"Saat aku lihat senyumnya yang mengerikan itu, bulu kudukku langsung berdiri!"
Hae In dan Jihye menahan nafas, adrenalin mengalir sederas air terjun. Mereka mendengarkan cerita dari Minji dengan serius sampai tidak sadar membuka mulut terlalu lebar, untung saja tidak ada lalat yang hinggap.
"Terus terus?"
"Terus dia mendekat, dia berbisik 'wah rupanya kamu sudah tau kalau aku mau macam-macam', seperti itu! Tentu saja aku sangat kaget!" seru Minji dengan beberapa perubahan ingatan di otaknya.
Kalau tidak salah Seongeun bilang begitu 'kan? Ah tidak masalah kalau keliru sedikit. Yang ditangkap telingaku intinya seperti itu. Lagipula respon Hae In dan Jihye semakin bagus. Sedikit berlebihan agar cerita makin menarik itu wajar. Ehe.
"Ya ampun, lalu kamu diapakan?" tanya Jihye, alih-alih khawatir dia malah terlihat seperti berharap sesuatu yang asyik terjadi pada temannya.
"Aku tidak diapa-apakan dan berhasil kabur."
Jihye dan Hae In mendesah dengan wajah datar. Nah 'kan! Dasar teman laknat!
"Tapi."
satu kata itu berhasil membangun suasana kembali tegang. Hae In menyeruput frappucinonya sampai berbunyi srooot srooot yang kalau diterjemahkan menjadi "Tapi apa?!"
"Tapi aku terjatuh karena tersandung rokku sendiri, kalian tau, saat itu aku memakai baju yang dia belikan. Panjangnya segini." Minji memperagakan seberapa panjang dressnya. Hae In dan Jihye memperhatikan gerakan tangan Minji seperti orang bodoh.
"Dan off shoulder," lanjut Minji berdesis.
Jihye melotot. "Apa?! Ja-jangan-jangan itu ... ."
"Melorot ... ?" Hae In menggebrak meja. Wajahnya memerah dan tiba-tiba menjadi bersemangat.
Melihat wajah temannya yang kembali antusias, Minji berpikir ulang untuk mengatakan kalau bajunya tidak melorot sama sekali berkat strapless bra sekuat bendungan tiga ngarai.
"Er ... Em yah, iya melorot."
"Uwooowww!"
Pengunjung kafe kecil dan tersembunyi lainnya menoleh. Mereka mendengkus hanya mendapati tiga mahasiswi aneh yang sedang bergosip.
"Lalu kamu diapakan?"
Pertanyaan Jihye membuat Minji kembali teringat saat dia berpikir untuk mengancam Seongeun dengan memanggil polisi. Apa yang akan ia katakan kalau polisi sudah datang? Dia dianiaya? Diculik? Diperkosa? Semuanya tidak. Minji hanya ingin berhati-hati.
Tetapi, setelah memikirkannya kembali, Minji merasa tidak adil karena melihat Seongeun hanya dari sisinya saja.
Yap, sebagai orang dewasa harusnya aku bisa lebih sabar dan fleksibel. Siapa tau Seongeun memang benar-benar hanya bercanda. Kalau aku berlebihan menceritakan keburukannya, itu terdengar keterlaluan.
Sementara itu Hae In dan Jihye masih menunggu jawaban dengan antusias. Haah, apa sih yang kalian harapkan?
"Dia ... Dia memandangku dengan tatapan mesumnya. Lalu menyeringai saat aku berusaha menutupi kulitku. Sial, kupikir dia gentleman. Bukannya menolong dia malah berjongok di depanku sambil berkata 'Baby, kamu seksi sekali', gila 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy [ Seo Seongeun X OC]
RandomSeo Seongeun jadi sugar daddy?!?! Fanfiction. Dengan diciptakannya fanfiction ini, saya berharap dapat meredakan reaksi ketegangan terhadap karakter Seo Seongeun yang dikenal keras dan "edyan". Melalui OC Park Minji, mari kita simak sepenggal kehidu...