Untuk sekian menit tubuh Aldebaran membatu setelah mendengar pengakuan Adiva yang sangat mengejutkan dirinya. Kenyataan yang tak pernah sama sekali terlintas dalam benaknya. Ternyata serumit itu perjalanan hidup Adiva saat tak bersamanya. Jauh lebih berat dari apa yang dirasakannya selama ini.
"Serius?" Hanya satu kata itu yang mampu terucapkan dari bibir Aldebaran. Tatapan Aldebaran berubah serius dan penuh tuntut, berharap jika ucapan sang istri hanyalah canda belaka.
"Seriuslah Bang, emang aku kelihatan becanda apa?" ucap Adiva dengan tersenyum kecut. Andai waktu itu Adiva tidak menolak lamaran orang tua Azzam pastilah dirinya dan Aldebaran tidak akan pernah menikah. Dan parahnya Adiva tidak akan pernah bisa ke luar dari bayangan Azzam seumur hidupnya.
Cukup lama Aldebaran terdiam dengan tak lepas menatap Adiva. Pikirannya mulai mengingat sesuatu ke masa lalu di mana mereka masih duduk di bangku SMA. Dulu tersiar kabar seantero SMA A. Dahlan jika Hisyam menyukai Adiva. Tak sampai di situ saja kini pikiran Aldebaran mulai menyatukan kepingan-kepingan masa lalunya. Lalu merangkainya dengan semua yang telah dilalui Adiva.
"Udah, nggak perlu dibahas Bang. Yang penting kamu udah tahu alasan Ibu bersikap dingin padamu," ucap Adiva yang memang tak ingin membahas masa lalunya lebih dalam karena semuanya akan membuatnya kembali merindukan Azzam. Hatinya baru saja merasa tenang. Jadi untuk sementara waktu Adiva ingin melupakan semua kenangan menyakitkan yang telah dilaluinya. Tapi keinginan Adiva tak terwujud karena laki-laki di hadapannya justru melayangkan tatapan penuh selidik.
"Eh nggak bisa, aku pengen tahu. Kan dulu Ustadz Hisyam yang naksir kamu trus kenapa jadi Ustadz Azzam yang menikahi kamu?" cecar Aldebaran karena kepingan-kepingan yang telah ia susun bukannya menjadi jawaban justru ambyar. Tak mampu memberikan jawaban yang tepat atas rasa penasarannya.
Adiva menatap ke dalam mata Aldebaran. Arti tatapan yang jelas-jelas menuntut jawaban darinya. Adiva menghela napas panjang seraya memejamkan mata sejenak sebelum kembali menatap Aldebaran.
"Jadi sebenarnya dulu orang tua Mas Azzam itu melamar aku untuk Ustadz Hisyam tapi karena Mas Azzam belum menikah. Maka Ayah meminta Mas Azzam yang lebih dulu menikah. Yah intinya gitu," terang Adiva sukses membuat tubuh Aldebaran kembali membatu.
"Udah cukup ya?" sambung Adiva mencoba mengakhiri cerita. Dirinya tidak akan sanggup menahan air mata jika harus membuka luka lamanya kembali.
"Udah cukup! Maaf," ucap Aldebaran lalu membawa tubuh Adiva ke dalam pelukannya.
"Aku tidak akan lagi mengusik masa lalu kamu. Yang terpenting sekarang adalah aku, kamu, Farah, dan masa depan kita," ucap Aldebaran dengan perasaan menyesal. Memang jawaban Adiva tidak mampu memuaskan rasa penasarannya. Tapi membuat Adiva kembali bersedih tentu bukanlah keinginannya. Justru tujuannya sekarang adalah ingin menghapus air dan menggantinya dengan senyuman.
***
Setelah memastikan barang-barang yang akan mereka bawa tertata rapi di bagasi mobil, mereka segera berangkat. Ini akan menjadi sesuatu yang sangat aneh bagi Adiva. Dirinya akan berkunjung ke rumah mantan mertua bersama suami barunya. Terdengar sangat lucu dan ironis memang. Tapi inilah yang dilakukan oleh Adiva. Entah sambutan seperti apa yang nanti mereka dapatkan. Yang jelas mereka datang dengan niat yang baik. Andai bukan Aldebaran yang memaksa tentu Adiva tidak akan berani menemui orang tua Azzam, mengingat pertemuan terakhir mereka yang tak mengenakan saat acara pernikahan dirinya dan Aldebaran. Sebenarnya hanya Arumi, Ibu Azzam yang bersikap dingin pada mereka berdua. Tapi tetap saja hal itu membuat Adiva gelisah dan takut untuk bertemu.
"Hore kita jalan-jalan!" pekik Farah yang saat ini berada di pangkuan Adiva dengan riang.
"Farah seneng?" tanya Aldebaran seraya menatap sekilas putrinya dengan tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/226527449-288-k533039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Hati Satu Cinta (End)
RomanceRate 18+ Blurb Perpisahan dengan seorang sahabat terbaik beserta dengan cinta pertamanya tentulah hal yang tak mudah bagi Adiva Dania Khanza, gadis berusia 18 tahun itu. la terisak tatkala harus melambaikan tangannya melepas Aldebaran Malik pergi me...