VI

34 10 8
                                    









Semalam langit sepertinya tengah bersedih, hingga pagi ini. Buliran buliran air mata langit yang semula hanya berupa tetesan, semakin lama semakin mengucur deras. Entah sampai kapan yang dinamakan hujan tersebut berhenti.

Ya, kini musim telah memasuki musim hujan. Ditambah dengan beberapa kali disertai angin yang siap memporak porandakan dedaunan. Dingin selalu hinggap di setiap malam, bahkan pagi hari pun juga.

Soora tengah menikmati secangkir teh hangat  miliknya dengan beberapa potong roti isi sebagai temannya. Sudah hampir sebulan, setelah perpisahan yang terlihat tegar namun sebenarnya sangat rapuh di Bandara Incheon.

Waktu berlalu cepat sekali bukan? ya benar itu karena Soora benar benar menikmati masa masa sendiri nya saat ini.

Tunggu, Sendiri?

Ah, bukan, mereka tidak memutuskan hubungan. Tetap menyambung kok, tenang saja. Bahkan beberapa menit yang lalu Soora baru saja menyudahi panggilan bersama sang Kekasih.

"Aku merindukanmu"

"Ingin lihat wajahmu"

"Marah lah, aku ingin mendengar celotehanmu"

"Ra, kau tau aku baru saja berbincang dengan seorang wanita cantik dan itu adalah kau, kekeke"

"Ra, hatiku sakit, sakit sekali, tapi penyembuhnya sedang jauh dariku, jadi semakin sakit rasanya"

"Ra" "Ra" "Ra"  dan masih banyak "Ra"  lagi.

Selalu saja terdapat topik seperti itu setiap mereka sedang melakukan panggilan. Membuat Soora gemas, ingin menggigit.

"Ra, boleh tidak aku memiliki tattoo?"

Itu topik mereka beberapa saat yang lalu. Vante tiba tiba meminta ijin kepada Soora perihal ingin membuat sebuah tattoo di lengan kanan miliknya. Agar lebih kelihatan maco,katanya.

Sudah pasti jawaban Soora adalah "Tidak, tidak akan pernah kuijinkan, walau hanya setitik pun, Tidak" dengan penekanan yang sangat jelas di kata tidak. Lalu timbullah sebuah perdebatan kecil.

"Ayolah, hanya dua titik lalu terdapat garis lengkung di sebelahnya, seperti tanda senyum".

"Tidak".

"Ra, kumohon, boleh ya?"

"Ku matikan ya telfonnya?"

"Baiklah baiklah, tidak jadi ingin membuat tattoo".

Dengan Vante yang mengalah, berakhir sudah perdebatan itu.

Kembali pada Soora saat ini, ia tengah menunggu hujan yang awet dari semalam sedikit mereda. Ia harus bekerja, ia masih memiliki tanggung jawab di butik itu. Padahal sudah berkali kali sang Ibu juga sang kekasih menyuruh untuk berhenti bekerja, namun Soora tetap bersikukuh tak ingin berhenti sampai dirinya menikah.

Lantas mengapa ia tak segera menikah dengan sang kekasih?

Tanyakan saja kepada pria Kim itu.

"Aku masih ingin berkencan dengan Soora, nanti jika menikah lalu buntalan buntalan kecil itu hadir, itu membuatku susah untuk dekat dengan Soora, aku tidak mau ya kasih sayang Soora padaku terbagi dengan manusia lain"

Nah,sudah terjawab.

Astaga, makhluk yang disebut buntalan itu adalah hasil jerih payahmu juga Kim Vante.

La Perfection De L'amour [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang