Di satu malam yang indah ...
"Daddy, mau apa sih kita ke sini?" seorang perempuan mengerucutkan bibir. Ia tidak suka suasana kantor yang sama sekali tidak seru.
Padahal daddynya bilang malam ini adalah malam yang istimewa, harusnya mereka melakukan sesuatu yang asyik seperti meniup seruling dan sebagainya, bukannya berkeliaran di dalam gedung.
Seongeun tersenyum kecil. Pantulan cahaya membuat kacamatanya berkilat misterius. Sayangnya si baby tidak bisa membaca situasi ini. Dia sibuk memandangi setiap sudut lorong sambil mengeriting rambut dengan jari telunjuknya.
"Bertemu dengan rekan kerja saya. Bukankah kamu sudah mendengarnya tadi?"
"Oh, oh. Iya! Bertemu dengan rekan kerjanya daddy, tapi apa artinya itu? Aku disuruh kerja juga?"
"Hm? Nanti kamu juga tau. Nah, ayo masuk."
Seongeun membuka pintu ruangan yang terletak paling ujung. Tanpa curiga sedikitpun, perempuan itu mengikuti. Memasuki ruangan yang cukup lebar dengan aroma pengharum ruangan yang menguar kuat. Kedua matanya membola, bukan karena melihat guci antik di sudut ruangan, mini akuarium dengan lampu neon warna-warni ataupun sebuah sofa besar berwarna beludru, melainkan karena sesosok makhluk bulat empuk yang nampak sangar tengah duduk mengangkang sambil mengigiti daging panggang.
"Oh, kau sudah datang rupanya?"
Dia bisa bicara!
"Iya, bos."
Seongeun memberi isyarat agar perempuan itu duduk di sampingnya. Dengan pandangan yang tak lepas dari si gendut botak, si cantik berambut coklat itu menurut, duduk dengan hati-hati di ujung kursi. Mendadak ia takut roknya terangkat terlalu tinggi hingga bisa dilihat oleh orang lain, padahal sebelumnya ketika hanya berduaan dengan sang daddy dia malah sengaja menarik roknya ke atas.
Bos mesum, huh. Pasti om Seongeun lebih hebat darinya.
"Jadi ini yang namanya Lim Yejin?" tanya Jaewon ramah, menurut dirinya sendiri.
Kenyataannya pose duduk, mulut yang tersumpal makanan, alis menukik dan tatapan sombong itu sama sekali tidak ramah.
"I-iya." Yejin melirik Seongeun. Ia tidak menyangka dirinya sespesial itu sampai dikenalkan pada bos besar. Kira-kira apa yang apa yang om bicarakan tentangku pada bosnya ya?
Seongeun mengambil alih pembicaraan. Dalam hal ini dia memang lebih lihai. Memulainya dari kontak mata yang lembut dan penuh kasih, Seongeun laksana seorang ayah yang sebang bicara pada bayinya. Benar-benar hubungan daddy-baby.
Lalu telapak tangannya yang lebar menyentuh pundak Yejin yang terekspos. Seleb kampus itu berjengit. Eh copot-copot.
Habisnya tangan Seongeun dingin sih."Sayang, kamu mau jadi model tidak?"
.
.
.
Masih dalam balutan kemeja kerja, Seongeun menyesap bir sambil memandang indanhya pemandangan kota di malam hari dengan tatapan jenuh.
Adegan klise orang kaya.
Dulu, saat ia masih mencari uang dengan mengandalkan tinju, tak pernah sekalipun Seongeun berpikir untuk melakukan hal tidak asik seperti ini. Pikirnya jadi orang kaya itu berarti ia akan punya energi tak terbatas, siang kerja, malam senang-senang, setiap hari begitu sampai mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy [ Seo Seongeun X OC]
RandomSeo Seongeun jadi sugar daddy?!?! Fanfiction. Dengan diciptakannya fanfiction ini, saya berharap dapat meredakan reaksi ketegangan terhadap karakter Seo Seongeun yang dikenal keras dan "edyan". Melalui OC Park Minji, mari kita simak sepenggal kehidu...