"Udah semua? Yakin udah nggak ada yang tertinggal?" ucap Aldebaran yang baru saja duduk di kursi kemudi untuk memastikan jika tidak ada barang penting Adiva yang tertinggal.
Baru saja Aldebaran memasukkan barang-barang Adiva ke dalam bagasi. Mulai hari ini Adiva telah resmi resign dari MTs Darul Hikmah. Meninggalkan sebagian kenangan yang tersisa bersama Azzam di sana. Di MTs Darul Hikmah pertama kali mereka bertemu dan saling mengenal. Saat itu status mereka masihlah sebagai guru dan murid. Lalu di sekolah ini pula dirinya belajar bangkit dari keterpurukannya setelah kepergian Azzam. Di sana semuanya dimulai. Di sana pula semuanya harus diakhiri. Meskipun Adiva yakin cintanya untuk Azzam tidak akan pernah musnah dan berakhir. cinta dan kenangan Azzam telah abadi bersemayam dalam hatinya sampai kapan pun.
"Bentar, keknya masih ada," balas Adiva sengaja ingin bercanda. Gegas Aldebaran kembali mematikan mesin mobil dan hendak turun.
"Eh nggak perlu Bang." Adiva memegang lengan Aldebaran dengan sorot tak terbaca. "Aku bercanda. Kenangan bersama Mas Azzam lah yang sebenarnya tertinggal Bang," jujur Adiva dengan menyunggingkan senyuman penuh makna.
Aldebaran menatap Adiva dalam, lalu tersenyum lembut. "Simpan kenangan itu dengan baik Div. Karena aku pun tidak ingin Farah melupakan ayah kandungnya. Mungkin hatimu telah terbagi. Tapi tidak dengan ragamu. Separuh hati dan ragamu telah kumiliki. Jadi aku tidak perlu lagi cemburu pada Ustadz Azzam," terang Aldebaran lalu mengusap puncak kepala Adiva.
Aldebaran menghidupkan mesin lalu menjalankan mobil ke luar dari area sekolahan. Mulai hari ini Aldebaran berjanji pada diri sendiri. Ia tidak akan pernah lagi mengusik kenangan Adiva bersama Azzam. Semua sudah berlalu, luka itu telah mengering meskipun bekasnya tidak akan pernah hilang sampai kapan pun. Namun Aldebaran menyakini bahwa semua yang telah dialaminya, Adiva, dan Azzam adalah atas kehendak Allah SWT. Semua sudah menjadi suratan takdir mereka bertiga. Kisah cinta segitiga ini memang begitu menyakitkan dan rumit untuk dijabarkan melalui logika manusia.
Setelah mereka bertiga merasakan kesakitan yang terlalu dalam. Kini kebahagiaan telah mereka miliki seutuhnya. Terutama Azzam, laki-laki sempurna penuh kasih itu kini telah abadi di samping Sang Pemilik Kehidupan. Menjadi salah satu kekasih-Nya. Impian dan harapan utama dari seluruh kaum muslim di muka bumi ini.
Aldebaran meraih jemari Adiva, membawa di bibirnya. Memberikan kecupan berulang demi mengungkapkan rasa cintanya. Aldebaran masih tak menyangka jika pada akhirnya mereka bisa bersatu. Mungkin Azzam telah memberikan luka karena pernah memiliki Adiva. Pernah membuatnya dikuasai rasa cemburu hingga menghadirkan rasa benci.
Tapi laki-laki itu pula yang mengajarkan padanya bahwa mencintai tak harus memiliki. Bahwa mencintai sesama tidak boleh melebihi cinta kepada Sang Pencipta. Azzam telah menepati janji untuk mengembalikan Adiva padanya. Lalu pantaskah jika dirinya mengusik posisi Azzam di hati Adiva. Memaksa Adiva untuk melenyapkan semua kenangan indah mereka? Tentu saja tidak, Aldebaran tidak akan melakukannya. Ia sudah belajar ikhlas dan menerima semua garis takdir yang telah Allah berikan padanya."Bun ada yang telepon!" Tiba-tiba saja suara imut dari arah belakang membuyarkan suasana romansa yang tercipta di antara mereka.
"Siapa Sayang?" ujar Adiva sembari menarik tangannya dari genggaman tangan Aldebaran. Lalu menengok ke belakang sembari menerima ponsel yang telah di ulurkan gadis itu.
Adiva mengeja nama Safira di sana. Gegas Adiva menggeser tanda hijau di bagian sudut kanan layar ponselnya. Lalu mengucapkan salam. Mendengar suara Safira yang terdengar berbeda membuat Adiva khawatir. Terdengar lemas. Adiva seketika panik saat mendengar jika saat ini Safira berada di rumah karena sakit.
"Kenapa Safira, Sayang?" sela Aldebaran turut merasa khawatir. Safira tak hanya sekadar sahabat tapi juga saudara baginya. Bahkan sebelum menjadi kakak iparnya Aldebaran sudah menganggap Safira sebagai saudara, pun dengan Lutfi.
![](https://img.wattpad.com/cover/226527449-288-k533039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Hati Satu Cinta (End)
RomanceRate 18+ Blurb Perpisahan dengan seorang sahabat terbaik beserta dengan cinta pertamanya tentulah hal yang tak mudah bagi Adiva Dania Khanza, gadis berusia 18 tahun itu. la terisak tatkala harus melambaikan tangannya melepas Aldebaran Malik pergi me...