BAB 3

761 89 45
                                    

Bunyi rotan bambu yang dipukulkan berkali-kali ke meja di hadapan Taehyung sukses membuat Taehyung sedikit terguncang sampai menelan ludah susah payah. Pria bertubuh minimalis yang datang saat pagi buta di halaman flat sewaan miliknya mendadak berubah layaknya seorang algojo kejam yang kerap mengintimidasi para pelaku kejahatan. Tidak mengherankan karena pekerjaannya seorang polisi, maka sorot mata yang tajam itu mungkin biasa ia gunakan tatkala menginterogasi penjahat di kantornya.

Awalnya, ia pikir Choi Jimin hanya seorang anak sekolahan iseng yang datang menghampirinya ingin minta uang jajan. Tetapi, pria itu malah mengaku sebagai saudara kembar Shira, yang berarti usianya juga sebaya dengannya. Menurut Taehyung, Jimin tampak lebih muda dari usianya, sedangkan Shira sebaliknya. Ia sungguh takjub, karena mereka tidak mirip satu sama lain, kecuali tinggi badan yang sama-sama kecil bagi Taehyung.

"Kenapa?! Kenapa adikku bisa hamil?!"

Taehyung rasanya memang seperti sedang disidang sekarang. Daripada harus jujur, Taehyung malah memikirkan alur cerita lain dalam imajinasinya. Demi profesionalitas dalam bekerja sebagai penipu ulung, ia pun membangun sandiwara yang lebih seru lagi.

"Serius? Kau mau tahu cerita kenapa Shira bisa hamil?"

Jimin mengangguk.

"Ini sedikit... menggairahkan."

Jimin pun meraih bangku lalu menyeretnya ke hadapan Taehyung dan duduk di sana, seolah ingin mendengar dalam jarak yang lebih dekat. "Lanjutkanlah."

"Jadi... malam itu, aku dan Shira...."

***

Shira berjalan dengan langkah besar-besar dari ruang kerja menuju mobilnya di area parkir Panache. Seokjin masih bingung pada situasi yang berjalan begitu cepat. Shira mendadak menunda rapat penting perusahaan setelah mendengar ancaman Jimin di telepon. Mungkinkah Shira sungguh-sungguh akan pergi ke Busan sekarang?

"Kau mau menyusul ke Busan? Serius?" tanya Seokjin heran, masih berusaha mengimbangi langkah kaki Shira yang cepat.

"Tentu saja. Aku tak bisa membiarkan pria itu bicara yang tidak-tidak pada keluargaku. Mulutnya itu berbahaya, kau lihat sendiri perbuatannya malam tadi, 'kan?"

Shira masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Seokjin pun tergopoh-gopoh berjalan menuju pintu mobil di sisi sebelahnya. Shira langsung menyalakan mesin dan melajukan mobil. Kaki Seokjin nyaris saja terlindas. Untunglah ia sigap menghindar.

"Ya! Choi Shira! Kenapa kau selalu memperlakukanku begini, sih?!" Seokjin mencengkeram kepalanya sendiri, luar biasa sebal. Wajahnya memerah dan urat lehernya hampir putus. "Aku ini lebih tua darimu tahu!"

Mengemudi selama empat jam hanya untuk kembali ke Busan bukan sesuatu yang pernah Shira pikir akan ia lakukan. Apalagi demi seorang Taehyung. Tetapi, keberadaan Taehyung di sana mungkin saja akan menimbulkan masalah lain yang lebih memusingkan.

Setelah sampai di kediaman orang tuanya, ia langsung saja mencari letak keberadaan penipu kelas kakap itu. Shira menggedor pintu rumah bernuansa tradisional itu dengan membabi buta. "Kim Taehyung! Di mana kau?"

Tak ada jawaban dari dalam. Shira berdecak kesal. Tatkala menunggu direspons, matanya tertuju pada air mancur yang terbuat dari bambu di halaman rumah itu. Bambu tua itu masih terlihat kokoh. Di sana, terukir tulisan yang jelek, tapi masih bisa terbaca. Tulisannya 'Shira sayang Jimin'.

Shira merotasikan bola matanya, tak percaya tulisan menggelikan itu masih awet saja di sana. "Oke. Setelah menghajar Jimin, air mancur itu yang akan kuhancurkan."

Pintu rumah itu akhirnya dibuka. Sesosok wanita paruh baya tampak terkejut melihat Shira. Choi Haneul benar-benar tak menyangka tamu yang datang ialah anak perempuannya yang sudah lama tak mampir ke rumah. Sudah hampir dua belas tahun mungkin.

Psychomachy - AilizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang