinta aku ke Hana, "ujarnya. Lalu menatap mata perempuan di hadapannya.

"Kamu bahagia kita seperti ini? " Tanya Arjuna. Arnetta mengangguk pelan.

"Ya sudah aku meeting dulu ya. Kita pulang ke Jakarta nanti sorekarena  besok aku harus membantu Hana mempersiapkan acara ulang tahun Ziva." Arjuna berdiri, mengelus kepala kekasihnya itu dan beranjak pergi meninggalkan hotel.

Sepeninggal Arjuna, Arnetta mengisi waktu di hotel. Tadinya ia berencana untuk pergi jalan jalan keliling Surabaya untuk mengusir rasa bosan sambil menunggu Arjuna selesai meeting. Tapi sekarang ia sudah tidak berminat lagi untuk jalan jalan. Arnetta berjalan menuju kolam renang yang terlihat sepi. Duduk di sofa pinggir kolam. Merenungi nasibnya menjadi kekasih suami sahabatnya sendiri. Arnetta menyadari bahwa mencintai suami sahabatnya, apapun alasannya merupakan sesuatu yang salah. Tapi apakah sepenuhnya salahnya ketika Arjuna menyambut hangat cintanya dan membuka kesempatan baginya untuk menjadi orang ketiga.Meskipun dengan kesepakatan bahwa mereka melakukannya diam diam di belakang Ishana dan juga keluarga mereka. Arnetta sudah cukup bahagia dengan keadaan ini selama Arjuna juga mencintainya. Bukan tidak mungkin jika nanti cinta terlarang mereka akan ketahuan.Tapi ia percaya Arjuna akan berusaha keras menjaga rahasia mereka. Arnetta tidak memilih untuk ditakdirkan menjadi orang ketiga, namun ia tidak bisa menyangkal rasa cinta yang besar untuk suami sahabatnya itu. Untuk tetap bersama Arjuna, ia rela mengalah meskipun hatinya lelah berpura pura.

Dalam perjalanan pulang ke Jakarta,di pesawat Arjuna lebih banyak diam. Arnetta tidak berani mengusiknya, meskipun hatinya kecewa. Merasa tidak ada gunanya dia menemani Arjuna ke Surabaya. Diliriknya lelaki disebelahnya yang sedari tadi memejamkan mata. Harus ia akui bahwa Ishana mengurus Arjuna dengan baik. Di usianya yang sudah kepala empat, Arjuna masih terlihat tampan dan bugar. Arnetta memalingkan wajah, memandang ke luar jendela pesawat. Tiba tiba dirasakannya tangan Arjuna menggenggam tangannya. "Maafkan aku sudah mengecewakanmu...," Arjuna berkata lirih.  Arnetta hanya tersenyum dan membalas genggaman tangan Arjuna.

Pesawat yang membawa mereka dari Surabaya akhirnya mendarat di bandara Soekarno Hatta Jakarta. Arjuna melirik jam di tangannya.

"Kita berpisah disini ya sayang, Ishana dalam perjalanan ke sini, "ujar Arjuna. "Aku janji akan segera mengganti waktu kita yang terbuang di Surabaya," lanjutnya.

Arnetta menatap Arjuna. "Ok, Mas, aku duluan ya." Arnetta memeluk Arjuna sekilas kemudian melangkah pergi.

Arjuna menghela napas,menatap punggung kekasihnya yang mulai menjauh.

Ketika hendak melangkah menuju ruang tunggu, Arjuna merasakan tangan mungil memeluk pinggangnya. Segera ia membalikkan badannya. Senyum manis menghiasi wajah manis Ishana. Tanpa pikir panjang, Arjuna memeluk tubuh mungil istrinya itu. "Sayang, bikin kaget aja, " kata Arjuna.

"Kamu sendiri? Anak anak mana? " Tanya Arjuna. "

Anak anak di rumah Mas, ngak ikut." Jawab Ishana. Arjuna merangkul Ishana, berjalan menuju parkiran mobil.

Dalam perjalanan pulang, di dalam mobil, Ishana terus menatap suaminya.

"Mas, gimana meeting kamu di Surabaya? " Tanyanya.

"Kok tumben kamu meeting di luar kota sendiri?Biasanya sama Irfan atau Dimas." Ishana memberondong Arjuna dengan pertanyaan. Arjuna melirik istrinya sekilas. Kemudian kembali fokus menyetir.

"Mas....,kok ngak jawab sih?" protes Ishana. Arjuna hanya tersenyum. Tangan kirinya terulur, menggenggam erat tangan istrinya.

"Pertanyaan kamu ngk penting buat aku jawab," ujarnya. "Kamu kangen aku ngak? " Tanya Arjuna menggoda istrinya.

"Ya kangenlah, " jawab Ishana. Arjuna melepaskan genggaman tangannya, melihat sekilas jam di tangannya.

"Kita makan malam dulu ya, " kata Arjuna.Lalu membelokkan setirnya menuju restaurant favorit mereka.

RINDU UNTUK ISHANA  (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang