2

2.6K 314 26
                                    

Total biaya perkuliahan untuk semester ini adalah empat juta won.

Empat juta won.

Park Minji ingin meninggal saja sekarang.

Ia membanting ponselnya ke kasur. Memijat kening, kepalanya terasa berputar-putar. Dalam apartemen kecil dan panas ini tangisannya bergema. Peluh di dahi mengalir bercampur air mata. Wajah cantik itu memerah tak karuan.

Sungguh, rasanya sakit sekali.

Sudah dari dulu ia tau kalau biaya kuliah selalu mahal. Namun ketika menjalaninya, ia baru benar-benar bisa merasakan apa yang dimaksud dengan 'mahal' itu. Mahal bukan sekedar nominal yang banyak. Lebih dari itu,efeknya luar biasa untuk kewarasan jiwa dan kesehatan raga.

Mungkin ini karena ia tinggal seorang diri di kota besar. Sebelumnya, ia hanya menganggap remeh kata 'mahal'.

Ia pikir kehidupan kuliah akan mudah. Beasiswa di mana-mana. Nyatanya, ia tak berhasil mendapatkannya. Satu pun. Orang tuanya di desa sampai harus menjual sepeda motor untuk memenuhi biaya kuliah semester lalu ditmbah biaya hidup. Tak ada harta lagi.

Apa yang harus aku lakukan?

Minji sempat berpikir untuk berhenti kuliah dan memilih untuk bekerja saja. Tapi pekerjaan apa yang akan ia dapat?

Ia membayangkan dirinya dalam balutan seragam pelayan kafe. Lalu teman-temannya di kampus akan datang dan mengolok-olok. Membayangkannya membuat Minji bergidik. Tidak akan! Dia tak akan membiarkan dirinya seperti itu!

Minji meraih kembali ponselnya, hendak menulis status galau. Perhatiannya tercuri oleh postingan salah satu teman kampus.

Berfoto di club, dress mini, rambut tergerai indah, kulit yang bersinar, tas mahal tersampir di pundak.

"Senang-senang di masa muda." Tulisnya.

Minji menggigit bibir. Iri. Iri setengah mati.

Lalu postingan lainnya. Teman-teman lain juga sering menunggah gaya hidup mewah mereka. Sama sekali tidak terlihat menyedihkan.

"Hei, bukankah dia keadaan sama denganku?"

Minji menemukan satu akun, teman lamanya di sma yang sekarang berada di jurusan yang berbeda. Lim Yejin. Meski tidak terlalu akrab, Minji cukup tau bagaimana keadaan Yejin sampai setidaknya mereka kuliah. Keluarga Yejin termasuk golongan yang tidak mampu. Tak ada satupun anggota keluarganya pekerja keras. Jadi, Minji rasa tidak mungkin keluarga Yejin kaya mendadak sampai perempuan itu bisa memamerkan dirinya dalam balutan busana mahal.

Untuk sesaat, Minji terbengong-bengong.

Bagaimana bisa?

Ah, ya sudahlah. Daripada pusing, lebih baik tidur!

Kenapa pula Minji harus reot-repot mengurusi hidup orang lain?

.

.

.

Minji berjalan ke kantin bersama dua temannya.

Suasana siang itu cukup ramai. Beberapa anak dari fakultas lain tampak main-main di wilayah fakultas Minji, fakultas budaya.

Maklum saja, hari ini ada latihan tari untuk anak jurusan seni tari. Itu adalah kesempatan untuk melihat hiburan secara gratis.

"Ah ... Aku belum bayar uang semester nih. Padahal sudah satu bulan."

Minji membeku saat temannya tiba-tiba berkata demikian. Dia merasa tersindir.

"Tenang, aku baru bayar setengahnya. Eh, bagaimana denganmmu, Minji?"

Sugar Daddy [ Seo Seongeun X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang