Sena duduk termenung di depan api unggun. Hari ini adalah hari pertama mereka beristirahat di sebuah hutan nan lebat. Entahlah, gadis itu tidak bisa tidur sedari tadi. Sementara Tamara, Sheila, Tessa, Vania, dan Klara sudah tertidur nyenyak. Hanya tersisa Kevin, Ethan, Fauzan, Erick, dan Harsa yang memang berkeinginan untuk begadang.
"Hey, ngelamun aja," Tegur Kevin ketika melihat Sena melamun.
Sontak Sena terkejut dan tersadar bahwa kini dia telah dikelilingi oleh kelima most wanted sekolahnya.
"Kenapa hm?" Tanya Kevin lembut.
"Tumben belum tidur dek? Biasanya jam sembilan dah masuk aja ke kamar," tanya Ethan yang ikut-ikutan bingung.
"Gak tau. Nggak bisa tidur aja," jawab Sena lesu membuat kelima lelaki itu menatapnya heran.
"Emangnya lo mikirin apa?" Kini giliran Fauzan yang bertanya.
"Nggak ada. Cuma perasaan gue nggak enak aja," jawab Sena lagi. Tatapannya menatap ke depan kosong.
"Yaudah, tidur gih! Udah malem," ucap Kevin sembari mengelus puncak kepala Sena. Sena pun hanya mengangguk kemudian berdiri.
"Sena pergi dulu ya abang-abang! Good night!" Ucap Sena kemudian melambai kepada kelima lelaki yang sudah dianggapnya seperti abangnya sendiri.
"Night!" Balas mereka setengah berteriak karena Sena yang mulai menjauh.
***
"Sen, bangun Sen," Sena merasa ada yang mengguncang-guncang tubuhnya hingga gadis itu terbangun.
"Kenapa sih?" Heran Sena ketika melihat seorang gadis bermata sipit itulah yang ternyata membangunkannya.
"Gue tadi abis dari toilet terus ngeliat kak Kevin sama kak Ethan berantem," sontak Sena terkejut mendengar itu.
Bagaimanapun mungkin Kevin dan Ethan berantem? Walaupun iya paling cuma adu mulut aja. Karena Sena tau abangnya itu tidak suka kekerasan fisik. Sungguh pikiran gadis itu sangat kalut sekarang. Sena mengeluarkan sebuah kertas, kemudian menuliskan sebuah surat untuk Tamara, jaga-jaga jika gadis itu terbangun dan mencarinya.
"Sheil, anter gue ke sana ya," pinta Sena yang hanya diangguki oleh gadis bermata sipit itu.
Perlahan Sena dan gadis itu berjalan menjauh dari kawasan tenda putri. Sena yang kalang kabut tidak sadar bahwa dia kini berada diluar daerah persami. Lebih tepatnya di tepi jurang yang dalam.
"Kak Stella!?" Kaget Sena ketika melihat Stella datang dan mengepungnya.
Sena berusaha untuk memutar arah. Tapi alangkah terkejutnya dia, ketika seorang gadis bermata sipit yang dianggap sahabat oleh Sena ternyata menahannya.
"Kenapa lo bantuin dia ha!? Lo sahabat gue Sheil," bentak Sena ketika tangannya masih saja dicekal oleh gadis itu.
"Sahabat? Emangnya lo nganggep gue sahabat? Bukannya abang-abang tersayang lo ngelarang lo deket ama gue? Oh iya, lo tanya kenapa gue ngebantuin dia? Wajarlah, orang dia kakak gue," Sena membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Kenapa? Kaget lo karena tau sahabat yang lo telantarin ternyata adik kandung gue?" Kini Stella yang bertanya.
Jadi ini rencana Stella dengan gadis bermata sipit itu? Sena tidak habis pikir dengan semua ini. Jadi sebenarnya gadis itu ingin berteman dengannya hanya untuk membantu kakaknya agar Sena menderita?
KAMU SEDANG MEMBACA
WE ARE ONE (TAMAT)
Roman d'amourDitembak sama cowok paling cool, pinter, dan ganteng? Siapa yang nolak coba. Tapi gimana kalau cowok itu adalah sahabat dari abang sendiri? Terlebih lagi tuh cowok maksa? Gimana ya rasanya?