# Dua Kehidupan ▶ [07]

444 77 24
                                    

Mulut Arxeyan terbuka lebar, menatap makanan-makanan yang kebanyakan di dominasi oleh warna merah di hadapannya. Matanya tak berkedip, bahkan ada setetes air liur yang keluar dari mulut Arxeyan.

Saga yang baru kembali dari dapur dengan membawa dua piring berisi nasi hangat menatap Arxeyan jijik. Dia salfok sama air liur Arxeyan omong-omong. Bagaimana kalau air liur itu menetesi salah satu makanan di depan mereka bisa berakhir di tempat sampah kalau begitu.

"Woyy.. Tutup mulut lo bego!" sentak Saga mengagetkan Arxeyan.

Arxeyan mendongak, menatap Saga yang berdiri di sampingnya tengah menatapnya galak. Laki-laki yang masih setia memakai pakaian aneh itu menyunggingkan senyum lebarnya.

"Saga," pekik Arxeyan membuat Saga merotasikan bola matanya jengah. Dengan kasar ia letakan piring yang berada di tangan kirinya tepat di hadapan Arxeyan yang menatap bingung piring itu.

"Apa in--"

"Nasi tolol," potong Saga sebelum Arxeyan bertanya. Posisinya kini Saga sudah duduk di sofa yang bersebrangan dengan Arxeyan.

Arxeyan hanya menganggukkan kepalanya seolah paham, kalo dia sampai menggeleng bisa-bisa dia kena semprot lagi oleh Saga.

Lantas setelah itu, Arxeyan memperhatikan Saga yang tengah mengambil ceker mercon, ayam geprek dan potongan Chicken katsu, kemudian di letakkan berdampingan di atas piring yang berisi nasi. Arxeyan pun tak tinggal diam, ia meniru apa yang di lakukan oleh Saga. Berikut cara memakannya yang menggunakan tangan. Meskipun awalnya kesulitan karena setiap kali ia akan memasukan nasi ke dalam mulutnya yang berakhir nasi itu kembali berjatuhan ke atas piring, tapi setelah usaha kerasnya Arxeyan berhasil mengumpulkan nasi putih di piring nya dan di bentuk menjadi bulatan agar memudahkan ia untuk menyantapnya.

Senyum Arxeyan mengembang lebar, ketika melihat mahakarya nya yang luar biasa. Iya, mahakarya yang di maksud Arxeyan tuh nasi yang sudah dia bulat-bulatkan, tentunya hasil imajinasinya sendiri.

Arxeyan kembali menatap Saga yang tampak sekali tengah menikmati makanannya. Apalagi saat netra Arxeyan melihat bagaimana menggodanya ceker mercon yang Saga makan membuat Arxeyan meneguk ludahnya kasar.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Arxeyan langsung memakan ceker mercon yang ada di piring nya tanpa memikirkan bagaimana rasa dari ceker ayam itu, ia bahkan melewatkan momen dimana Saga kelimpungan mencari minuman karena kepedesan.

"HUWA... KEBAKARAN DI MULUT SAYA! KEBAKARAN!"

Uhukk.. Uhukk..

"Anjir idung sama kerongkongan gue perih uhukk..uhukk.." Saga yang tadi sedang meminum soda di kejutkan oleh teriakan rempong Arxeyan yang membuat ia seketika langsung tersedak soda yang ia minum. Bisa kalian bayangkan, bagaimana tersiksanya Saga pada situasi ini?

"Saga, saya bantuin. Huh hah huh hah.. Saya mulut punya kebakaran hah.. Sag--"

"DIEM TOLOL," sentak Saga keras yang di akhiri dengan batuknya yang tidak berhenti. Dan tentu saja sentakan yang keluar dari mulut Saga membuat Arxeyan diam dengan mata berkaca-kaca, wajah memerah, bibir semakin merona dan mulutnya yang terus mengeluarkan kata 'huh hah huh hah' ia masih kepedesan omong-omong.

Sedangkan yang terjadi pada Saga, pemuda itu masih sibuk menghentikan batuknya dan sesekali memukul dadanya pelan.

"Air uhukk.. Air," pinta Saga sembari menjulurkan tangan kirinya ke hadapan Arxeyan yang kini anteng di tempatnya.

Mendapat perintah itu Arxeyan yang masih merasa amat sangat kepedasan langsung bergerak cepat. Ia paham apa itu Air. Namun, ketika melihat meja di depannya, Arxeyan mendadak bingung. Tidak ada air di sana yang ada hanya 2 cup cairan berwarna kecoklatan yang mengeluarkan buih-buih kecil. Tapi yang Arxeyan tau itu bukan air. Hingga pupil matanya melebar ketika melihat air sedikit tidak bening yang berada di dalam mangkuk sedang. Maka tanpa banyak tingkah lagi, Arxeyan pun menyerahkan mangkuk itu pada Saga yang langsung di sambut baik oleh sang penolongnya itu.

Dua KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang