01

99 9 6
                                    

"Nongkrong yok ntar malem," ajak Varo tiba-tiba.

"Skuy, lah."

"Gak, gue sibuk."

Rico, Varo, dan Alex yang semula sibuk dengan HP masing-masing, langsung bertukar pandang ketika mendengar jawaban Raka yang berbeda dari mereka.

"Sibuk apaan lo, palingan tidur," ucap Rico tepat sasaran.

"Itu tau," balas Raka sambil membenarkan posisi tidurnya.

Sekarang mereka berada di rooftop sekolah, yang setahun ini sudah mereka sulap menjadi basecamp.

"Cari cewek kek lu, nolep amat. Kerjaannya tidur, tidur, makan, tidur, boker, tidur," kata Varo yang bisa dipastikan tidak di dengarkan Raka.

"Kayak yang kagak nolep lu, jamal," celetuk Rico yang langsung mendapat jitakan dari Varo.

"Berisik. Gak lihat gue lagi tidur?" kesal Raka sambil bangkit dari posisinya.

Alex menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan teman-temannya itu. Yang waras memang hanya Alex saja.

"Gue cabut, mau cari cewe." Sebelum benar-benar pergi, Raka menyempatkan untuk melempar bantal yang ia pakai untuk tidur ke arah Varo dan Rico.

"ISTIGHFAR LO WOI!" teriak Rico pada Raka yang mulai menjauh.

***

"Kiw mbak Wati, pesen kayak biasa."

Bu Wati yang hafal dengan pemilik suara itu langsung berbalik sambil berkacak pinggang.

"Bayar dulu hutang Kamu! Main pesen pesen aja, bisa rugi saya nih kalau Kamu gak bayar bayar."

Raka tersenyum tanpa dosa dengan alis yang ia naik naikkan, "mbak Wati cantik, baik, seksoy, rajin menabung, dan tidak sombong. Pasti Raka bayar kok, tapi nanti.."

"Nanti, nanti, nanti. Bosen saya dengernya," kesal bu Wati.

"Besok deh Raka bayar. Tapi hari ini mau makan dulu biar gak kelaperan, kalau Raka kelaperan ntar meninggal, terus siapa dong yang bayar hutang?" bujuk Raka yang sebenarnya tak masuk akal.

Bu Wati mencabikkan bibirnya, namun tetap menyajikan pesanan Raka, walau dengan terpaksa.

"Hehehe terimakasih mbak Wati, lopyu.."

Sebenarnya Raka mampu untuk membayar, membeli seisi kantin pun ia mampu. Tapi entah makanan hasil berhutang jauh lebih enak baginya.

"Rak."

Belum sempat melahap makanannya, Raka melirik Bagas yang tiba-tiba saja ada di depannya.

"Gue udah dapet info tentang dia."

Mendengar ucapan Bagas membuat Raka menghentikan aktivitasnya, dan fokus mendengarkan informasi yang akan Bagas sampaikan.

"Terus, terus?"

"Grizelle Kalila Jovanka, dia anak tunggal dari Edrea Mika Jovanka designer terkenal yang sekarang sudah berkarir gak cuma di dalam negeri tapi juga luar. Waktu dia SD sempat pindah sekolah dan rumah beberapa kali, dan kalau gak salah dia lahir di Bandung." Raka mendengarkan dengan seksama, sampai Bagas menatapnya dengan serius,

"Tapi.. anehnya gue belum nemu info tentang bokap dia." Raka mengerutkan keningnya.

"Itu aja yang bisa gue dapetin," kata Bagas mengakhiri.

Raka mengangguk-anggukkan kepalanya, "Oke, thanks infonya gas, soal komisi nanti gue transfer."

Bagas mengangguk dan pamit untuk pergi.

Trouble Maker GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang