PULSE - 1

116K 4.6K 66
                                    

Pagi menjelang.

Sang mentari sudah mulai menampakkan sinarnya berganti tugas dengan bintang dan rembulan, gelapnya langit berganti menjadi indahnya langit didominasi oleh warna biru. Semilir angin pagi berhembus membuat suasana pagi menjadi sejuk, burung-burung yang hinggap dipepohonan atau pun kabel panjang listrik di atas jalan berkicauan semakin menambah kesempurnaan pagi ini. Dan jangan lupakan ayam tetangga yang juga sudah berkokok sejak tadi seakan saling bersahutan dengan burung-burung.

Di sebuah kamar bercat putih, sebuah ranjang di tengah kamar dan nakas yang bercat putih disisi kanan kirinya terlihat seorang gadis yang sedang mematut dirinya di depan cermin. Tangannya meletakkan sebuah lipstick berwarna nude yang baru saja ia gunakan lalu sedikit meneliti penampilannya sekali lagi. Celana jeans dipadukan dengan kaos lengan panjang bermodel sweater berwarna cream. Rambut hitam legam sedikit melewati bahu ia biarkan tergerai begitu saja. Flat shoes berwarna kecoklatan menghiasi kakinya.

Perfect!

Gadis itu mengulas senyuman lalu beralih menyambar totebag yang tergeletak di ranjang, ia mengambil buku catatannya di meja belajar lalu dua buku lain dan memasukkan ke dalam totebag. Tak lupa juga ia memasukkan charger, dompet, mukena, cermin, pouch make up-nya dan juga ponsel. Begitu selesai ia langsung berjalan keluar kamar dan tak lupa menutup kembali pintu kamarnya. Ia keluar kamar menuju mencari ibunya yang kebetulan berada di dapur.

"Bu, aku berangkat kuliah dulu ya."

Wanita paruh baya itu menoleh dan membiarkan punggung tangannya dicium oleh gadis tersebut. "Kamu pikirkan lagi apa yang ibu bilang tadi malam."

Mata gadis itu langsung menatap ibunya. "Bu-"

"Berangkat sana." Ucapnya lalu membuka kulkas seakan tidak ingin kembali berdebat.

Terdengar helaan nafas dari Sesya-nama gadis itu yang langsung berbalik badan dan melangkah keluar rumah. Ia membuka sebuah pagar setinggi pinggang bercat hitam lalu menutupnya lagi dan berjalan keluar gang sambil sesekali tersenyum membalas sapaan para tetangga. Rumahnya memang bukan berada di sebuah perkomplekan mewah melainkan hanya di sebuah gang yang masih cukup dimasuki oleh mobil. Ya, ia bukan berasal dari keluarga kaya dan hanya berasal dari keluarga sederhana yang kini hanya tinggal dengan ibunya.

Begitu sudah berada di halte depan gang rumahnya ia langsung menyetop bis yang akan membawanya ke kampus. Terkadang ia juga ke kampus dengan ojek online namun karena saat ini uang di dompetnya mulai menipis, ia pun memutuskan untuk naik bis. Tak apalah, ia harus berjubelan dengan orang-orang lainnya di dalam bis, asalkan ia bisa pergi ke kampus. Tetapi hari ini bis terlihat cukup lengang sehingga membuat Sesya bisa duduk di salah satu kursi. Sambil menikmati perjalanannya menuju kampus, ia memasang headset di telinga dan mulai memutar lagu dari ponselnya.

Setengah jam kemudian ia sudah tiba di kampus, Sesya berjalan menuju lift. Kelas pertamanya hari ini berada di lantai lima dan Sesya tidak ingin membiarkan kakinya berolahraga menaiki anak tangga sampai dengan lantai lima. Tak peduli lift akan seramai dan sepenuh apa, ia akan tetap menunggu, lagipula ia masih memiliki waktu selama lima belas menit sebelum kelas dimulai.

Sesya masih berdiri di depan lift menunggu sangkar besi tersebut datang sambil menggulung headset-nya lalu memasukkan ke dalam totebag. Bersamaan dengan itu terdengar suara dentingan yang menandakan kalau lift sudah datang. Pintu terbuka yang membuat gadis itu langsung melangkahkan kakinya masuk lalu menekan tombol angka nomor lima. Lift tersebut pun bergerak naik dan harus rela berhenti di setiap lantainya jika sepagi ini. Dan akhirnya Sesya bisa bernafas lega saat lift berhenti di lantai lima.

Gadis itu melangkah menuju ruang kelasnya sambil melirik jam tangan, lima menit lagi kelasnya dimulai sudah pasti dosen belum datang. Lagipula dosen mata kuliah pertamanya ini sangat on time, tidak pernah telat, tidak pernah juga datang lebih cepat, selalu on-time. Maka dari itu tanpa harus mengintip melalui jendela lagi Sesya langsung membuka pintu kelas lebar-lebar lalu melemparkan senyuman pada teman-temannya yang sudah mengisi kursi masing-masing.

Pulse [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang