PULSE - 25

34.4K 2.7K 94
                                    

Yuk yuk ketemu bapak dosen yuk.
Happy reading!

***

Di ruang kelas A5.3 terlihat para mahasiswa yang menempati kursi masing-masing dengan seorang dosen yang menempati kursi paling depan. Seorang dosen pria dengan kemeja yang lengannya digulung sampai siku berwarna biru muda dan celana kain hitam, ada laptop dihadapannya. Mata kuliahnya masih tersisa lima belas menit lagi sebelum akhirnya ia keluar kelas. Sebuah tugas sudah diberikan dosen pada para mahasiswa yang sekarang sedang mereka kerjakan. Sementara sang dosen mengerjakan pekerjaannya di laptop.

Regan—si dosen pria tersebut mengalihkan pandangan dari laptop menatap mahasiswanya yang sebagian masih sibuk menyelesaikan tugas yang ia berikan. Namun sebagian lagi sudah terlihat santai menandakan kalau tugas mereka telah selesai. Kemudian pandangannya tertuju pada barisan kursi belakang dimana terlihat dua mahasiswanya yang sedang asik mengobrol. Seketika pandangan Regan terus menatap ke arah mereka seakan penasaran dengan pembicaraan yang sedang mereka bicarakan.

Sementara itu Sesya dan Anjar yang duduk dibarisan kursi belakang memang terlihat sedang asik mengobrol begitu mereka selesai mengerjakan tugas. Hari ini Sesya memang tidak duduk berdekatan dengan Jessica atau pun Mira sebab begitu kedua sahabatnya datang kursi sudah hampir penuh. Dan saat Sesya datang hanya kursi di pojok yang tersisa, Anjar pun langsung meminta temannya untuk pindah lalu memberikan kursi milik temannya itu untuk Sesya. Tidak mempunyai pilihan lain, Sesya pun duduk di samping pria itu.

"Seharusnya Jumat ini gue nanjak tapi ternyata enggak jadi."

Sesya yang sambil memainkan pulpen ditangan menanggapi. "Kenapa?"

"Cuaca lagi enggak bagus," Anjar menoleh. "Ikut gue yuk."

Kali ini gadis itu pun ikut menoleh dengan dahi mengernyit. "Kemana?"

"Nanjak. Gue tuh pengen banget bisa ada dipuncak bareng lo, Sya."

Kembali menghadap ke depan Sesya tersenyum. "Gue kan bawel kalo lagi capek, nanti malah ngerepotin lagi."

Anjar menumpukan kedua siku ke meja lalu kepalanya sedikit menoleh menghadap Sesya. "Ya enggak lah, gue pasti bakalan jagain lo kok. Sekali aja, gue bakalan pilihin gunung yang buat pemula deh."

Sebelah alis Sesya terangkat dengan senyuman tipis diwajahnya. "Sebegitunya lo pengen banget nanjak bareng gue?"

Kepala Anjar mengangguk antusias. "Gue pasti jagain lo." Matanya menatap Sesya.

Entah mengapa Sesya merasa tatapan Anjar begitu dalam dan perkataannya barusan seperti ambigu bagi Sesya. Ia bahkan nyaris salah tingkah ditatap seperti itu oleh Anjar. Sedangkan tanpa mereka ketahui sejak tadi Regan masih terus memperhatikan mereka. Ia benar-benar penasaran dengan topik pembicaraan yang sedang mereka bicarakan. Dan seketika hati Regan merasa panas begitu melihat Anjar yang terus menatap Sesya. Cemburu kah Regan? Ya, mungkin saja. Sebab ia juga tahu bagaimana perasaan Anjar pada Sesya dan Regan pikir pria itu pun belum menyerah dengan perasaannya setelah mengetahui kedekatan Sesya dengan Regan.

Ehem!

Kemudian terdengar suara deheman milik Regan yang langsung membuat suasana kelas menjadi sunyi. Para mahasiswa saling menoleh berusaha mencari tahu penyebab dosen idola mereka berdeham seperti itu. Sementara Anjar langsung merubah posisi duduk menjadi normal, ia menatap Regan yang sudah kembali fokus dengan laptop. Anjar tidak lah bodoh, tentu ia sangat paham dengan maksud deheman Regan tadi. Anjar menarik salah satu sudut bibir begitu menyadari jika untuk mendapatkan hati Sesya ia harus bersaing dengan dosennya sendiri. Bisakah Anjar?

Pulse [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang