BAB 7

567 69 22
                                    

"Ibumu mati bunuh diri, segera setelah menembak kepala ayahmu sendiri."

Seperti petir di siang bolong, dua kabar itu berhasil mengguncang batin Taehyung. Belum sempat menarik napas setelah mendengar bahwa ibunya telah mati bunuh diri, sekarang ia harus menelan kenyataan bahwa ibunya juga seorang pembunuh. Pembunuh ayah kandungnya.

"Apa kau ingat hari di mana ibu pergi membawamu ke Gwangju?" Ibu panti mencoba menggali ingatannya pada hari di mana ia membawa Taehyung kembali pada ibunya.

"Ibu tidak menyangka bahwa hari itu adalah hari kematian kedua orang tuamu."

Taehyung terseret kembali pada memori dua puluh lima tahun silam ketika dirinya masih berusia lima tahun. Samar dan sulit digali kembali, tetapi ia masih ingat betul suasananya saat itu. Jalanan sangat ramai, penjual terompet dan kembang api berhamburan di mana-mana. Lusa adalah tahun baru, jadi tak ada yang aneh dengan keramaian itu. Hanya saja, untuk pertama kalinya, Taehyung merasa bahagia di hari ulang tahunnya itu.

"Tae!" panggil ibu panti sembari menangkap Taehyung kecil yang sedari tadi berlarian di kerumunan pejalan kaki. "Pegang tangan ibu yang erat, Nak. Ini kota asing. Jangan sampai Tae terpisah dari Ibu!"

"Kita akan ke mana, Bu?"

"Lihat saja, ibu menyiapkan kejutan hebat untukmu."

Sesampainya di tempat tujuan mereka, Ibu panti menekan tombol bel kediaman megah
itu. Mereka menunggu sekian lama di depan, tetapi tak ada yang membukakan pintunya. Ibu panti pun mencoba menarik gagang pintunya. Ternyata pintu itu tak dikunci oleh pemiliknya.

"Tae tunggu saja di sini. Ibu akan masuk ke dalam, ya?" Taehyung kecil hanya mengangguk.

Ketika Ibu panti memasuki kediaman itu, bau anyir menyeruak. Semakin dalam ia masuk, semakin kuat bau itu tercium di penghidunya. Lantas ketika ia sampai pada sebuah ruang kerja di mana bau anyir itu semakin menyengat, ia dapati mayat seorang pria bersimbah darah dengan luka tembak di kepala membuatnya menjerit ketakutan.

Ibu panti pun tergopoh-gopoh lari dari ruang itu sembari mencari keberadaan perempuan yang sempat menitipkan anaknya padanya dulu.

"Ta-Taeri! Di mana kau?!"

Tak menemukan orang yang ia cari, ibu panti segera menghubungi pihak kepolisian dan kembali ke halaman depan untuk mengamankan Taehyung. Tetapi Taehyung menghilang, hanya tersisa dua alas kaki kecil tersusun rapi di depan pintu.

Ibu panti mencoba mencari anak itu di dalam rumah megah itu, sampai akhirnya ia temukan anak itu berdiri di hadapan tubuh seorang wanita yang kakinya terjuntai. Lehernya tergantung pada seutas tali yang diikatkan pada celah langit-langit kamar.

"Aku menemukan malaikat, Bu! Dia melayang, padahal tidak punya sayap!"

Kepingan memori singkat itu perlahan memudar, dan membuka tabir yang selama ini ibu panti tutup rapat-rapat demi menghindar dari perasaan bersalah. Bersalah karena membawa Taehyung kecil bertandang ke tempat kedua orang tuanya yang meregang nyawa, bahkan membuat anak malang itu menyaksikan mayat ibunya sendiri tergantung di hadapannya. Tak ada keberanian dalam diri Ibu panti untuk mengungkap kebenarannya pada Taehyung.

"Jadi, maksudmu... wanita yang tergantung hari itu adalah... ibu kandungku?"

Ibu panti hanya bisa mengangguk. Ia mulai menangis, menyesali apa yang harus Taehyung alami di usia semuda itu.
Ibu panti mengenal ibunya sejak lama. Ibunya hanya seorang gadis lugu yang tergila-gila pada pria kaya raya yang telah berkeluarga. Rela dijadikan simpanan dan bergelimang harta, kebahagiaan itu harus pupus ketika ia mendapati dirinya mengandung anak dari sang pria. Ayahnya kerap kali memaksa ibunya untuk menggugurkan kandungan itu, tetapi ibunya enggan melakukannya. Sampai akhirnya, ia terpaksa menitipkan Taehyung yang baru lahir pada ibu panti agar dapat kembali pada kekasihnya. Saat itu, ia berjanji akan menjemput anaknya kembali, saat ia berhasil meyakinkan kekasihnya untuk merawat Taehyung bersama-sama.

Psychomachy - AilizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang