"permisi, Rumi pulang"
"Arumi!!!"
Arumi memejamkan matanya dan menghela nafas pelan. Baru saja ia masuk sudah dapat bentakan.
Seorang wanita bertubuh agak gemuk keluar dan langsung menarik tangan Arumi kasar.
"Bibi dapet laporan dari atasan kalau pesanan telur waktu itu gak ada uangnya. Kamu kemanain hah?!?!" Omel Bibinya sambil menarik rambut Arumi geram.
"Kan rumi udah jelasin, si bapaknya yang gak mau bayar"
"Gimana bisa dia gak mau bayar?!?! Kamu hilangin kan uangnya? Atau kamu ambil?" Bentak bibinya dan langsung mendorong tubuh Arumi hingga terjatuh.
"Enggak bi hiks...."
Bibinya pun pergi meninggalkan Arumi dengan wajah kesal.
"Tiap hari bikin ibu gue kesel mulu sih lo. Pusing tau gue dengernya, setidaknya kalau jadi benalu di keluarga gue tau diri sedikit dong" ujar seorang cewek yang keluar dari kamar.
Arumi hanya menunduk. Tak lama seorang cowok masuk dan menatap Arumi kesal karna terduduk di dekat pintu.
"Ck! Bisa minggir gak sih" ketus cowok itu dan menendang kaki Arumi. Arumi pun menyingkirkan kakinya.
***
Arumi masuk ke kamarnya. Ia membuka laci dan melihat sebuah pisau kecil. Arumi pun menitikkan air matanya.
Tiap hari ia harus menerima kekerasan dari bibinya, cemoohan dari dua saudaranya. Belum lagi anak anak disekolahnya yang membullynya.
Dengan tangan yang masih bergetar ia mendekati pisau itu ke urat nadinya.
"Kakak!!!" Jerit seseorang dan langsung memeluk Arumi. Pisau di tangan Arumi pun terjatuh.
"Kakak ngapain! Jangan kak! Tian mohon! Jangan tinggalin Tian"
Tangis Arumi pun pecah.
"Cuma kakak yang Tian punya hiks! Kalau kakak gak ada Tian sama siapa" tangis cowok itu yang masih mengenakan seragam smpnya.
"Hiks.... Maafin kakak Tian hiks..."
"Tian tau kakak ngalamin hal berat setiap harinya. Bibi yang selalu main tangan sama kakak, tapi tolong kak hiks... Jangan tinggalin Tian, tunggu sebentar lagi Tian akan kasih kakak kebahagiaan. Pas lulus sekolah Tian janji akan cari pekerjaan dan bawa kakak pergi dari sini"
Arumi pun tersenyum.
"Makasih Tian, sekali lagi maafin kakak"
Tian pun semakin mempererat pelukannya. Andai ia telat pulang apa kakaknya benar benar gelap mata untuk mengakhiri hidupnya.
***
Arumi berjalan masuk ke kamarnya. Ia melihat ponselnya sudah banyak sekali spam chat.
Unknown number: woi
Unknown number: rumi
Unknown number: p
Unknown number: p
Unknown number: tidur ya?
Unknown number: save nomor gue, JeanArumi: ya
Jean: gimana. Besok bisa kan?
Arumi: hm
Jean: dingin banget
Arumi mengernyit bingung. Bukannya waktu itu dia yang dingin?
Arumi: gue ngantuk kak
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicity
Teen Fiction"Because you're my felicity" -Jeanile Alvar- *Notes* Silahkan baca STEPBROTHER's dlu gaes. biar gak bingung biar nambahin pembaca juga sih awowkowkow//plak! Intinya author dah kasih tau ya, ada yang kebingungan gue tampol. Canda tampol :v