Chapter 19 - 10,000 Hours

1.3K 157 16
                                    

Chiangmai adalah Kota penuh kenangan masa kecilnya. New ingat betul ketika ia pertama kali menginjakan kakinya di kota ini. Ayahnya ingin mencoba peruntungan baru dengan membangun cabang perusahaannya disini, sehingga ia dan ibunya pun ikut pindah kesana. New juga ingat tetangganya yang berada persis di sebelah rumahnya. Tetangga yang ramah dan baik hati. Bahkan New ingat waktu Nyonya dari rumah itu memberikannya satu kotak kue yang sangat enak. Nyonya itu juga membawa anaknya. Anak yang seumuran dengannya.

Tanpa waktu lama, New bisa akrab dengannya. Temannya itu bahkan mengenalkannya dengan dua sahabatnya yang juga sama baik hatinya. Mereka belajar, bermain, dan bermusik bersama. Ya mereka juga pernah berbuat nakal, New masih ingat bagaimana mereka mencoba untuk menonton sebuah film 'bagus' meskipun akhirnya timbul momen canggung antara mereka. Apalagi ketika dua sahabatnya yang lain justru meninggalkannya.

Selain itu, mereka juga pernah berseteru. New ingat dulu dia lebih memilih mempercayai kekasihnya dibandingkan sahabatnya. Padahal sahabatnya lah yang sesungguhnya mempedulikannya. Meskipun begitu, mereka akhirnya bersama lagi. Mengukir kisah sebagai sepasang sahabat. Ya walaupun kedua sahabatnya yang lain sudah mengubah statusnya menjadi sepasang kekasih.

Lalu momen itu terjadi. Momen aneh yang membuat kupu kupu di perut New berterbangan.

Saat itu, New masih bingung mengapa ia merasakannya. Hal itu sepertinya terjadi saat ia melihat Tay berada di atas panggung untuk ujian seni sewaktu SMA. Tay tampil untuk pertama kalinya menjadi vokalis menggantikan Off yang menemani Gun.

Tapi mendengar suara merdu Tay sebagai vokalis utama sangat menyejukkan hatinya. Kalau tidak salah lagunya berjudul "10.000 Hours" dari Justin Bieber. New pikir itu pasti ide Off. Tapi.. lagu itu menjadi lebih indah saat dilantunkan oleh pria yang kini berada di sampingnya.

Selepas dari rumah Tay di Chiang Mai, mereka hanya membawa dua tas besar yang diberikan Nyonya Vihokrattana, gitar kesayangannya, dan sejumlah uang yang ia ambil sejak semalam. Tay bilang ia harus mengambilnya sebelum ATM nya diblokir. Setidaknya ia dan Tay masih memiliki uang untuk menyewa rumah.

"New, kau mau ke rumah sakit?"tanya Tay. New yang awalnya tertunduk sambil berjalan hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Tay itu.

"M-mungkin nanti,"jawab New dengan singkat.

"Apakah kau malu?"tanya Tay lagi, namun lebih pelan. Mereka kini sedang berjalan menuju halte bus terdekat.

"Bukan malu. Tapi aku.. aku belum siap,"jawabnya lagi.

Tay menghela nafasnya pelan. "Baiklah kalau itu maumu," ucap Tay singkat.

"New?!"sahut seorang perempuan dari belakang mereka. Suara perempuan yang sangat New kenal.

Suara ibunya.

"Oh Astaga New! Tay!"perempuan itu kini berada di depan mereka. Tay dan New bingung harus menaruh muka mereka dimana. Perempuan tersayang New yang di depannya ini sangat ia rindukan, tapi di satu sisi New tidak mau bertemu dengannya. Bagaimana dengan pendapat ibunya jika ia tahu anaknya yang seorang laki-laki mengandung? Dan kini anaknya membuat putra seseorang pergi dari ibunya. Benar kata Tay, New malu. New sangat malu. Ia malu dengan perbuatannya sendiri. Ia malu dengan kesalahannya.

"Kenapa kalian tidak mengabarkan Ibu kalau ke Chiang Mai huh? Kalian memangnya tidak kuliah? Atau kalian membolos ya karena rindu ibu kalian? Kami tidak apa - apa disini kok nak.." ucapan Ibu New hanya membuat Tay dan New saling meremas genggaman tangan pasangannya. Jujur Tay pun takut dan malu sama seperti New. Awalnya Tay ingin mendatangi ibu New jika ia sudah sedikit lebih baik. Bukan seperti sekarang.

"Kalian kenapa diam saja eum? Ayo mampir ke rumah. Ini tas siapa eum? Tay kau tidak membawa mobilmu?"lagi dan lagi pertanyaan yang dilontarkan ibu New hanya membuat kedua pria itu berdiam.

No Definition (FLWMBF S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang