69. Adik untuk Abizar

28 3 0
                                    

Waktu pulang kantor menjadi hal yang selalu Aldebaran nantikan setiap harinya. Semua itu karena orang-oramg terkasihnya yang setiap hari menunggu kepulangannya dari bekerja. Sejak kehadiran Abizar Malik, putra pertamanya bersama Adiva membuat Aldebaran tak betah berlama-lama berada di luar rumah. Seharipun Aldebaran tak ingin melewati waktu bersama keluarga kecilnya. Seperti saat ini saja Aldebaran sudah bersiap akan pulang saat jam kantornya telah usai. Tak seperti sebagian rekan kerjanya yang masih ingin berlama-lama di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan mereka ataupun hanya sekadar ngobrol sejenak sebelum pulang. Bahkan Aldebaran selalu menolak ajakan makan bersama rekan kerjanya ketika ada yang sedang merayakan hari ulang tahun. Bukan karena Aldebaran sombong ataupun enggan ikut bersama mereka. Tapi karena Aldebaran tidak ingin Adiva kewalahan menjaga buah hati mereka. Apalagi Farah yang sedang berada di fase aktifnya. Pun dengan Abizar yang kini sudah bisa merangkak ke mana-mana.

Sesampainya di rumah senyuman di bibir Aldebaran seketika terkembang saat mendapati Adiva yang tengah memberikan ASI kepada Abizar di sofa sedangkan Farah sedang tertidur pulas di atas ranjang.

"Assalamu'alaikum," salam Aldebaran lalu segera masuk dan meletakkan tas kerjanya di atas meja.

"Waalaikumsalam," balas Adiva seraya menatap wajah sang suami yang terlihat berseri-seri. Tak sedikit pun gurat letih tercetak di wajah tampannya.

Aldebaran lantas mengecup puncak kepala Adiva sembari menatap Abizar yang sedang meminum ASI dengan lahap.

"Aku ke kamar mandi dulu," ucap Aldebaran lalu bergegas melepaskan pakaian dan membersihkan diri sebelum menyentuh putra dan putrinya.

"Mau aku siapin makanan atau minuman Bang?" tawar Adiva sebelum Aldebaran masuk ke dalam kamar mandi.

"Nggak usah. Nanti aja. Kamu lanjutin dulu kasih ASI-nya," sahut Aldebaran tak ingin merepotkan Adiva.

Tak terasa sudah 9 bulan kini usia Abizar. Bayi itu tumbuh sehat menjadi balita yang lucu dan menggemaskan. Jika dulu Adiva tidak bisa memberikan ASI eksklusif kepada Farah ketika masih bayi karena ASI-nya yang tidak lancar, giliran anak keduanya ASI Adiva berlimpah ruah hingga Abizar kewalahan. Semua ini karena asupan gizi dalam tubuh Adiva yang benar-benar terjaga. Aldebaran juga berusaha selalu menjaga perasaan Adiva agar tidak sampai mengalami baby blues yang sering dialami oleh para perempuan pasca melahirkan. Aldebaran paling berperan dalam hal ini. Sebagai suami dan seorang ayah tentu saja Aldebaran sangat memperhatikan semua kebutuhan istri dan kedua buah hatinya. Jadi tak heran jika Aldebaran sering pulang kerja dengan menenteng tas belanjaan. Disamping itu pula ada kedua orang tua Adiva yang selalu membantu ketika Aldebaran sedang tidak berada di rumah.

"Tumben Farah tidur siang?" tanya Aldebaran karena tak biasanya gadis kecil itu bisa tidur di siang hari semenjak ada Abizar. Aldebaran duduk di samping Adiva dengan tersenyum membalas tatapan bayi chubby di pangkuan Adiva.

"Tadi asyik nonton film di hp eh tiba-tiba aja udah tidur," balas Adiva seraya mengusap keringat di kening Abizar yang masih kuat menghisap putingnya.

Mata Abizar berkedip berulang kali memperhatikan kedua orang tuanya yang sedang berbicara dengan salah satu tangannya memainkan kancing baju Adiva.

"Dek mimiknya udahan dong!" goda Aldebaran seraya mencoba melepaskan punting Adiva dari bibir mungil Abizar. Balita itu menatap Aldebaran dengan tatapan polosnya lalu kembali meraup punting Adiva. Melihat tingkah lucu putranya seketika Aldebaran tergelak.

"Udahan Dek, nanti Papa nggak kebagian dong klo Dedek mimik terus!" goda Aldebaran semakin gencar dengan kembali melepaskan bibir Abizar.

"Pap pap ...," oceh Abizar kembali menyingkirkan tangan Aldebaran dari tubuh Adiva.

Tiga Hati Satu Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang