III

62 13 1
                                    





"Ayah tiriku menyuruhku pindah".



Kalimat itu bagaikan petir bagi Soora. Berarti mereka harus berpisah? lagi? pikir Soora. Hening sesaat, terdengar helaan napas milik Soora lalu ia bertanya "Kemana?". Vante terdiam sebentar lantas menjawab "Jepang".

Benar benar ya, takdir harus memisahkan mereka lagi, padahal baru bertemu setelah 5 bulan berpisah. Soora tak habis pikir, Mengapa kebahagiaannya yg baru datang beberapa hari lalu sekarang harus pergi lagi?, Apakah semesta tidak merestui mereka? Apakah semesta tidak mengijinkan Soora bahagia? Apakah dunia terlalu cemburu sehingga tak mengijinkan Soora untuk bersama dengan kekasihnya?.

"Kau pindah berarti tidak akan kembali lagi?" Soora bertanya namun dengan suara pelan, pandangannya lurus menatap kedepan.

Vante lantas berdiri lalu mendekap Soora, "Aku tak tahu, tapi kuusahakan aku akan kembali" Vante menjawab tak beda pelannya dengan Soora.

Soora ingin menangis saat itu juga, berpisah 5 bulan saja sudah membuat dadanya sesak pun itu masih satu negara, bagaimana dengan berbeda negara dan tanpa tahu kepastian akan kembali? mungkin aku akan gila, itu yang ada didalam pikiran Soora. Lantas bagaimana jika tidak kembali? mungkin aku bisa mati.

"Bisa kau jelaskan mengapa kau harus pindah?" Soora mendongak menatap Vante. Menghela napasnya, Vante sudah menduga Soora akan bertanya begitu, lantas ia pun menyuruh Soora untuk duduk di ranjang lalu menjelaskan perihal kepindahannya.

"Tadi ibuku memberitahuku, hari ini ia ke Daegu untuk mengambil beberapa berkas, sebelumnya aku tau jika ibuku akan pindah, ia menjelaskannya beberapa minggu yang lalu ketika aku masih di Busan".

"Ibumu akan pindah?" Soora menatap Vante. Mengangguk lalu Vante melanjutkan "Iya, sebelumnya hanya ibuku saja yang akan menyusul Ayah tiriku di Jepang mengingat waktu itu aku masih sibuk di Busan, lalu tadi Ayah tiriku mengetahui jika aku sudah selesai dengan proyek itu, lantas ia menyuruhku untuk ikut serta, sejujurnya aku ingin menolak tetapi Ayah tiriku keras kepala sehingga tadi aku terlibat pertengkaran dengannya di telfon, dan akhirnya aku tetap tidak bisa melawannya, kau tau ia sangat susah dilawan, maka dari itu aku menyetujuinya, ia juga menawariku sebuah proyek besar membangun gedung berlantai 20, bekerja sama dengan beberapa arsitek disana".

Menjeda sebentar, Vante pun melanjutkan lagi "Aku teringat, ia lah yang membuatku menjadi seperti sekarang, diketahui oleh banyak orang sebagai seorang arsitek muda yang tampan, ia sangat berpengaruh di pekerjaanku, ia juga yang dulu membiayaiku ketika kuliah hingga lulus, lantas aku benar benar tidak bisa menolaknya, aku tidak bisa apa apa Soora, selain hanya bisa menyetujuinya, jadi maafkan aku, kita harus berhubungan jarak jauh lagi" Vante menatap Soora dengan mata yang berkaca kaca.

Melihat sang kekasih yang hendak mengeluarkan air matanya, Soora segera menarik Vante kepelukannya "Hey kau bukan bocah 5 tahun lagi, sudah jangan menangis sayang" berucap lembut sambil mengelus rambut Vante. "Memangnya kapan waktu kepindahanmu?" Soora bertanya setelah hening beberapa saat.

"Lima hari lagi" Vante melepas pelukannya lalu menatap Soora, "Sebentar lagi bukan?" lanjutnya. Soora hanya terdiam, itu benar benar waktu yang singkat.

Dan kemudian hari semakin malam, kedua insan itu pun memilih untuk tidur mengarungi mimpi masing masing.

*****

Pagi ini, bunyi alarm ponsel Soora terdengar nyaring, lalu ia terbangun dari tidurnya. Sedikit terkejut karena ia bangun bukan dikamarnya sendiri. Namun beberapa saat kemudian ia teringat, semalam ia tidak bisa tidur, ia sibuk memikirkan tentang kepindahan Vante. Ia juga beberapa kali menahan air mata nya yang meminta keluar, lalu saat ia mendengar dengkuran halus milik Vante pertanda sebagai  sang pemilik dengkuran telah tertidur pulas, lantas Soora segera bangun dan pergi menuju kamar lain di rumah Kakaknya yang berada dilantai bawah. Sebelum tidur pun ia sempat menangis sebentar lalu tertidur.

La Perfection De L'amour [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang