Hari ini adlh akhir pekan, dan hanya ada Wen Niannan di studio, Orang yg merekam acara itu memintanya utk menyiapkan beberapa lagu, jadi dia kembali ke studio.
Bel pintu tiba-tiba berdering di pintu, WenNiannan bangkit dan berjalan un
tuk memeriksa, tetapi tercengang keti
ka melihat orang berdiri di pintu.“Hai, Kakak Nan!” Gu Lin tiba-tiba mu
ncul di pintu, tersenyum dan melamb
ai padanya.Wen Niannan memandang wajah ini dengan bingung, senyumnya hampir sama dengan Gu Yansheng di SMA…
“Apakah kamu… apakah kamu dari keluarga Gu?”
Gu Lin berjalan beberapa langkah dan melihat sekeliling, mengangguk dan te
rsenyum.“Baiklah, namaku GuLin, ad
ik laki-laki Gu Yansheng, Nan Ge, stu
dionya didekorasi dengan sangat ind
ah, bisakah aku melihat-lihat?”“Oke ...”
GuLin berjalan ke ruang piano setelah dia berkata , mata Periksa sekeliling.
Wen Niannan,yang tertegun di tempat
nya, dengan ringan menopang dahi
nya, merasa sedikit bingung.Senyuman diwajah itu pernah mem
buatnya sangat tergila-gila. Setelah melihatnya sekali di lapangan basket, dia tidak akan pernah melupakannya, tetapi pada saat itu senyum itu ... adalah untuk Shen Luoan.Tiba-tiba terdengar suara piano di ruang piano. Wen Niannan masuk ke ruang piano dengan linglung. Dia meli
hat seorang pemuda berbaju putih du
duk di depan pianonya sedang berma
in piano ...suara piano yang jernih dan tenang itu berdering. di telinganya, anak mu
da.Dengan senyum tipis di sudut mul
utnya, dia tiba-tiba membuka matan
ya. Bocah yang bermain itu memiring
kan kepalanya sedikit dan menatapn-
ya, menunjukkan senyum lembut ...Wen Niannan dalam keadaan linglung untuk beberapa saat, membuka mulu-tnya dan berseru: "Ya ... Sheng ..."
Dia ingat bahwa ketika dia melihat Gu Yansheng untuk pertama kalinya tah-un itu, amarah Gu Yansheng tidak se-keras sekarang.
Pada perjamuan itu, seorang pemuda berpakaian putih bermain di tengah aula, melodinya jelas-jelas ceria, tapi tidak ada senyuman di wajahnya, wa-jahnya yang halus dan dalam selalu terasing dan bangga.
"Xiao Nian, jangan lari-lari, tunggu Ayah di sini untuk makan."
Wen Niannan melihat sekeliling dan tidak melihat sosok yang sedang ber-main piano barusan, dia berjalan kel-uar dari koridor, melihat bahwa tidak ada yang berbalik dan hendak pergi, dan tiba-tiba melihat sebuah sudut putih di tanah di sudut.
Saat aku berjalan, aku melihat Gu Yansheng sedang duduk di tanah, Aku melihat pria sombong itu bersandar di sudut sekarang, memegang sebata-ng rokok di tangannya.
“Ada apa denganmu? Apakah kamu tidak bahagia?”
GuYansheng mengambil sebatang ro-kok dan mengangkat matanya untuk melihat orang yang berdiri di depan-nya, dan berkata dengan lemah: “Aku merindukan ayahku, tetapi dia sudah tidak ada lagi ... “
Wen Niannan mencium bau asap. Dia batuk, dan duduk di sebelahnya, dan berkata:“ Lalu ... bagaimana dengan ibumu? ”
Gu Yansheng berkedip kesepian, dan berkata dengan sungguh-sungguh:“ Ibuku ... dia tidak ' Tidak seperti saya, dia hanya memiliki perusahaan di m-atanya, yang membesarkan saya. Itu hanya untuk mewarisi perusahaan. "
"Tidak ada ibu yang tidak akan men-cintai anak-anaknya. Ibuku sangat mencintaiku. Dia akan mengajariku bermain piano dan perbaiki saya dengan hati-hati ketika saya melaku-kan kesalahan. Dia akan membiarkan saya menanam bunga bersamanya... "