BAB 12

479 64 26
                                    

To: Sekretaris Han

"Aku sangat menyayangkan perilaku tidak sopan Taehyung tadi. Apa sekarang kau terkena masalah di rumah?"

Shira hampir menekan tombol send di layar ponselnya, sebelum akhirnya jarinya kembali menghapus dua kalimat itu. Ia mendesis kesal, merasa geli dengan isi pesannya sendiri. Sambil berbaring santai di sofa, ia pun menelungkupkan wajah di balik bantal persegi di sana.

Jika diingat-ingat, selama ini isi pesannya pada Seokjin hampir tidak pernah lebih dari empat kata. Kalau pun sampai lebih dari itu, sudah pasti pesannya berisi caci maki karena mereka memang mudah bertengkar karena hal-hal sepele. Kebanyakan dirinya selalu mengabaikan pesan Seokjin yang kalimatnya hampir selalu sepanjang jalan tol, mau sedang marah atau pun tidak.

"Aih, kenapa kau bertele-tele?!" gumamnya pada diri sendiri, lalu mulai berpikir dan menyusun kata-kata yang lebih sederhana.

Sejak berpisah dengan cara yang tidak terlalu baik siang tadi, Seokjin tidak menghubunginya sama sekali. Biasanya, paling tidak ada satu atau dua pesan yang Seokjin kirimkan padanya. Apalagi setelah dihina Taehyung, Seokjin bukan tipikal pria sabar yang melupakan kejadian itu begitu saja. Pria itu pasti mengomel, membentak, atau mungkin jauh-jauh mendatangi rumah mereka untuk sekedar membuat perhitungan.

Namun, Seokjin seperti hilang dari dunia. Sesekali memang sempat terlintas di benaknya bahwa Seokjin mungkin sudah dihabisi ibunya sendiri di rumah sekarang. Tapi, tidak mungkin begitu, 'kan? Sejak dulu, Seokjin itu putra semata wayang yang sangat disayang dan dijaga ketat seperti anak perawan oleh ayah dan ibunya.

Sungguh, Shira hanya ingin memastikan kalau Seokjin baik-baik saja dan masih hidup di dunia. Tapi, ketimbang menanyakan dengan cara yang halus dan menggelikan, mungkin cara yang kasar lebih baik bagi Shira.

To: Sekretaris Han

"Aku sudah tahu semua pengkhianatanmu, berengsek! Memangnya kau sudah bosan hidup, hah?! Kau mau mati?!"

Shira mengerjap sejenak, lalu menggeleng sendiri. "Ya, Shira! Apa kau sedang mengajaknya berkelahi? Ini terlalu kasar! Terlalu berlebihan!" Shira kembali mengurungkan niatnya mengirimkan pesan barbar semacam itu.

"Tiba-tiba mengumpat adalah ide yang buruk. Masalah Namjoon harusnya dibicarakan secara langsung saja. Tentunya dengan suasana hati yang lebih dingin, bukan dengan cara begini..." gumamnya lagi, mengangguk-angguk sendiri.

Setelah berulang kali mengetik dan menghapus sepatah atau dua patah kalimat untuk Seokjin, akhirnya Shira memutuskan akan mengirim pesan yang terkesan cuek, tapi lebih halus.

To: Sekretaris Han

"Kau tidak apa-apa?"

Jempolnya gemetar saat hendak menekan tombol send di layar ponselnya. Kalimat sederhana itu masih terasa menggelikan, tapi tidak ada kalimat lain yang lebih baik dari itu.

Ponselnya tiba-tiba bergetar mengagetkan dirinya sendiri. Sontak benda persegi itu terlepas dari kedua tangan lalu jatuh mengenai wajahnya sendiri. Alih-alih meringis kesakitan, Shira langsung memeriksa ponselnya, penasaran dengan getaran ponselnya yang tiba-tiba muncul tadi.

From: Sekretaris Han

"Kau tidak apa-apa?"

To: Sekretaris Han

"Kau tidak apa-apa?"

Di saat bersamaan, Shira tanpa sengaja juga mengirimkan pesan serupa. Mungkin hidung mancungnya itu menyentuh tombol send saat ponselnya jatuh di atas wajahnya tadi.

Psychomachy - AilizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang