PULSE - 28

32.7K 2.6K 40
                                    

"Sya, kaca gue ada di lo ya?" Tanya Jessica.

Seakan baru teringat dengan benda penting itu, Sesya langsung merogoh totebag mengambil kaca ajaib milik Jessica. Tadi ia memang meminjam kaca Jessica dan saat ingin mengembalikan Jessica meminta untuk menyimpannya dulu. Tangan Sesya sudah terulur memberikan kaca milik Jessica bersamaan dengan suara dentingan lift yang berhenti di lantai tiga. Tak lama berselang pintu besi tersebut terbuka menampilkan sosok Regan yang berdiri di paling depan lalu ada beberapa mahasiswa di belakangnya.

Buru-buru Jessica langsung mengambil kacanya di tangan Sesya dan sedikit menggeser tubuhnya memberi ruang bagi mereka yang ingin masuk. Regan melangkah masuk diikuti beberapa mahasiswa lain namun kemudian malah terdengar suara peringatan lift yang menandakan kalau jumlah orang di dalamnya melebihi batas maksimal. Regan tetap memilih berada diposisinya, enggan keluar karena menurutnya ia masuk lebih dulu dibandingkan mahasiswa yang lain.

Lagipula, dosen memang selalu diutamakan ketika naik atau pun turun lift. Mau sepenuh apapun lift jika ada dosen yang ingin masuk maka harus rela berhimpit-himpitan. Bahkan tak jarang mahasiswa yang di dalam memilih keluar dan membiarkan dosen tersebut masuk. Setidaknya seperti itu pengalaman Sesya selama menjadi mahasiswi dan sayangnya ia bukan mahasiswi yang seperti itu. Bukan karena tidak peka atau pun kejam, hanya saja akan membutuhkan waktu lama lagi jika ia harus menunggu lift berikutnya.

Mahasiswa yang terakhir masuk tadi pun memilih keluar disusul oleh suara peringatan yang otomatis tak terdengar lagi lalu disusul dengan pintu yang menutup. Sesya berdiri di barisan paling depan dengan Regan yang berada tepat di sampingnya. Sementara Jessica dan Mira yang tadi bergeser berada tepat di belakang keduanya. Mereka saling menyenggol lengan masing-masing lalu melirik secara bergantian Sesya dan juga Regan.

Kemudian terlihat Sesya yang langsung menarik tangannya begitu punggung tangannya tak sengaja menyentuh tangan pria itu. Sungguh, jika bukan berada di kampus seperti ini ia sangat yakin Regan pasti akan langsung menggenggam tangannya atau mungkin Sesya yang akan melakukan hal tersebut. Sialnya mereka sedang berada di kampus dimana mereka harus bersikap professional layaknya dosen dan mahasiswa, meskipun faktanya mereka adalah sepasang kekasih.

Akhirnya Sesya dapat menghela nafas lega saat lift berhenti di lantai satu dan ia keluar dari sangkar besi tersebut setelah membiarkan Regan keluar lebih dulu. Jessica dan Mira langsung mensejajarkan langkahnya kemudian menyenggol lengan Sesya dengan senyuman menggoda yang menghiasi wajah keduanya. Sesya menoleh ke kanan dan ke kiri menatap bingung kedua sahabatnya.

"Apaan sih?"

"Cuek banget sih kalian, padahal samping-sampingan." Ujar Jessica seraya menyenggol bahu Sesya dengan bahunya.

Sesya memutar bola mata. "Ini kan di kampus."

"Tapi kalian udah jadian kan? Ngaku lo." Ucap Mira.

Tak ada jawaban dari Sesya, gadis itu hanya tersenyum malu-malu lalu mendudukkan tubuhnya di kursi kantin yang kosong. Mira dan Jessica pun ikut duduk di kursi panjang hadapannya. "Beneran Sya kalian udah jadian?" Tanya Jessica memastikan.

Mira mengibaskan tangan. "Enggak usah dipastiin lagi, lihat aja tuh mukanya kayak gitu. Pasti udah jadian mereka. Cerita dong Sya gimana akhirnya kalian bisa jadian?"

Sesya tersenyum malu-malu. "Gitu deh pokoknya." Ia menyengir.

Jessica langsung berteriak heboh sambil bertepuk tangan, Mira yang duduk di sampingnya langsung membekap mulutnya. Sementara Sesya menoleh ke sekitar melihat banyak mata yang menatap ke arah mereka. "Kenapa sih Jess? Duh, gue ngeri lo keceplosan deh." Ucap Mira.

Tangan Jessica menyingkirkan tangan Mira. "Enggak akan, kalian percaya sama gue."

Dengan wajah yang sedikit cemas, Sesya hanya bisa menganggukkan kepala. Semoga saja Jessica memang benar tidak akan pernah keceplosan mengenai hubungan Sesya dengan Regan pada siapapun. Sebagai sahabatnya tentu saja Sesya tahu bagaimana Jessica yang terkadang sering kali keceplosan mengatakan sesuatu yang seharusnya tak ia katakan. Tetapi meskipun begitu Sesya sangat menyayangi sahabatnya itu.

Pulse [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang