13. Bestfriend

32 3 0
                                    

Untukmu yang harus kulepas
Luka telah mengajarkan aku tentang ikhlas
Rindu dan cinta ini biarlah terhempas
Bersama lara yang abadi membekas

***

Jakarta, 20.40 WIB

Seperti malam-malam sebelumya, Al akan merenungkan segala hal yang terjadi padanya sebelum beranjak tidur. Melupakan Adiva adalah suatu kemustahilan. Hatinya telah tertawan oleh gadis berbadan mungil yang telah mengingkari janji mereka tersebut. Aldebaran ingin belajar membenci gadis itu demi mengobati luka di hatinya. Tapi Aldebaran tak sanggup melakukannya. Semakin membenci, rasa cintanya justru semakin bertambah berkali-kali lipat.

Tes ... Buliran kristal jatuh di pipi Aldebaran. Seketika purnama di hadapannya tampak mengabur. Cahaya terang itu tersamar oleh buliran kristal yang mulai berjatuhan bersama kawanannya. Tubuh Aldebaran meluruh ke lantai. Tangisannya pecah untuk kesekian kalinya setelah kunjungannya dari kota Jombang. Tangan Aldebaran mengepal kuat lalu terangkat, dengan keras kepalan tangan itu memukul dadanya secara berulang demi meredam rasa sakit yang tak terkira di sana. Mengapa hanya karena cinta dirinya begitu lemah? Mengapa hanya karena gadis tomboy itu hidupnya terasa kosong? Adiva adalah tujuannya. Lantas sanggupkah Aldebaran bahagia sedangkan tujuan hidupnya telah sirna bersama dengan pengkhianatan gadis itu?.

"Adiva aku tidak akan pernah sanggup membencimu, rasa sakit ini sungguh menyiksaku. Tolong bebaskan hatiku yang telah tertawan olehmu. Tahukah kamu betapa hancurnya aku dengan pengkhianatanmu? Aku sakit Adiva, aku sakit...." rintih Aldebaran dengan air mata yang terus menderas.

"Ya Allah salahkah hamba karena mencintai hamba-Mu sedalam ini? Jika hamba boleh meminta pada-Mu maka kembalikan Adiva pada hamba," adu Aldebaran dengan hatinya yang nelangsa.

Cukup lama Aldebaran menangis hingga pada akhirnya menyerah. Aldebaran bangkit lalu masuk ke dalam kamar. Dengan tangan bergetar ia membuka laci nakas, mengambil rokok yang dibelinya sepulang dari kuliah tadi. Satu batang ia loloskan dari wadahnya lalu memantik api. Aldebaran mulai menghisap batang rokok itu dengan memejamkan mata. Menikmati ketika rasa hangat yang menjalari kerongkongannya. Berharap barang berbahan dasar tembakau itu mampu menenangkan pikirannya. Sudah hampir dua minggu ini Aldebaran mulai kecanduan merokok. Padahal sebelumnya Aldebaran tidak pernah menyentuh barang berbahaya itu sedikit pun. Nasihat dari Mama dan Papanya pun tak diindahkan lagi oleh Aldebaran. Saat ini Aldebaran hanya membutuhkan waktu untuk menenangkan hati dan pikirannya. Menyingkirkan semua tentang Adiva dari setiap sendi kehidupannya.

******

Jombang, 09.30 WIB

Flashback On....

"Al besok nonton yuk? Ada film horor baru nih," ajak Adiva  pada Aldebaran. Saat ini mereka berempat tengah berada di kantin sekolah. Menikmati semangkuk mie ayam beserta es teh manis favorit mereka.

"Ogah ah, klo film action aku mau," balas Aldebaran dengan santai yang langsung disetujui oleh Lufti dan Safira.

"Mumpung besok tanggal merah nasional," rajuk Adiva dengan kesal. "Ya udah deh klo kalian nggak mau aku berangkat sendirian aja," sambung Adiva  dengan ekspresi memelas agar ketiga sahabatnya mau menemaninya.

"Yakin?" sahut Safira dengan tersenyum geli. Sahabatnya satu ini memang lucu dan unik. Penakut tapi sukanya mengajak nonton film horor.

Adiva mendelik lantas membalas, "Yakin lah, kali aja nanti di bioskop aku nemu pacar ganteng. Pokoknya Lutfi dan Al lewat!" balas Adiva yang sukses mengundang tawa ketiga sahabatnya berderai.

"Ajakin Pak Hisyam aja Div, kan beliau suka tuh sama kamu, pasti nggak bakal nolak," goda Aldebaran di sela-sela tawanya.

"Asemm... Kalian semua, nggak asyik ah," umpat Adiva kesal. "Udah jangan ngomongin beliau, kasihan entar pas makan kesedak-sedak," sambung Adiva. Sejak gosip Pak Hisyam, kepala laboratorium IPA menyukai dirinya tersebar di sekolahan Adiva selalu menjadi bulan-bulanan teman sekelasnya terutama ketiga sahabatnya Safira, Aldebaran, dan Lufti.

Tiga Hati Satu Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang