Aku mau izin istirahat bentar. Tapi kalau chapter ini bisa nembus 1000 vote dan komen, aku update lagi besok. See you soon♡
"Bu, sepertinya aku akan pulang beberapa hari lagi. Kau tidak usah cemas. Aku menelponmu dengan ponsel calon suamiku. Ibu bisa menyimpan kontaknya jika kau mau."
Ahrin terkekeh kecil, mengapit ponsel hitam tersebut di antara bahu seraya mengeluarkan satu persatu baju dalam koper berwarna abu-abu.
"Ponselku rusak, aku tidak sengaja mencemplungkannya ke dalam bak mandi." Menunggu jawaban di sebrang sana kemudian melanjutkan, "tidak, bu. Tidak usah khawatir. Taehyung sangat baik padaku. Ibu pasti menyukainya kalau kalian bertemu. Dia seorang pria baik, dewasa, pintar, setia bahkan terlahir dari keluarga berada. Aku sangat bersyukur pada Tuhan bisa mendapatkan pria seluar biasa Taehyung. Tuhan sangat baik ya, Bu?"
Memasukan kembali baju-baju yang tidak terpakai ke dalam koper setelah mengeluarkan satu setel pakaian untuk dirinya juga Taehyung, Ahrin menyimpan baju tersebut di atas kasur, menutup koper kembali kemudian menyimpannya di dekat jendela besar.
"Sekarang? Oh, sekarang aku ada di pulau Jeju. Rencananya kami akan mengunjungi berbagai tempat untuk acara resepsi nanti, sekalian menemui designer pembuat gaun pengantin. Masalah cincin, Taehyung telah memesan sepasang cincin berlian langsung dari Paris. Dia bilang, perhiasan itu sangat terbatas dan apa Ibu tahu? ketika aku melihat harganya kepalaku mendadak pusing."
Tersenyum samar, Taehyung mendengarkan percakapan Ahrin di balik dinding lorong menuju kamar. Gadis itu tidak menyadari kehadiran Taehyung yang baru saja datang sehabis membeli beberapa kebutuhan mereka yang tertinggal.
Pria itu memilih diam menunggu gadisnya selesai menelpon dengan seseorang di sebrang sana melalui ponselnya. Menguping baik-baik setiap perkataan hingga tawa manis Ahrin yang membuat hatinya sukses menjadi lebih hangat.
Mengapa? Setelah sekian perbuatan jahat dan kata-kata menyakitkan yang ia lemparkan, Ahrin tetap menutupi segala aibnya kepada sang ibu? Mengapa tak ia katakan kalau ponselnya menjadi tumbal kecemburuanya? Mengapa tak Ahrin katakan kalau ia menikah dengan seorang pria jahat yang anehnya tiba-tiba berubah seakan menjadi seorang pangeran idaman setiap wanita dalam satu malam saja? Mengapa tak Ahrin katakan kalau Taehyung sering kali menggigitnya, memukul pantatnya, mengatainya jalang, memperlakukannya seperti budak dan masih berkata kalau Tuhan itu baik ketika ia jelas hanya di jadikan sebagai istri kedua?
Berjalan perlahan menghampiri si gadis tepat ketika sambungan telepon telah terputus. Menenteng satu buah paper bag kemudian duduk di samping ranjang memperhatikan Ahrin berjalan kesana-kemari merapikan barang bawaan mereka.
Ahrin lantas menoleh menatap Taehyung tiba-tiba datang tanpa permisi, duduk di atas kasur, memperhatikannya dalam diam. "Kau sudah pulang?" tanyanya basa-basi setelah menatap seraut wajah Taehyung lebih redup dari biasanya. "Bagaimana dengan titipanku? Kau tidak lupa membelikanku pembalut, kan? Aku belum menerima jatah tamu bulananku bulan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD PLAYER ✓
RandomBagi Song Ahrin, kehidupan kotor serta tatapan mata menelanjangi dari setiap pria yang ditemuinya sudah terlalu lumrah ia dapati nyaris setiap waktu. Pandangan nakal atau pun keinginan menerkam hidup-hidup. Menjadi bahan imajinasi, dipuja-puja para...