PULSE - 29

30.7K 2.6K 80
                                    

Yuk update yuk.

***

"Lo yakin mau ikut?"

Sesya yang sedang menggulung ujung jeansnya menjadi di atas mata kaki lalu mengencangkan tali sepatu menjawab pertanyaan Jessica. "Yakinlah." Kemudian ia mengenakan almamater kampusnya dan sedikit merapihkan rambut.

Mira yang juga sedang mengenakan almamater menanggapi. "Dibolehin sama Mas ganteng lo?"

Kali ini Sesya sedikit menggulung lengan almamaternya. "Nanti tinggal gue chat."

"Enggak usah tebal-tebal make up lo Jess, nanti kita bakalan panas-panasan." Ujar Mira begitu melihat Jessica yang masih belum selesai memoles wajah.

Sementara dua sahabatnya masih meributkan soal make up, Sesya mengambil ponsel miliknya lalu membuka aplikasi chat. Ia mencari riwayat chatnya dengan Regan kemudian menuliskan chat yang langsung ia kirimkan untuk pria itu. Setelahnya Sesya menyimpan ponsel di saku almamaternya dan mengambil sisir yang ia gunakan untuk menyisir rambutnya agar tak berantakan. Begitu ketiganya selesai, mereka langsung menuju area belakang kampus dimana sudah banyak teman-temannya yang menunggu.

Di ruang dosen, terlihat beberapa dosen yang menempati kubikelnya masing-masing—salah satunya Regan. Pria itu nampak serius menatap layar laptop dihadapannya, ia memang sedang memiliki waktu luang sebelum akhirnya kembali mengajar di salah satu kelas. Ia juga baru saja melakukan bimbingan skripsi pada beberapa mahasiswa tingkat akhirnya. Saking seriusnya mengerjakan pekerjaannya di laptop, ia tidak menyadari ponselnya yang menyala karena ada notifikasi yang masuk.

Beberapa menit berselang, terlihat Danang yang melangkah masuk ke dalam ruang dosen dengan membawa tas ransel dan beberapa makalah ditangannya. Ia langsung menuju kubikelnya yang memang berada tepat di samping kubikel Regan lalu meletakkan tas dan menyimpan makalah yang ia bawa ke rak buku. Kepalanya menoleh melihat Regan yang masih serius menatap laptop, tak menyadari kehadirannya. Danang berdiri didekat pembatas kubikel mereka lalu melipat tangan di atasnya memanggil Regan.

Pria berbatik itu menoleh dan menatap Danang dengan tatapan bertanya. "Lo udah dengar belum?"

"Apaan?"

"Mahasiswa mau demo hari ini, nolak berita yang kemarin heboh di tv." Sebelum melanjutkan ucapannya, Danang menoleh sekilas ke sekitar. "Gue tadi lihat Sesya sama dua temannya ke belakang kampus, kayaknya mereka ikutan." Suaranya memelan.

Mendengar informasi yang baru saja diberikan Danang membuat Regan sedikit kaget. Sebab ia sama sekali tak menyangka kalau Sesya akan ikut serta dalam demo mahasiswa tersebut. Ia mengetahui rencana demo mahasiswa kampusnya namun tak pernah terbersit dalam benaknya kalau kekasihnya akan ikut serta. Regan berpikir kalau Sesya akan lebih memilih untuk bekerja namun sepertinya ia baru saja melupakan fakta bahwa gadis itu sudah mengajukan surat pengunduran diri di toko kue tempatnya bekerja. Sebab lusa ia sudah bisa memulai bekerja di tempat bimbel yang pernah ia ceritakan sebelumnya.

Tanpa menanggapi ucapan Danang, pria itu mengambil ponsel dan baru menyadari ada satu chat masuk dari Sesya. Ia langsung membuka kunci layar lalu membaca chat yang dikirimkan gadis itu beberapa menit lalu.

S : Mas, aku ikut demo ya.
R : Iya, hati-hati ya.
S : Oke, makasih Mas.
R : Sama-sama sayang.

Membaca chat yang dikirimkan Sesya membuat Regan berdecak sebal namun juga merasa gemas disaat yang bersamaan. Gadis itu membuat percakapan seakan-akan Regan memperbolehkannya mengikuti demo padahal belum tentu Regan mau membolehkannya. Kemudian Regan mencoba menghubungi gadis itu namun tak ada jawaban apapun darinya. Ia pun kembali mencoba menghubunginya, tetap saja tak ada jawaban dari Sesya. Pasti ia sengaja tidak menjawab panggilan Regan.

Pulse [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang