Dalam diam aku memiliki dirimu seutuhnya.
__________________&&&_________________
Kegelisahan tiba-tiba merajai hati Adiva tanpa alasan, sejak semalam ia tidak bisa memejamkan mata meskipun hanya sejenak, barulah setelah bangun salat malam bersama Azzam Adiva bisa terlelap. Tanpa Adiva sadari Azzam tersenyum menatap wajah Adiva yang tertidur pulas, ia tidak menyangka bisa tergila-gila pada gadis belia yang kini sudah resmi menjadi istrinya itu dalam waktu yang singkat, benteng hati yang selama 8 tahun ia bangun dengan kokoh seketika roboh hanya dengan hitungan minggu saja.
Sambil menunggu adzan subuh berkumandang Azzam mengambil mushaf dari atas meja lalu membacanya dengan khusuk. Allahuakbar Allahuakbar, terdengar sayup suara adzan subuh Azzam segera mengakhiri bacaan Al-Quran yang tengah ia lantunkan lalu kembali mengambil air wudhu agar merasa segar kembali, ia kecup kening Adiva cukup lama sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
Ia lipat sajadah yang terhampar di atas lantai lalu meletakkkan di bahu kirinya, kali ini ia pergi berjamaah salat subuh ke masjid sendiri karena tidak tega mengganggu tidur Adiva. Azzam tahu semalaman Adiva gelisah dari tidurnya, ia berencana akan menanyakan langsung penyebab Adiva gelisah nanti seusai ia pulang dari masjid.
*****
"Kamu kenapa Sayang? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Ucap Azzam saat masuk ke dalam kamar melihat Adiva sedang melamun menatap luar jendela.
Terlihat dari balkon kamarnya jalanan mulai ramai dengan aktivitas warga yang berlalu lalang di jalan raya.
"Nggak ada apa-apa Mas," balas Adiva singkat sambil mengalihkan pandangannya ke arah Azzam yang kini sudah berdiri di sisinya.
Azzam melirik ponsel di tepian jendela milik Adiva yang tampak berkedip, di layar pipih itu tertera nama Safira di sana, seketika alis Azzam terangkat sebelah karena merasa heran. Tak biasanya sepagi ini sahabat istrinya itu mengirimkan pesan.
"Ada apa sepagi ini Safira mengirimkan pesan?" Tanya Azzam penasaran. Lalu tanpa diduga Adiva menunjukkan pesan Adiva padanya yang tidak dibalasnya.
"Adiva entar pulang kampus kita berencana rujakan di rumahku. Si Della dan Santi ngajakin tuh, kamu ikut kan?"
Azzam tersenyum membaca pesan dari Safira lalu membelai rambut Adiva. "Apa kamu kangen ibu dan ayah?" Tanya Azzam dengan lembut mencoba menerka kegelisahan istrinya. Tanpa Azzam sadari jika pesan sahabat istrinya tersebut mengandung pesan tersirat.
Perlahan Adiva menatap Azzam dengan rasa haru, ia tak menyangka Azzam mengerti isi hatinya. Adiva menganggukkan kepala lalu tersenyum lebar sembari melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Azzam.
"Bilang saja kalau kamu menginginkan sesuatu, jangan dipendam sendiri," ucap Azzam sambil mengeratkan pelukannya, ia hirup kuat-kuat aroma orange dari rambut panjang Adiva, Aroma yang kini selalu ia rindukan saat berjauhan dengannya meskipun hanya sebentar saja.
"Maaf Mas aku nggak enak mau bilang, Mas kan sibuk dan pasti kerjaannya banyak setelah PAS gini, apalagi gantian bentar lagi MTs tempat Mas ngajar juga mau ujian," terang Adiva malu-malu, ia sungguh tak enak hati jika harus merepotkan Azzam.
"Kamu ini lucu Dek, rumah ibu dan ayah kan dekat kalau mau pulang bilang saja pasti Mas antar, kan bisa Mas antar trus ke kampus entar pulang Mas jemput lagi," terang Azzam dengan lembut, hatinya tergelak mengetahui sifat istrinya yang masih polos dan pemalu itu.
"Entar pulang kampus kita pulang sekalian nginep sana, kan setelah menikah ini kita juga belum pernah menginap di sana," jawab Azzam sambil mencubit ujung hidung Adiva dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Hati Satu Cinta (End)
RomanceRate 18+ Blurb Perpisahan dengan seorang sahabat terbaik beserta dengan cinta pertamanya tentulah hal yang tak mudah bagi Adiva Dania Khanza, gadis berusia 18 tahun itu. la terisak tatkala harus melambaikan tangannya melepas Aldebaran Malik pergi me...