2

427 65 4
                                    

Patah hati yang nyata,  mungkin jika selama ini aku cukup cemburu ketika melihat om Devan dekat dengan teman-teman perempuannya,  tetapi kini aku benar-benar patah hati di saat om Devan yang berawal mengajaku dan Hisyam untuk jalan-jalan itu disertai dengan dirinya membeli kado untuk seorang wanita yang dia suka dan dirikulah yang diminta untuk memilihkannya.

"Han,  bagus yang mana?"

"Jelek semua"

Biarlah di dengar pegawai tokonya,  sedari tadi meminta pendapatku dalam memilih hadiah untuk wanitanya itu,  yang pastinya aku tak tahu siapa.

"Dari tadi jelek terus, kamu pilihin deh kayak bulan lalu pas beliin kado buat mama"

Mungkin jika hadiah ini untuk Oma,  atau Bunda bahkan untuk kak Fani aku akan antusias tetapi kali ini untuk seorang saingan bagiku bagaimana aku bisa sabar.

"Beliin gantungan kunci aja Om,  jangan sepatu lagi nggak ada yang bagus ini"

Dikira aku akan ikhlas memilihkan sepatu terbaru untuk seorang sainganku.

"Masak gantungan kunci,  kayak sovenir aja,  apa tas aja kali ya Han?"

"Tas keresek aja"

"Ih kamu nih bercanda aja"

Kami berpindah tempat ke stand tas, rasanya semakin emosi ketika om Devan bertanya kepada pegawai toko tentang stok terbaru yang paling disukai wanita.

"Untuk isterinya itu ya pak?"

Samar aku terdengar suara pegawai yang berinteraksi dengan om Devan,  karena aku memilih menjauh dengan pura-pura melihat koleksi tas di toko ini .

Hatiku sedikit bahagia, karena pegawai itu mengira diriku adalah istri dari om Devan, tetapi tak lama kembali terpatahkan karena jawaban om Devan yang begitu jujur.

"Itu keponakan saya mbak, masih SMA,  saya mau cari untuk cewek seusia mbak"

Fix,  cewek itu sudah tua tak lagi muda apalagi seremaja diriku,  karena usia pegawai toko itu terlihat sekitar hampir tiga puluh tahunan.

"Ada fotonya kah pak,  biar saya bantu carikan"

Kekepoanku seketika bangkit, segera mungkin menghampiri om Devan yang kini dengan menggendong Hisyam, mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

"Cantik, dan feminim ya?"

Komentar dari pegawai toko membuatku meradang yang hanya dengan kata cantik, sebelum ponsel itu kembali masuk kedalam saku, lebih dulu ku ambil untuk melihat seperti apakah wanita itu.

"Cantikan juga bunda ini mah"

Kukembalikan ponsel om Devan yang sebelumnya telah ku ingat jelas wajah wanita itu, dan kulanjutkan ucapanku di dalam hati yang pastinya dengan memuji diriku sendiri.

"Lebih gemesin juga gue"

Apakah cinta pertamaku kepada seorang laki-laki dewasa harus berakhir sebelum kunyatakan, tentu saja tidak, Hana bukanlah wanita lemah, bukan putri dokter Hendra namanya jika tak memperjuangkan yang di sukainya.

"Om nonton film yuk habis ini"

"Kasian Hisyam lah kalau di ajakin nonton"

"Hana lagi kepingin banget nonton film loh"

"Minggu depan gimana kita berdua aja, atau beli DVD kita nonton dirumah?"

Tentu saja aku lebih memilih bersabar hingga minggu depan demi menonton film di bioskop berdua dengan om Devan, dengan suasana gelap, serasa sepasang kekasih.

Karena suasana di rumah pasti kurang menantang, kurang seru sensasinya jika ramai-ramai karena dirumah pasti bunda ikut bergabung.

"Maafin Hana bunda ini demi masa depan putrimu ini"

Dengan membayangkan apa yang di dalam pikiranku saja membuatku begitu bahagia, senyum lebar pun tak bisa kubendung.

"Gimana? Kok malah senyum-senyum?"

"Minggu depan aja deh"

"Ya udah habis ini kamu pingin beli apa nanti kita beli, terus kita beli pizza titipan bunda kamu"

Kurasa benar apa yang di bercandaain ayah beberapa hari ini, bunda yang sakit suka manja sama ayah, kemudian kepingin makan ini dan itu, bahkan beberapa hari lalu bunda meminta es cendol di malam hari yang aku saja tak tertarik sama sekali.

Kembali ke om Devan, kali ini aku akan membiarkan dirinya memberikan hadiah untuk wanita lain, tapi lihat saja akan kubuat wanita itu menjauh.

Mungkin aku adalah tokoh antagonis bagi hubungan Om Devan dan wanitanya itu, tetapi bukankah bisa juga di bilang jika wanita itu yang telah merebut Om Devanku dari seorang Hana, dengan aku yang merupakan putri dari ayah seorang pejuang cinta jadi akupun juga akan berjuang untuk sebuah cinta.


Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love You,  OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang