# Dua Kehidupan ▶ [05]

523 96 26
                                    

"Ini foto." tunjuk Saga sembari melempar figura foto yang berisikan dirinya dengan sang Kakak yang waktu itu Tengah merayakan hari kelulusan Shaka dari SMP.

Arxeyan mengambil figura foto itu, memperhatikannya lamat sebelum akhirnya ia mengangguk paham. "Ohh.. Jadi ini yang namanya Foto." batin Arxeyan. Hanya saja setelahnya, perhatian Arxeyan tertuju pada seorang remaja yang memegang medali kelulusan tengah tersenyum begitu lebar.

Di lihat dari postur wajahnya Arxeyan merasa tidak asing. Ia seperti pernah melihatnya, tapi sayang ia tidak tau dimana sekiranya ia pernah bertemu dengan seseorang yang memiliki postur wajah seperti ini.

"Itu kakak Gue. Shaka namanya." ujar Saga ketika paham akan kebingungan Arxeyan.

Arxeyan mengerjap, kepalanya yang semula tertunduk menatap foto di tangannya.

Kepalanya miring dengan kening mengernyit dan bibir yang maju beberapa cm. Berusaha menyelidiki foto itu.

"Kenapa?" tanya Saga heran begitu melihat tingkah aneh Arxeyan. Ahh.. Arxeyan memang selalu aneh.

Arxeyan berdesis, ia letakan figura itu ke atas meja. Lantas menggeleng menjawab pertanyaan Saga.

"Bukan apa-apa. Medali di pegang kakak Saga bagus, gambarnya ada saya suka. Dimana belinya?"

Saga melotot tak percaya mendengar penuturan Arxeyan yang kelewat polos. Siapapun tolong Saga supaya terhindar dari manusia modelan Arxeyan.

Ia kenal dengan laki-laki kampungan di depannya itu baru beberapa jam dan rasanya Saga tidak sanggup menanggapi ucapan Arxeyan yang kelewat aneh, belibet dan tidak di duga. Dan sekarang rencananya Arxeyan akan menginap di rumahnya dalam jangka waktu yang tidak bisa di tentukan, ahh.. Tanpa di prediksi pun Saga tau stok kesabarannya akan cepat habis jika terus berhadapan dengan laki-laki berpakaian serta berpikiran aneh di depannya.

"Banyak bacot lo, gue lapar. Lo mau makan apa? Biar gue pesenin." ujar Saga ketus sembari memainkan ponselnya, memesan makanan. Gini-gini juga Saga itu baik loh, meskipun suka ketus. Tapi dia masih memiliki hati nurani untuk tidak membiarkan anak orang mati kelaparan.

"Makan?" tanya Arxeyan dengan kening mengernyit.

Saga membuang nafas kasar, di letakan lah ponsel mahalnya ke atas meja dengan kasar. Lantas memandang Arxeyan datar. "Jangan bilang lo ga tau makan itu apa?"

Buru-buru Arxeyan menggeleng keras. "Mana mungkin tidak tau makan itu saya. Makan 'kan keharusan suatu manusia hehehe.." balas Arxeyan cengengesan.

Saga merotasikan bola matanya. Ia terlampau menyerah untuk memahami ucapan berantakan Arxeyan.

"Serah lo, lo mau makan apa?" kata Saga setelah kembali mengambil ponselnya. "Ga usah banyak tanya. Tinggal pesen makanan apa yang mau lo makan?" lanjut Saga ketika melihat mulut Arxeyan terbuka hendak bersuara.

Arxeyan yang semula ingin bertanya pun langsung membungkam mulutnya, kemudian meringis sambil menggaruk belakang tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung saudara-saudara mau pesan apa, soalnya dia tidak tau ada makanan kayak apa saja. Ada yang mau bantu Arxeyan memilih makanan enak untuknya?

Fokus Saga yang sedari tadi tertuju pada ponselnya langsung mengalihkan pandangannya menatap Arxeyan yang kini terdiam dengan memamerkan senyum lebarnya.

"Idiot." batin Saga berucap.

"Kenapa lo? Bisu? Gue tanya lo mau makan apa, bego!! Malah nyengir. Sinting!" ujar Saga pedas.

"I-i-itu Saga, emm.. Kalo boleh saya tanya. Pesanan Saga apa?"

Saga belum menjawab, ia malah memandang intens Arxeyan yang membuat Arxeyan gelagapan seketika. Gugup? Jelas. Ketika seseorang memperhatikan kita dengan intens seperti itu. Apalagi tatapan Saga itu terlihat mengintimidasi membuat Arxeyan sedikit gemetar. Sedikit ya, ga banyak kok. Kan Arxeyan pemberani.

"Gue pesen chicken katsu." jawab Saga akhirnya.

Kening Arxeyan berkerut tak lupa alisnya yang menyatu menandakan jika Arxeyan tengah berpikir. Di tambah mulutnya terus menggumamkan kata chicken Katsu, seolah nama itu terdengar baru di telinga nya.

"Ciken kasu, ciken kasu, ciken casu, ciken kasu.. Apa itu?" tanyanya dalam hati.

"Woyy.. Malah bengong lo."

Arxeyan terperanjat dari duduknya ketika suara berat Saga menggema. Kaget dia tuh, lagi bengong tambah bingung malah Saga teriak.

"Ahh.. Iya. Saya juga pesan itu."

Saga menaikan sebelah alisnya, lalu ia mengangkat bahunya tak peduli dan mulai memesankan makanan untuk laki-laki aneh di depannya. "Tumben ngomong lo bener. Efek bengong?" komentar Saga yang sejatinya adalah bentuk sindiran.

Tapi dasarnya Arxeyan menurut Saga bego nya ga ketulungan. Bukannya malah tersinggung, remaja itu malah tepuk tangan senang. "Iya? Wahh.. Pesat yang kemajuan."

Saga berdecih. Memandang Arxeyan dengan tatapan seolah merendahkan. "omongannya balik lagi berantakan." cicit Saga pelan.

"Oh ya, selain Chicken Katsu gue juga pesen Ceker mercon sama geprek terus minumnya Cola." jelas Saga tiba-tiba entah maksudnya apa. Dan itu membuat Arxeyan makin di buat bingung.

Matanya menatap ke atas dengan bibir yang mengerucut. "apa itu?" gumam Arxeyan. Tidak tau saja, gumaman itu terdengar oleh Saga.

Di tempatnya Saga tersenyum tipis, melihat mimik Arxeyan. Ya.. Saga akui laki-laki aneh itu terlihat lucu ketika bingung. Jangan salah paham dulu ya, Saga normal kok orientasi seksualnya pun lurus tidak belok. Hanya saja Saga tidak akan munafik dengan enggan mengakui apa yang ia lihat sekarang. Karena jujur saja, Arxeyan memang terlihat lucu ketika bingung. Dan itu semua adalah Fakta yang tidak bisa di ganggu gugat!!

Setelah lama terdiam, bergelut dengan pemikirannya. Arxeyan pun menjentikkan Jarinya. "AHA.. Saya pesan itu juga." ucap Arxeyan dengan senyuman lebarnya.

Dan tanpa banyak bertanya, Saga kembali memesan makanan untuknya dan Arxeyan di rumah makan langganannya.

"Oke, sekarang tinggal nunggu makanannya datang. Lo jangan kemana-mana, gue mau mandi dulu. Kalo ada yang ketuk pintu atau yang neken bel lo bukain aja pintunya paham?" tutur Saga yang entah sejak kapan menjadi banyak bicara.

Arxeyan terdiam memandang Saga dengan tatapan kelewat polosnya. Membuat Saga menghela nafas pelan.

"Kalo ada yang ketuk pintu atau tekan bel, lo bilang ke gue." kata Saga lagi dengan meralat perkataannya yang tadi. Karena menurutnya, percuma mengandalkan laki-laki aneh itu. Dia mana paham.

Arxeyan mengangguk dengan senyumannya. "Oke, paham. Nanti kalo pintu ada yang di ketuk atau bel di tekan. Saya buka pintu nya. Gitu ya? Oke-oke paham." ujar Arxeyan tangannya terangkat membentuk sign 'oke' 👌🏻

Saga seketika di buat mati kutu. Bahkan ia tidak sadar, mulutnya sudah terbuka lebar tak lupa matanya menatap Arxeyan tak percaya.

"Terserah lo. Capek gue." pasrah Saga ketika tersadar dari keterkejutannya. Tangan kanan ia kibas ke udara, kemudian berlalu dari hadapan Arxeyan yang kini dengan bangga kembali memamerkan senyumnya. Membuat mata itu menyipit.

"Mandinya semangat ya Saga."

"Gila." umpat Saga dengan membanting pintu kamar.

🍃🍃🍃

Hallo semuanya Saga dan Arxeyan kembali lagi nih, ada yang merindukan mereka ga nih? 🤭

Dua KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang