# Dua Kehidupan ▶ [09]

148 18 4
                                    

Setelah mengunjungi Saga di apartement adiknya itu. Kini di tempat inilah Saka berpijak, di sebuah taman yang menjadi saksi bisu awal kehidupannya disini. Helaan nafas terus keluar dari mulut Saka, seolah sang empunya tengah mengeluarkan segala beban dan resah yang tengah ia rasakan. Perasaan yang membuat Saka tak nyaman dan seolah ada tali tak kasat mata yang menjerat paru-parunya sehingga ia merasa sesak dan kepayahan.

Ingatannya terlempar pada sosok asing di apartement adiknya, sosok berpakaian aneh namun menghantarkan rasa hangat untuk hatinya yang sudah lama membeku.

Lagi, Saka menghela nafas kasar. Kepalanya menengadah menatap langit senja yang begitu memanjakan mata, pemandangan yang begitu ia sukai dan menjadi favoritnya selama sebelas tahun.

Ada Rindu yang ingin Saka lepaskan tatkala melihat langit jingga yang begitu menawan. Ada sesak yang ingin ia udarakan, ketika melihat awan tipis yang berarak. Dan ada segudang cerita yang ingin ia sampaikan pada semesta.

Namun semua keinginan itu hanya mampu ia pendam. Ketidakberdayaannya membuat Saka tidak tau harus berbuat apa selain membisu dalam keheningan seperti yang tengah ia lakukan sekarang.

Saka mengusap wajahnya kasar, ketika bukan tenang yang ia dapatkan melainkan pikirannya yang semakin kalut berantakan.

Hingga netranya jatuh pada kedua tangannya, senyum sendu terukir begitu menyakitkan di bilah bibir Saka. Senyum syarat kesakitan dan senyum syarat luka yang di sembunyikan.

"Kenapa jadi kayak gini? Disaat gue berusaha ngelepasin semuanya, disaat gue udah benar-benar nerima diri gue yang baru dan disaat gue udah berdamai sama diri gue sendiri, tapi kenapa sekarang jadi gini?" monolog Saka pada angin sepoi yang membelai setiap helai rambutnya. Pertanyaan itu mengambang tanpa jawaban dan hanya ada suara bising kendaraan yang terdengar dari kejauhan.

Saka kembali menghela nafas, matanya kembali menatap langit dengan sorot sendu yang tidak mampu ia sembunyikan.

"Kenapa? Kenapa kalian berani mengambil resiko sebesar itu?" lirihnya lagi.

🍃🍃🍃

Arxeyan berdiri di depan bath up dengan pandangan bingung yang kentara sekali, manik nya mengedar ke seluruh kamar mandi Saga yang menurutnya aneh.

Ia menggaruk belakang kepalanya yang gatal, sembari menimang-nimang apa yang harus ia lakukan sekarang.

Merasa tak ada jalan keluar atas dilema yang tengah ia rasakan, akhirnya Arxeyan memutuskan keluar dari kamar mandi dan di saat itu pula kebetulan ada Saga yang tengah menyiapkan baju untuk Arxeyan pakai nantinya, lagipula mana mungkin Arxeyan memakai pakaian anehnya itu lagi 'kan?

"Kenapa?" tanya Saga dingin ketika menyadari kehadiran Arxeyan yang berdiri kikuk di depan kamar mandi.

Arxeyan nyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapih. "Saga-Saga tidak tau saya mandinya harus seperti apa."

Saga mengernyitkan dahinya tidak terlalu paham maksud dari perkataan Arxeyan.

"Maksud lo?"

"Itu saya mengerti tidak mandinya seperti apa."

"Ya mandi tinggal mandi, lo guyur tubuh lo pake air habis itu pake sabun. Lo bukan bayi yang ga tau cara mandi sendiri, lo--" Saking tak habis pikirnya Saga bahkan tidak tau harus melanjutkan perkataannya dengan kalimat seperti apa, ia mengusap wajahnya kasar seraya memalingkan wajahnya enggan menatap raut polos Arxeyan yang malah membuat Saga merasa emosi dan ingin meledak dibuatnya.

"Tapi di dalam airnya tidak ada."

Mungkin ini adalah kalimat pertama Arxeyan yang dapat dimengerti dengan mudah tanpa memutar otak terlebih dahulu, bahkan mampu membuat Saga menoleh ketika mendengarnya.

"Itu lo bisa ngomong dengan kalimat bener."

Lagi, yang dilakukan Arxeyan hanya nyengir dan Saga merasa muak melihat wajah polos Arxeyan yang menurutnya menyerempet bodoh itu.

Saga berjalan mendekati Arxeyan dengan sengaja ia menyenggol pundak pemuda itu sehingga membuat Arxeyan yang tidak siap sedikit terdorong ke samping. "Lo ikutin gue dan apa yang bakalan gue terangin di dalam harus lo rekam baik-baik di dalam otak kecil lo itu." Pedas Saga berucap, jika orang lain mungkin sudah sakit hati mendengarnya. Tapi untung saja yang diberikan kalimat pedas itu Arxeyan, pemuda yang bahkan tidak sepenuhnya mengerti maksud perkataan Saga tadi selain ia harus mengikuti Saga ke dalam kamar mandi.

Tak lama kemudian, Saga keluar dari kamar mandinya tak lupa menutup pintu kamar mandi dengan sedikit bantingan. Ia menghela nafas lega, ketika akhirnya ia bisa merilekskan pikirannya sejenak setelah dibuat emosi ketika menjelaskan cara menyalakan air kepada Arxeyan yang membutuhkan kesabaran extra karena bocah aneh itu harus dijelaskan berulang kali agar bisa paham.

"Dosa apa gue sampe harus berhadapan dengan manusia aneh kayak dia. Salah gue juga, kenapa gue malah nampung alien itu," gerutu Saga pada dirinya sendiri.

"SAGA-SAGA DIMANA SABUN MANDI? SAYA CARI-CARI KETEMU TIDAK."

Baru saja Saga melangkahkan tungkainya menuju pintu kamar namun suara teriakan menggelegar dalam kamar mandi membuat Saga menarik nafas panjang kemudian mengeluarkannya secara perlahan bermaksud agar emosinya tidak membludak. Oh Tuhan, bantu Saga untuk menyusun kesabaran.

"SAGA-SAGA DENGAR SAYA TIDAK KAMU?"

"GUE 'KAN UDAH KASIH TAU TEMPATNYA DIMANA!! LO CARI TAU SENDIRI, LO PUNYA MATA." Saga membalas dengan teriakan yang tidak kalah menggelegar, urat-urat di lehernya tampak terlihat menunjukan bahwa kini pemuda itu sedang berada dalam krisis kesabaran.

"OH KETEMU SUDAH."

"Arghh..." Saga berteriak frustasi, bahkan rambutnya sudah acak-acakan karena ia mengusaknya guna menyalurkan kekesalan. Ingin rasanya ia membanting orang sekarang juga saking emosinya menghadapi tingkah Arxeyan yang mampu membuat kesabarannya menipis.

Baru beberapa jam Saga bersama Arxeyan tapi kesabarannya sudah diuji habis-habisan. Ah.. Ia menyesal karena telah membawa Arxeyan ke apartement nya. Haruskah ia mengembalikan Arxeyan ke jalanan?

🍃🍃🍃

Terimakasih sudah membaca cerita ini ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang