# Dua Kehidupan ▶ [06]

547 96 35
                                    

"Tik.. Tok.. Tik.. Tok.."

Ting nong.. Ting nong..

"Ting nong?" Arxeyan yang semula tengah asyik meniru suara jarum jam, langsung terdiam ketika mendengar suara bel.

Ia memiringkan kepalanya, telunjuknya ia gigit. Dan sesekali kepalanya ia tolehkan pada pintu hitam yang tadi menenggelamkan Saga.

"SAGA ADA SUARA TING NONG TING NONG. ITU APA?"

Krik.. Krik.. Krik..

Teriakan Arxeyan berujung dengan keheningan. Tak ada balasan sama sekali dari Saga membuat Arxeyan di landa kebingungan seketika di tambah suara bel terus saja berbunyi. Kan tadi kata Saga kalo ada suara bel harus kasih tau dia. Nah berhubung Arxeyan sudah memberi tau Saga, jadi ia biarkan saja. Kini perhatian Arxeyan tertuju pada kamus besar bahasa Indonesia, di buka lah kamus itu dan mulai membacanya dengan seksama.

Tok.. Tok.. Tok..

"MAS SAGA.. INI MANG NARTO."

Suara ketukan pintu di ikuti dengan teriakan membuyarkan fokus Arxeyan dalam membaca. Dengan lembut ia letakan kamus besar di tangannya ke atas meja.

Manik indahnya tampak kebingungan, sesekali ia menoleh ke arah pintu apartement dan sesekali juga menoleh pada pintu kamar Saga yang tertutup rapat.

"SAGA.. PINTUNYA ADA YANG KETUK KETUK. TERUS ORANG ADA BILANG. SAGA... SAG.."

"Apa sih Bego? Teriak-teriak di apartement gue. Lo pikir apartement ini hutan Hah?" sewot Saga, ia sedang mandi dan teriakan Arxeyan benar-benar menganggu nya.

Arxeyan tidak sakit hati dengan ucapan Saga tadi, yang ada laki-laki itu malah cekikikan sendiri ketika melihat penampilan Saga. Handuk putih melilit di pinggang, tak lupa bertelanjang dada dengan busa sabun dimana-mana di tambah kepalanya yang penuh akan busa sampo.

"Kenapa lo? Kerasukan." ketus Saga sesekali matanya menutup mengahalau rasa perih yang mulai di rasakan di matanya.

Arxeyan menggeleng. "Bukan. Lucu liat Saga. Perutnya bagus, ada kotak-kotaknya."

Mendengar penuturan Arxeyan mata Saga yang semula tertutup langsung terbuka lebar. Ia menunduk, menatap penampilannya. Dan seketika tangannya langsung menyilang di depan dada.

"Anjir cabul lo!! Aset kebanggaan gue lo liat-liat."

Arxeyan yang sibuk cekikikan langsung terdiam dengan manik mengerjap polos.

"Cabul? Apa itu?" tanya Arxeyan.

"Aissh.. Lupain. Kenapa lo teriak-teriak?" tanya Saga. Ia enggan menjelaskan cabul itu apa pada Arxeyan. Si manusia otak polos.

"Ohh.. Itu ad.."

"MAS SAGA INI MANG NARTO. MAS SAGA ADA DI DALAM GA? INI AMANG BAWAIN PESANAN MAS SAGA."

Ucapan Arxeyan terpotong oleh teriakan seseorang di balik pintu apartement.

Alis tebal Saga menyatu. "Mang Narto?" gumam Saga pelan. Hingga tak lamu kemudian, otaknya yang semula blank langsung teringat akan sesuatu.

Saga memandang Arxeyan tajam. "Lo--."

"Itu Saga, saya teriak karena ada bel bunyi sama pintu di ketuk-ketuk. Kata Saga kalo ada bunyi bel sama ketuk pintu harus bilang Saga." jelas Arxeyan memotong perkataan Saga.

Saga sweatdrop di tempat. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran anak aneh yang tengah duduk anteng di Sofa.

"Bukannya lo bilang kalo ada yang ketuk pintu atau bunyi bel lo bakalan buka pintunya hah?" sewot Saga dengan nada tinggi. Emosi dia tuh. "Bahkan lo bilang oke-oke paham." lanjut Saga mencibir tak lupa tangannya pun membentuk sign 'oke' 👌🏻 menirukan Arxeyan. 

Melihat raut kesal Saga, Arxeyan malah nyengir tanpa dosa. "Hehehe.. Lupa Saga. Otak saya prosesnya lambat. Harus dingding dulu." ujar Arxeyan jujur dari dalam relung hatinya yang terdalam.

Saga berdecih sinis. "Dingding, Dingding. Loading anjing." kan Saga jadi ngegas.

"Lo buka pintunya sono, terus ambil makanan yang di bawa Mang Narto. Makanannya udah gue bayar." titah Saga. Dia kembali ke kamarnya tak lupa membanting pintu dengan kasar membuat Arxeyan terperanjat di tempat.

Tak ingin membuat Saga semakin kesal padanya. Setelah berhasil mencerna perkataan Saga, Arxeyan pun bangkit lalu berjalan menuju pintu apartement yang masih setia di ketuk oleh orang di balik pintu itu.

Matanya memicing sebelah, memperhatikan seseorang yang ada di luar melalui kaca kecil berbentuk lingkaran yang ada di pintu hitam itu. Usai memastikan bahwa orang itu tidak berbahaya, Arxeyan dengan senyum manisnya langsung membuka pintu itu.

"Hallo." sapa Arxeyan riang. Membuat laki-laki paruh baya di depannya terkejut seketika. Mang Narto namanya.

"Mmzz.. Ada Mas Saga nya Den?" tanya Mang Narto ketika melihat entitas asing yang baru saja membuka pintu apartement kepunyaan pelanggan tetap di rumah makan miliknya bersama sang istri. Pandangan Mang Narto tampak fokus menatap penampilan remaja di depannya yang tampak aneh.

"Massaga?" gumam Arxeyan bingung.

"Massaga di rumah ini tidak ada." balas Arxeyan kini giliran Mang Narto yang kebingungan.

"tapi saya ga salah alamat loh Den. Apartement Florast lantai 6 nomor 405. Bukannya ini kamar Mas Saga ya?"

Arxeyan langsung menggeleng. "Bukan, nama Massaga tidak ada disini. Ini bukan Massaga punya." keukeuh Arxeyan.

Di buat makin bingung lah Mang Narto sekarang. Mungkinkah pelanggan setia nya itu pindah apartement? Tapi di kolom chatnya Saga mengatakan kirimkan makanannya ke apartement miliknya kok.

"Tapi Mas--."

"Kenapa malah berdiri disini anjing." rupanya Saga masih dalam tahap emosi sehingga yang keluar dari mulutnya itu kasar. Maklumin saja Saga orangnya tidak sabaran.

Laki-laki yang kini sudah selesai mandi dan berpakaian santai dengan kaos hitam pendek serta celana jeans berwarna hitam yang ia kenakan. Tengah memandang sinis Arxeyan yang malah menampakan cengirannya.

"Loh Mas Saga? Tadi katanya Mas Saga tidak ada disini?" ujar Mang Narto.

Perhatian Saga teralihkan pada Mang Narto. Keningnya mengernyit merasa aneh dengan ucapan Mang Narto. "Emang saya kemana Mang?" tanya Saga sembari mengambil makanan pesanannya yang terbungkus kresek putih yang di berikan Mang Narto.

"Memang Massaga tidak ada disini. Saya jujur berkata." serobot Arxeyan. Senyum anak itu tetap bertahan bahkan semakin lebar.

Mendengarnya Saga refleks membuang nafas kasar. Tanpa mengindahkan ucapan Arxeyan, Saga pun memberikan senyuman tipis pada Mang Narto.

"Anjing di samping saya ga usah di dengerin Mang, anggap aja omongannya itu serupa bisikan setan. Rada tulalit orangnya juga." jelas Saga yang membuat Mang Narto hanya dapat mengangguk saja. "Terimakasih buat makanannya Mang." lanjut Saga.

"Iya sama-sama Mas. Kalo begitu Amang pulang dulu ya."

Setelah mendapat anggukan dari Saga, Mang Narto pun beranjak dari tempatnya. Namun baru beberapa langkah, teriakan dari sosok yang baru ia temui dengan penampilan anehnya membuat Mang Narto mengembangkan senyuman tulus.

"Semangat-semangat pulangnya. Di jalan jangan lupa hati-hati, banyak benda besi yang melaju cepat."

"Banyak bacot lo, ayok masuk." kata Saga mendorong Arxeyan agar masuk ke dalam kemudian menutup pintu apartement nya.

🍃🍃🍃

Nah loh aku update lagi dong 🤭🤭 entah kerasukan apa wkwkwk 🤣🤣

Semoga suka ya 😘😘

Dua KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang