Saga menyimpan segelas milkshake di hadapan seorang remaja laki-laki aneh yang baru saja ia tolong dari maut orang itu.
Memikirkan kejadian tadi membuat Saga menyesal dan merutuki tindakan nya sendiri. Satu hal yang ia sesalkan adalah seharusnya ia tidak menyelamatkan orang di depan nya ini. Tetap membiarkan orang itu tertabrak mobil truk lantas meninggal di tempat.
Toh jikapun itu terjadi ia tidak akan rugi bukan, dia bukan siapa-siapa bagi kehidupan orang itu. Lantas apa yang terjadi padanya beberapa menit yang lalu? Entah dorongan dari mana sehingga ia nekat menyelamatkan orang tak di kenalnya yang kini bahkan tengah memamerkan senyum lima jari. Cihh.. mau iklan pasta gigi kayaknya orang itu.
"Ada apa?."
"Hah?."
Saga membuang nafas kasar. Ia bertanya, tapi orang itu malah tidak mengerti. Berhubung bukan tipe Saga sekali jika kembali mengulang tanya, maka dari itu ia hanya diam. Membiarkan orang di depan nya mencerna perkataan nya.
Tapi setelah menunggu selama lima menit lamanya. Laki-laki di depan nya tetap diam, dengan mulut menganga dan mata yang mengerjap beberapa kali.
Saga membuang nafas kasar. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi Cafe, melipat tangan di depan dada lantas menaikan sebelah alisnya menatap orang di depan nya itu dengan pandangan bertanya.
"Ada apa? Kenapa lo ngikutin gue tadi? Bukan nya lo mau bunuh diri. Bunuh diri aja sono gue ga peduli." Ulang Saga seraya memutar bola matanya jengah.
Laki-laki yang beberapa menit lalu baru saja di selamatkan oleh Saga masih diam, bahkan mulutnya tetap terbuka seolah memberikan peluang besar untuk lalat atau nyamuk masuk ke dalam.
"Bu-nuh di-ri?." Kening orang itu mengernyit seolah kata yang baru saja ia eja terdengar aneh dan asing.
Saga berdecak. Sebelum pandangan nya ia bawa menatap laki-laki aneh di depan nya lagi.
"Lo kalo frustasi gosah bunuh diri di tengah jalan. Nyusahin orang." Kata Saga pedas. Bahkan Saga mengatakan kalimat itu dengan ekspresi datar tak lupa kedua alis yang menukik tajam.
Mengabaikan ucapan Saga yang kalo di cerna tidak baik untuk keberlangsungan hati seseorang. Remaja laki-laki yang diperkirakan seusia Saga itu mengulurkan tangan nya hendak berjabat tangan. Tapi bukan nya membalas uluran tangan nya, dia malah mendapat kehampaan. Karena Saga hanya menatap tangan putih itu tanpa minat. Membuat ia mengerucut sebal dan menyimpan kembali tangan kirinya ke tempat yang seharusnya.
"Nama Saya Arxeyan. Panggil-panggil Arxe. Tapi kamu mau panggil-panggil Xeyan juga boleh." Ujar remaja berambut panjang dengan ceria.
Saga berdesis. Bibirnya tersungging tipis menampilkan senyum sinis. Saat mendengar kalimat Aneh yang keluar dari mulut laki-laki bernama Arxeyan itu.
"Gue ga nanya nama lo. Dan gue ga peduli." Tekan Saga. Ia hendak bangkit dari duduknya, tapi tangan Arxeyan menahannya.
"Kemana? Kamu disini ninggal-ninggal Saya? Jangan... sendiri. disini saya sendiri."
"Lo ngomong apa sih." Sentak Saga galak. Ia bahkan langsung menepis tangan Arxeyan serta mengabaikan tatapan dari pengunjung Cafe.
Arxeyan melengkungkan bibirnya ke bawah. Ia memandang Saga dengan mata berkaca-kaca.
Dan entah bagaimana caranya. Memandang wajah laki-laki bernama Arxeyan itu membuat sudut hati Saga tersentil. Apalagi saat melihat penampilan orang itu. Luar biasa membingungkan.
Bagaimana tidak? Di tengah cuaca panas Ibu kota. Arxeyan malah memakai celana bahan hitam, kemeja putih, serta long coat Hitam yang mencapai mata kaki dengan aksesoris seperti jendral yang terpasang di long coat itu. Aneh bukan? Jika di pikirkan lagi. Apa Arxeyan tidak kegerahan memakai pakaian yang serba tertutup dan panas itu. Di tambah rambutnya yang panjang sampai leher membuat ia kelihatan seperti perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kehidupan
Novela Juvenil"aku adalah pelindungmu dan kau adalah penyelamatku." . . . Di tengah kebisingan, akan hiruk pikuknya kota metropolitan. dua orang yang tak saling kenal akhirnya di pertemukan. Si Galak yang selalu bertahan di tengah kesendirian saling berjabat tang...