SEJAUH kemampuan otaknya dapat mencerna, Ahrin tidak pernah mengerti bagaimana cara kinerja otak cerdas Kim Taehyung bisa bekerja. Pria itu terlalu berubah-ubah. Tidak dapat diprediksi.
Beberapa waktu lalu, Taehyung mengancamnya sedemikian rupa. Namun tepat pada hari ini, pria itu mengutarakan niat untuk menikahinya secara mendadak. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tidak ada kilatan petir yang menyambar kepalanya, tetapi Taehyung tiba-tiba menjadi orang aneh dalam waktu kelewat singkat.
Dua jam yang lalu, sesaat setelah mereka kembali dari toko perhiasan, perasaan pekat menyelimuti keduanya. Mereka memutuskan untuk kembali tanpa membeli ataupun memilih terlebih dulu bagaimana kiranya ukuran dan kriteria yang Ahrin inginkan. Keduanya terlanjur dibalut emosi. Terlebih Taehyung, pria itu merasa dipermalukan di hadapan pegawai toko ketika lamarannya ditolak mentah-mentah oleh Ahrin.
Suara ban berdecit, mobil mewah berwarna hitam pekat tersebut berhenti di dalam basemen di lantai dua. Sementara sepasang lawan jenis yang menghuni isi dari kendaraan mahal tersebut justru bungkam, saling tenggelam pada pikiran mereka masing-masing. Sebelum Taehyung memutuskan untuk bertanya, "Mengapa kau tidak mau menikah denganku?"
Tersenyum simpul, Ahrin memusatkan atensi hingga manik mereka saling bertemu dalam kobaran amarah tersirat pada kedua bola mata lelaki itu. "Berikan aku alasan mengapa kau mendadak berniat menjadikanku sebagai istrimu? Apa karena kau merasa tidak cukup memiliki Hana dalam hidupmu?" Tatapan si gadis terlihat begitu tajam seolah menuntut penjelasan sejelas mungkin. "Jika kau menikahiku hanya karena memiliki tujuan tertentu yang jelas akan merugikanku, aku tidak mau. Aku tidak mau memulai suatu ikatan sakral dengan awal mengerikan, sebab pernikahan tidak sebercanda itu, Kim Taehyung."
Mencengkram kuat setir mobil seraya menatap sang lawan bicara tak kalah tajam. Pria itu seolah tengah menahan gejolak amarah dalam dadanya mati-matian. "Mengapa kau tidak mau menikah denganku?" Taehyung tidak menggubris perkataan Ahrin sebelumnya, pria itu justru melemparkan pertanyaan kembali ke titik semula. "Aku akan membelikan apapun yang kau mau. Aku akan memberimu uang jauh lebih banyak dari uang yang ku berikan padamu sebelumnya. Aku akan membebaskan kau untuk melakukan apapun yang kau mau, bahkan aku bisa membiayai segala kebutuhan mewahmu atau hobi gila belanjamu itu jika kau mau menjadi istriku."
Menghembuskan napas kasar, Ahrin menjawab begitu yakin. "Aku tetap tidak mau." Sudut bibirnya menyunggingkan senyum sarat akan meremehkan. "Terkecuali jika kau mau membayarku dengan bayaran luar biasa tinggi. Aku akan memikirkannya kembali."
"Berapa?" Tanya si pria langsung. Taehyung muak bertele-tele kesana kemari membicarakan sesuatu yang tak perlu jika ujungnya hanya berpusat kembali pada angka.
"Tidak ada yang memintamu untuk membayarku dengan uang." Ahrin melipat kedua tangan di depan dada. "Tapi aku meminta bayaran yang jauh lebih berharga dari pada uang."
Berdecak pelan, Taehyung sontak menyambar kesal. "Apa? Rumah? Mobil? Atau saham?"
"Hatimu ..." Potong Ahrin tiba-tiba. Pandangannya berubah sendu. Ahrin menatap Taehyung dengan pandangan rumit, sulit untuk di artikan. "Aku memang menggadaikan harga diriku di bawah telapak kakimu. Namun asal kau tahu, seberapa hinanya hidupku di matamu, di mata semua orang, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menjual komitmen dan perasaan kepada siapapun. Terkecuali, jika kau melamarku sebab kau benar-benar mencintaiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD PLAYER ✓
RandomBagi Song Ahrin, kehidupan kotor serta tatapan mata menelanjangi dari setiap pria yang ditemuinya sudah terlalu lumrah ia dapati nyaris setiap waktu. Pandangan nakal atau pun keinginan menerkam hidup-hidup. Menjadi bahan imajinasi, dipuja-puja para...