Chapter 16 - Is There Still Anything That Love Can Do?

1.5K 161 13
                                    

Off dan Gun tengah berada di depan supermarket dengan dua kotak susu di meja. Gun masih tidak bergeming. Ia menekukkan kepalanya dengan bibir yang juga menekuk.

"Papii kenapa tidak bilang?"tanya Gun akhirnya setelah hampir lima menit tanpa adanya perbincangan di antara mereka.

"Aku tidak mau mengecewakan New. Kau tahu bagaimana rasanya kan kalau rahasiamu dibicarakan oleh semua temanmu?"jawab Off pelan. Ia tetap tidak menginginkan kekasihnya semakin muram.

"T-tapi aku kan mungkin bisa membantu kalian,"ucap Gun. "Gun takut.."

"Takut kenapa eum?"

"Papii sebulan ini sudah jarang pulang. Papii bilang menginap di rumah Newwie karena tugas. Lalu seperti ini. Gun Takut.."ucap Gun lagi sembari memainkan ujung jaketnya tanpa menatap Off.

"Apa yang perlu kamu takutkan eum? Aku dan New hanya bersahabat sayang,"jawab Off menenangkannya.

"Bukankah kita berdua juga dulu bersahabat?"seketika pertanyaan polos dari Gun itu membuat hati Off terpukul.

Off selalu mengira bahwa rasa yang ia berikan pada New tentu berbeda pada kekasihnya, Gun. Namun ia menyadari jika waktunya terlalu banyak ia berikan pada New. Ia sampai lupa jika kekasih kecilnya juga butuh waktu dan perhatiannya. Sejak sebulan lalu, ia justru lebih banyak menghabiskan waktunya bersama New. Pergi ke Chiang Mai, menemaninya ke supermarket, membantunya membersihkan rumah, tanpa ia sadari bahwa kekasihnya justru melakukan itu semua sendirian.

Off berlutut ke hadapan kekasihnya itu, meraih jemarinya yang lembut, dan menciumnya hingga membuat si pria kecil itu memerah pipinya. "Maafkan aku sayangku. Aku terlalu memperhatikan sahabatku sampai tidak memperhatikan kekasihku yang manis ini,"ujarnya lalu mengelus pipi kekasihnya yang merona. "Tapi sungguh, itu semua aku lakukan karena perasaanku yang peduli padanya sebagai seorang sahabat kepada sahabatnya. Tidak ada yang lebih dari itu,"lanjutnya.

Off menunduk, membelai jari-jemari Gun yang kecil dan menggemaskan itu sambil menerawang ke alasan mengapa ia melakukan itu semua. "Kau tahu Gun, ibuku meninggal karena ia takut hubungannya tidak direstui orang tua ayahku, padahal sebenarnya ia sedang mengandung diriku. Jika aku disana, aku ingin sekali merawatnya, menjaganya, memperhatikan pola makannya, membantunya membersihkan rumah, menemaninya saat belajar dan bepergian, aku ingin melakukan itu semua. Namun aku tidak bisa bukan? Aku saat itu berada di perutnya, bahkan aku belum mengetahui apa-apa tentang dunia. Oleh sebab itu, ketika aku mengetahui New dalam kondisi yang sama dengan ibuku, aku tidak bisa tinggal diam. Aku tidak bisa mengatakannya pada siapapun, karena New yang ingin semuanya ia yang beritahu sendiri. Ia bahkan sempat ingin menggugurkan anaknya, Gun. Aku tidak bisa diam. Aku tidak ingin melakukan kesalahan yang sama,"jelas Off dengan panjang. 

Gun menjadi tersentuh dan membelai rambut kekasih jangkungnya yang justru merendahkan badannya dan bersandar di pahanya. Gun mengecup kepala Off. Gun tahu Off dan dia punya riwayat yang sama dalam keluarga yaitu dibesarkan oleh seorang single parent. Gun menyadari kalau ia seharusnya tidak mengatakan itu, harusnya ia yakin bahwa Off melakukan itu semua tidak tanpa alasan, dan lagi New adalah sahabat mereka. Sudah sewajarnya sahabat itu saling membantu dan peduli satu sama lain.

Gun mengangkat dagu Off dan mengecup bibirnya pelan tanpa mempedulikan posisi mereka yang saat ini sedang di tempat umum. "Maafkan aku, tapi Papii harus tahu di dalam hubungan itu dibutuhkan komunikasi. Jika tidak ada komunikasi seperti ini aku bisa jadi curiga, aku bisa punya khawatir, aku bahkan bisa rendah diri kalau Papii tidak memberitahu semua ini. Toh Newwie itu sahabatku juga kan? Jika Papii memberitahu Gun juga, Gun mungkin bisa membantu,"ucapnya lalu memajukan bibirnya yang Off langsung kecup karena tidak tahan dengan kegemasan pada kekasihnya yang memang manis sejak dulu.

No Definition (FLWMBF S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang