# Dua Kehidupan ▶ [04]

1K 144 53
                                    

Plukk..

Suara benda yang di lempar ke atas meja membuat Arxeyan mengangkat kepalanya yang semula menunduk. Dan dapat onyx hitamnya lihat saga yang tengah berdiri di hadapan nya sembari melipat tangan di depan dada.

Saga yang merasa di perhatikan tanpa berkedip oleh Arxeyan pun mengangkat sebelah alisnya dengan tampang datar dan dingin. "Kenapa lo liatin gue? Suka sama gue?."

Mendapat pertanyaan yang tidak bermutu tersebut Arxeyan buru-buru menggeleng dengan tegas. "Tidak kok. Hanya saya heran saja. Kira saya, Saga marah. Karena saya tidak memberitahu Saga." Jawab Arxeyan cepat.

Saga mendengus sembari merotasikan bola matanya malas. Ia kembali mendudukan tubuhnya di sofa yang semula ia duduki. Dengan sebelah kaki yang ia angkat ke atas meja. "Gue ga akan maksa lo buat ngasih tau gue darimana lo berasal. Suatu saat nanti kalo lo udah siap buat ngasih tau gue. Gue bakal dengerin lo kok." Acuh Saga datar. Menghadirkan senyuman yang mampu membuat mata indah Arxeyan membentuk seperti bulan sabit. Dan lagi-lagi hal yang berkaitan dengan Arxeyan, baik dari mata atupun senyumnya membangkitkan ingatan Saga mengenai seseorang.

Tak ingin hanyut dalam pemikiran yang bisa kapan saja menenggelamkan nya pada jurang kesedihan dan penyesalan Saga pun menghebuskan nafas kasar. Kaki yang ia topang di atas meja ia gunakan untuk menggeser tiga buku kehadapan Arxeyan. Terlihat tidak sopan memang, tetapi Sekali lagi Saga tidak peduli.

"Ini apa Saga?." Tanya Arxeyan heran. Bahkan terlihat dengan jelas tiga lipatan di kening menandakan jika anak itu dilanda kebingungan.

"Itu buku bego. Jangan bilang lo ga tau buku itu apa?."

Arxeyan cengengesan kala lontaran kalimat yang terdengar skeptis itu menyapa rungungya.

"Tau kok. Saya juga senang sekali baca buku." Balas Arxeyan.

Diam-diam Saga membuang nafas lega. Ya.. setidaknya orang yang telah ia selamatkan itu tidak bego-bego banget.

"Buku yang tebal itu Kamus besar Bahasa Indonesia, dan sisanya buku yang memuat tentang bahasa gaul. Lo pelajari itu semua, kalo bisa baca semuanya sehari penuh. Gue geli denger omongan formal di tambah ngaco lo. Kedengaran kayak gue lagi ngajak anak balita ngomong tau ga?." Jelas Saga sarkas dengan di akhiri decihan tak suka.

Arxeyan melongo, otaknya berusaha memproses perkataan Saga yang lumayan panjang itu. Namun setelahnya Arxeyan pun mengangguk kaku. Tangan kanan nya mengambil buku tebal yang Saga katakan jika itu adalah kamus besar Bahasa Indonesia. Memperhatikan sejenak cover bukunya lantas setelahnya Arxeyan pun membuka halaman pertama.

Sedangkan di tempatnya, Saga diam-diam memperhatikan Arxeyan yang tengah serius membaca Kamus besar Bahasa Indonesia. Lalu setelah merasa jenuh Saga pun berdeham, sebelum akhirnya ia membuka suara memecah keheningan yang ada.

"Oke, gue ga bakalan tanya asal usul lo darimana. Tapi ada satu hal yang ganggu pikiran gue. Dan gue harap lo bisa jawab pertanyaan gue kali ini. Ya.. mungkin setelahnya gue bisa bantu lo."

Arxeyan mendongak, memupus atensinya pada buku tebal di pangkuan nya guna menatap Saga yang bertampang serius. Usai menunggu selama satu menit lamanya, barulah Arxeyan menjawab perkataan Saga dengan anggukan kepala.

"Boleh. mau tanya apa?." Tanya Arxeyan membenahi posisi duduknya yang terasa tidak nyaman.

Sebelum membalas tanya Arxeyan, Saga membuang nafas kasar. Merangkai kata agar dapat di cerna Arxeyan dengan cepat. "Lo baru pertama kali ke Jakarta bukan?."

Kening Arxeyan mengernyit. Sejatinya ia kurang paham maksud Saga, lebih tepatnya mengenai kata 'Jakarta' yang Saga sebutkan tadi. Ahh.. bukan hanya tadi saja tapi Saga pernah menyebut 'Jakarta' berulang kali.

Dua KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang