sembilan

532 59 3
                                    

songs:

coldplay - the scientist
demi lovato - fix a heart

-

[nikken's]

aku kebangun diruangan yang aku bisa tebak. namanya: rumah sakit. baunya aja udah gak enak, apalagi tempatnya? bentar deh.

kok aku gak mati? kirain udah mau.

"hai, nicole." widih, suara siapa tuh? kangen banget deh aku dipanggil nicole.

"ugh...?"aku berusaha keras untuk menoleh tapi yang ada kepalaku pening banget.

"jangan banyak gerak. kamu masih sakit, nik." widih dia cowok. dan lebih widihnya lagi dia mantan pacarku.

"ngapain kamu disini? perrie mana?" tanyaku dan aku mau garuk kepala gara-gara bingung, 'kenapa coba aku nanya perrie?'

"yang mantannya kamu kan aku, bukan perrie." ucap zayn kayak salah tingkah.

"kan aku yang nanyain perrie, bukan kamu." balasku. "aku kenapa bisa nyampe disini?" tanyaku.

"tadi kamu ketiduran pas jalan alias pingsan." katanya terus dia jalan mendekati ranjang rumah sakit ini, "kamu sakit apa? kok kamu gak bilang?"

udahlah nik, kamu jujur aja, kata alam bawah sadarku tapi otakku malah berusaha keras buat ngelawan dan menahan semua kata-kata pengakuan.

aku bisa ngerasain air mataku udah mau jatuh beberapa detik lagi, "aku sakit jantung. penyakit bawaan. kamu udah tau kan sekarang mantan cewek kamu penyakitan?", kan aku nangis.

"kamu kenapa bohong? kamu gak tinggal di miami kan sama helena?"

dih bisa gitu.

"loh kok tau?" aku heran.

"kamu keliling amerika kan buat nyembuhin penyakitmu?"

dih bisa gitu.

"oh helena ngasih tau ya?" tanyaku.

"dih kok kamu tau?" balas zayn.

nih orang nge-copas kata-kata yang dari tadi muter-muter didalam otakku.

"sekarang penyakit itu dah makin parah zayn. dulu cuma penyakit bawaan, tapi sekarang dah makin parah." jelasku. "bentar lagi aku mati. gimana?"

"kamu bakal sembuh, nik. jangan bahas tentang kematian." ucap zayn.

"kamu sama aja kayak helena sama nikayla. kalian tau aku bakal mati jadi kalian bahagiain aku dulu kayak difilm-film. bilanglah 'iya kamu bakal sehat', nyatanya dia mati, nggak ada yang peduli tuh." ucapku.

dia tergelak meremehkan tapi aku bisa lihat matanya, all those sparkles that i used to see is gone, "lalu? kamu mau mati sekarang? perlu aku panggilin helena biar dia sekalian yang bunuh kamu. gimana?" ucapnya. "kamu mau aku bilang 'nik masa bodo ya mau kamu sakit kek sehat kek kan gak masalah buat aku', kamu aku begitu? nikken, jangan pernah merasa kayak gitu. live your life. jangan cuma gara-gara aku kayak gini, nikki."

"kalo gitu jangan bikin aku kayak gini, zaynie." balasku dan itu cukup deh kayaknya buat dia termenung.

"nikken, you are the one. kamu yang mengajariku apa arti cinta. kamu yang mengajariku untuk setia. tapi aku satu-satunya yang nggak memperhatikan kamu saat kamu lagi ngajarin aku. maafin aku, aku selalu sayang sama kamu nikken, selalu cinta sama kamu, selalu. tapi, nggak kayak aku sayang dan cinta sama perrie. percayalah, if you were the ground, i promise i'll be the skies, so i could stay with you always, every single second, every single hour, and every single day, i'll be there, watching you in the daylight and evening."

yaelah nih makhluk puitis amat. dia nelen buku puisi karangan siapa coba?

"perumpamaan yang bodoh dan takkan pernah terjadi. seharusnya aku yang bilang gitu, z. bukan kamu. i'll be the first to watch you from the skies. bukan kamu." tuturku.

"apa kamu barusan berusaha bilang kalo kamu mau mati bentar lagi?" ujar zayn kayak dia barusan baru connect.

pintu berderit terbuka, "hai." ucap seseorang. itu perrie!

"perrie! kesini!" panggilku. dan ia mendekat, "kalau aku baca di internet kamu dipanggil pezza, kenapa nggak sekalian pizza?" candaku.

dia terkekeh, "karena aku makhluk hidup, bukan makanan."

"eh-eh, pez. aku minta tolong boleh gak?" pintaku.

dia mengangguk, "soal apa? kalo soal matematika atau aljabar tingkat sampah aku gak bisa."

aku tertawa, "ih masa kamu gak suka matematika?" lalu, aku melanjutkan, "eh, serius ini."

"iya, bilang aja." jawab perrie.

aku melihat ke arah zayn. zayn dari tadi bengong, mukanya kayak orang banyak hutang.

"gampang kok. jaga zayn, ya? kalau aku udah gak ada." tuturku dan orang yang namanya tadi aku sebut mendongakkan wajahnya.

perrie mendesis, "kamu gak boleh ngomong gitu, malahan aku yang tadi mau ngomong gitu ke kamu tau gak sih."

aku tergelak, "kamu gak pantes ngomong gitu. kamu yang bakalan jagain zayn kalo aku gak ada. aku mohon, tetaplah bersama zayn, kamu lah yang bakalan jadi cewek terakhir yang bersamanya dan hidup bersama dia. kamu lah cewek terakhir yang aku lihat bersamanya dan itu berarti kamu lah yang paling pantas bersamanya, oke? dont let anyone tells you different."

yaelah, kok dia yang nangis. yang mau mati kan aku.

"jangan seperti itu, tanpa kamu aku gak bisa menjalani hariku sama zayn. kamu dulu yang bertahan sama dia dan kamu yang ngajarin aku gimana caranya bertahan dan mempertahankannya." tuturnya sambil sesenggukkan.

ini sangat jarang banget ya. ada cewek yang hatinya kayak perrie itu luar biasa. seharusnya dia minta aku buat gak kegenitan depan zayn, seharusnya dia marah-marahin aku. tapi dia malah berlaku sebaliknya, dia malah bertingkah seakan-akan tanpaku, hubungannya dan zayn bakalan rusak. ini cewek sakit apa gimana?

"aku sudah mempertahankannya, perrie. but, in the war, i lost him. yang berarti dia udah gak bisa aku pertahanin. you win his heart, you are the one that suppose to keep it. jadi, simpan hatinya, didalam sana. in the deepest part of your heart." ucapku. aku menariknya kepelukanku.

ini udah kayak sinetron aja ya?

"bertahan semampumu, nikken. i know you'll live longer." ucap zayn dibelakang sana. baru sadar tadi dia ngomong, hutangnya udah lunas kali?

-

last breath ➵ z. mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang