PULSE - 10

36.4K 3K 58
                                    

Sesya kembali melirik jam dinding untuk yang kesekian kalinya, pukul tujuh pagi. Sial. Gadis itu semakin mempercepat gerakannya menyisir rambut. Begitu selesai ia mencabut ponsel yang masih di charger kemudian memasukkannya ke totebag beserta dengan dompet. Tak lupa juga memasukkan buku ke dalamnya lalu mengambil kaus kaki dan memakainya dengan cepat.

Ia kesiangan hari ini, bukan karena begadang mengerjakan tugas atau pun menonton drama Korea. Hal ini disebabkan karena setelah membersihkan apartemen tadi Sesya bermaksud merebahkan tubuhnya sebentar di ranjang tetapi ia malah berakhir dengan ketiduran dan baru bangun setengah jam kemudian. Seharusnya jam segini ia sudah tiba di kampus dan sedang sarapan di kantin tetapi sekarang ia masih berada di kamarnya. Setengah jam lagi ia ada kelas pagi, dipertemuan sebelumnya ia sudah dua kali dan gadis itu berdoa semoga hari ini ia tidak akan terlambat untuk yang ketiga kalinya.

Begitu selesai Sesya keluar kamar dengan totebag yang sudah tergantung di sebelah bahunya. Rupanya ia berbarengan dengan Regan yang juga baru saja keluar kamar, ia pikir pria itu sudah berangkat sejak tadi—begitu juga dengan pemikiran Regan. Mereka saling beradu tatap terlebih saat Sesya melihat wajah tampan Regan yang nampak begitu segar dengan celana kain hitam ditimpali dengan kemeja maroon yang lengannya digulung sampai siku. Dan wangi parfum pria itu yang langsung tercium jelas diindera penciuman Sesya membuatnya merutuk dalam hati. Ini pertama kalinya ia melihat Regan akan berangkat ke kampus seperti ini dan ia semakin tidak heran jika ada perkumpulan fans club Regan di kampus. Pria seperti Regan ini memang pantas diidolakan.

"Tumben kamu belum berangkat."

Sesya berjalan lebih dulu lalu memakai sepatunya. "Kesiangan Pak."

"Berangkat bareng saya aja." Ucap Regan santai sambil memakai sepatu.

Gadis itu menoleh. "Enggak usah Pak, saya berangkat sendiri aja."

"Yakin kamu mau tetap berangkat dengan ojek online? Biasanya kalau jam segini susah cari ojek online."

Gerakan tangan Sesya yang sedang mengikat tali sepatunya melambat. Apa yang dikatakan Regan memang benar, dipagi hari—jam super sibuk seperti ini memang susah mendapatkan ojek online. Biasanya Sesya memang menggunakan bus untuk ke kampus karena ongkosnya lebih murah dibandingkan ojek online. Tetapi menunggu bus dijam seperti ini juga pasti akan membutuhkan waktu lama dan menggunakan ojek online juga pasti memerlukan ongkos lebih. Sesya mengingat-ingat sisa uang didompetnya yang kemudian membuatnya berdecak sebal.

Gadis itu bangkit berdiri setelah memakai sepatu dan menatap Regan yang menaikkan kedua alisnya menunggu gadis itu berucap. "Saya ikut Bapak aja kalo gitu."

Pria itu tersenyum kecil kemudian menganggukkan kepala dan mengajak Sesya untuk segera berangkat. Berkebalikan dengan Sesya, jam mengajar Regan dimulai satu jam lagi namun meskipun begitu ia tetap diharuskan tiba di kampus pagi hari. Memang sudah seperti itu aturan jam kerja pengajar di kampus tempatnya mengajar. Dan karena hal itu bukan berarti membuat Regan menyetir dengan santai, ia bahkan melewati jalan yang berbeda dari biasanya untuk menghindari sedikit kemacetan dan berharap bisa segera tiba di kampus agar mahasiswinya tidak terlambat.

Sementara Regan fokus menyetir, dari ekor matanya ia melihat Sesya yang sibuk mencari sesuatu di totebag-nya. "Kamu cari apa?"

"Tupperware saya ketinggalan."

Sesya sangat mencintai air putih, sebab ia tidak terlalu menyukai minuman yang berwarna dan memiliki rasa. Apapun minuman yang ia minum pasti sesudahnya ia akan meminum air putih. Entah kenapa tenggorokannya selalu terasa lengket setelah meminum minuman yang memiliki rasa, terlebih lagi rasa manis. Itu sebabnya ia selalu membawa tupperware berisi air ke kampus, sebagai salah satu caranya juga untuk berhemat.

Pulse [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang