# Dua Kehidupan ▶ [08]

467 88 37
                                    

Entah sudah ke berapa kali Saga membuang nafas hari ini, padahal katanya itu tidak baik. Tapi mau bagaimana lagi, hari ini ia tampak lelah dan emosinya bahkan terus berubah. Tidak karuan dan gampang marah. Apalagi kalo sudah berhadapan dengan pemuda aneh yang bahkan dari pakaian nya pun sangat aneh yang kini memandang tak percaya dengan TV di depan mereka yang menyala.

"Saga-Saga, manusia kenapa ada di dalam? Mereka terkurung atau apa?" pertanyaan sama semenjak 3 menit yang lalu dan Saga hanya diam enggan merespon. Membiarkan Arxeyan terus berbicara semaunya. Lagian ia juga sedikit kurang paham maksud dari laki-laki di sampingnya.

"Saga-Saga manusia di sana dalam ceria keliatan. Mereka merasa kesakitan tidak?"

"Saga-Saga mereka bicara apa? Saya paham tidak,"

"Saga-Saga mereka kenapa pelukan?"

"Saga kasihan perempuannya nangis. Benda datar nya pecahin saya ga papa? Biar tidak terkurung terus perempuannya. Kasihan, saya ga tega. Nangis aja rasanya pengen ikutan,"

"Saga-Saga tadi perempuan kemana? Ilang kok? Di makan monster pasti ya?"

"Sag--"

Bip.. Bip.. Bip..

Cklek..

Arxeyan langsung diam, mulutnya pun terkatup rapat ketika mendengar pintu apartement Saga di buka dari luar.

Otaknya memberi sinyal bahaya, membuat Arxeyan merapatkan tubuhnya pada Saga. Sedangkan Saga, raut yang semula keruh mendadak ceria dengan senyuman yang terbit di bibirnya. Tanpa melihat siapa yang datang pun Saga tau siapa yang menekan password pintu miliknya.

Pintu apartement terbuka sepenuhnya, menampilkan seorang pemuda tinggi berparas tampan sembari menenteng tas belanjaan.

"Gue kira lo ga ada di rumah, Sag," ucap orang itu sembari meletakkan tas belanjaan di atas meja, dan mengambil tempat duduk di hadapan adiknya membelakangi TV yang kini sedang menayangkan sebuah iklan.

Iya, pemuda itu adalah kakak Saga, Saga dan kakaknya hanya selisih satu tahun saja. Namanya Saka. Kakak tercinta Saga.

Saga terkekeh raut nya kentara sekali bahwa ia bahagia atas kedatangan Saka. Bahkan ia mengabaikan presensi Arxeyan yang mendadak mematung di posisinya namun masih tetap merapat pada Saga.

"Lagi males aja keluar," jawab Saga, mata yang senantiasa menyorot tajam itu melunak ketika memandang paras kakaknya. Rasa nyaman dan bahagia Saga rasakan ketika Saka datang bertandang.

Saka mengangguk mengerti, Pemuda tampan itu menolehkan kepalanya kepada sosok asing yang duduk merapat pada sang adik dengan tatapan yang tak lepas darinya.

Dan seketika itu pula, pupil mata Saka melebar kala netranya melihat penampilan sosok itu.

"Oh iya itu apa, Bang?" Pertanyaan dari sang adik. Sontak mengalihkan atensi Saka. Pemuda itu segera menetralkan ekspresi terkejutnya lalu melempar sebuah senyuman pada Saga.

"Belanjaan bulanan buat lo. Gue tau lo paling mager kalo pergi buat belanja bulanan. Jadi sekalian aja sama gue, kebetulan sebelum gue mau kesini gue mampir ke minimarket depan," jelas Saka rinci dengan ekor matanya sesekali melirik sosok di samping Sang adik.

Saga yang mengerti gelagat Sang Kakak pun segera mendorong Arxeyan agar sedikit menjauh dari nya. Yang mana hal itu membuat Arxeyan tersadar dari lamunannya. Lalu memandang Saga dengan tatapan protes.

"Apain sih Saga dorong-dorong saya saja. Kaget saya tuh. Untung bergetar tidak jantung saya,"

Saga refleks merotasikan bola matanya jengah mendengar ocehan tidak bermutu Arxeyan.

Dua KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang