You Can't Escape

398 40 1
                                    

Aku memejamkan mata, just act like sleeping beauty. Bagaimana bisa aku tidur? Di kepalaku masih jelas wajah ketakutan Baekhyun siang tadi, ketika melihatku menembak kaki Pengawal itu.

Bagaimana jika ia kabur lagi karna merasa terancam? Bagaimana jika ia mengira aku akan melakukan hal yang sama padanya?
Aish Han Mirrae, kau selalu membawaku dalam masalah.

Aku bisa merasakan ponsel Baekhyun bergetar di sisi tempat tidur. Untuk sesaat ia melihatku yang (berpura-pura) tertidur di sampingnya, lalu perlahan melangkah keluar kamar.

.

"Aku akan menjalani kesepakatan ini."

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja, aku hanya harus menyelesaikan ini."

"Apa maksudmu?"

"Tidak, tidak seperti itu."

"Yah, Kang Minhye—"

That slut.

"Baiklah, kirimkan lokasinya via chat, aku akan datang."

What the fuck, Byun Baekhyun?

Hanya butuh beberapa detik, amarahku berubah menjadi sebuah pemikiran yang rasional.

Kau memang bodoh Jeon Somi, kau mempercayai janjinya untuk tidak lari darimu.
Kau mempercayainya dan lupa bahwa kau tetaplah Sasaeng yang harus ia hindari, kau begitu naif.
Ah tidak,
kau hanya bodoh.
Bodoh.

.

"Wh..what are you doing?" Baekhyun membeku ketika melihatku sedang berdiri di dapur, dengan dua gelas susu di tanganku.

"Aku bangun karna lapar, tapi ini terlalu malam untuk memasak sesuatu." Terlalu malam juga untukmu lari dariku.

"Oh ya." Ia menghela nafas, gugup.
Ah, Baekhyunie memang tidak pandai menyembunyikan sesuatu.

"Apa yang kau lakukan di teras tengah malam begini? Anginnya kencang, kenakan jaketmu."

Aku menegak habis segelas susu dan memberikan gelas lainnya pada Baekhyun. "Minumlah, ini akan membantumu tidur nyenyak."

"Aku ke teras untuk menelfon seseorang. Hm, Manager Hyung."

Asshole.

Aku hanya tersenyum, melihatnya menghabiskan minuman itu dalam waktu singkat

Waktunya tidur, Byun Baekhyun.

Aku mengendarai mobil menuju lokasi yang Kang Minhye kirimkan pada Baekhyun.
Sedangkan pria itu? Ia tak akan terbangun, setidaknya untuk 3 jam ke depan. Aku sudah mencampurkan sesuatu ke minumannya.

"Oh manis sekali, dia bahkan rela datang jauh-jauh ke sini untuk menjemput pacarku." Aku menyeringai. "Aku akan memberinya sambutan hangat."

.

Aku mencengkram keras kemudi hingga buku-buku jariku membiru.
Ya, mobilku telah terparkir di depan pertokoan yang jalang itu maksud, terlihat Kang Minhye duduk gelisah di dalam mobilnya seraya mencoba menghubungi seseorang.
Tentu saja, Baekhyun, ponselnya ada padaku.

Aku berjalan lurus ke arah gadis itu.
Ia sempat menyadari kehadiranku, namun terlambat, aku terlanjur membuka pintu mobil dan menyeretnya keluar hingga ia tersungkur di aspal.

"Hey, little slut." Aku menarik rambutnya, memaksa jalang ini untuk berdiri. Ia mencoba melawan, namun tubuhnya terlalu lemah, sama sekali bukan tandinganku.

"Lepaskan aku!" Ia berteriak keras seolah ada seseorang yang kan bisa menolongnya. "Lepaskan aku! Kau wanita gila!"

Aku mengangkat wajahnya, membuat mata kami bertemu. "Gila, huh?"

"Sekarang, kau harus dengarkan wanita gila ini. Jika kau berani mencampuri urusanku dan Baekhyun lagi." Aku berbisik di telinganya. "For fuck sake aku tidak akan ragu untuk membunuhmu."

"Lepaskan Baekhyun Oppa!" Tubuhnya memberontak, namun lagi-lagi, ia bukan tandinganku.

"Don't call him Oppa!!!" Aku mencengkram dagunya hingga ia merintih kesakitan. "Carilah pria lain dan hidup dengan tenang."

"Aku akan melapor pada Polisi!" Ucapnya terbata, tak lagi berusaha melepaskan diri dari cengkramanku.

"Lakukanlah, aku juga penasaran, bagaimana kau bisa menjebloskanku ke penjara." Aku menghempas kuat tubuhnya hingga kembali jatuh di aspal.

Kang Minhye membelalakan mata ketika melihatku mengeluarkan pistol dari saku jaket.
Tubuhnya menegang. Kini ia menangis tak karuan, ya, ia menangis karna tau satu tembakan saja bisa meledakan kepalanya.

"Don't fall for my boyfriend, don't even try to think about him. Kang Minhye."

Ia hanya menganggukkan kepala tanpa mengatakan apapun, seluruh tubuhnya gemetar hebat.

"Good girl." Aku tersenyum seraya memasukan kembali pistol tak berpeluru itu ke saku jaket.

"Ini sudah hampir pagi. Kau harus pulang. Tapi maaf, aku tidak bisa mengantarmu." I tersenyum menang "My boyfriend is waiting for me."

She's A Sasaeng | BBH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang