Chapter 7 || That Night

14.3K 1K 78
                                    

Song Ahrin.

Gadis yang datang padanya beberapa hari lalu itu sukses membuat kinerja otak dan tubuh jauh lebih berantakan. Kepalanya berdenyut hebat, darahnya berdesir setiap kali mengingat bagaimana gadis sialan tersebut berlutut dengan gaun kelewat pendek hingga kedua payudaranya menyembul nyaris melompat. Meski Taehyung telah berusaha untuk tidak menatap sesuatu yang mampu membuat setengah dari kewarasannya berguguran dibawa angin malam, namun rasanya sayang juga untuk dilewatkan. Sebab pria dewasa mana, sih yang akan menolak jika disuguhkan sesuatu menggoda di depan mata? Namun Taehyung tidak menyadari, efek dari tatapannya tempo hari bisa mempengaruhi otak yang semakin kotor dan meliar dalam jangka waktu tidak sebentar.

Menghela napas berat, melonggarkan dasi yang tiba-tiba terasa mencekik. Taehyung menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi, menatap malas pada tumpukan dokumen yang terus menerus menggunung seolah tidak pernah menyurut, membuat dirinya kian merasa jengkel setengah mati. Meraih telepon genggam yang tersimpan rapi di dalam saku celana, berniat memandang sejenak foto sang wanita tercinta berharap-harap sedikit mengurangi panas di kepalanya, hingga dahinya sedikit mengerenyit kala mendapati satu balon pesan yang datang beberapa menit lalu belum sempat terbaca.

Hana

Ibu sakit dan Ayah sedang berada di luar kota belum kembali. Jadi malam ini aku memutuskan untuk tidur di rumah Ibu. Jaga rumah Taehyungie, aku sudah memasakan makan malam untukmu. Aku mencintaimu. Sampai jumpa besok pagi.

Sial, kepalanya berdenyut lebih hebat lagi. Taehyung melipat cepat sebelum melempar asal ponselnya ke atas meja agak keras. Pria itu memejamkan mata, memijat dahi yang terasa pening bukan kepalang. Ia membutuhkan Hana malam ini, namun Hana tidak berada di rumah sampai besok pagi. Sial sekali.

Tepat ketika derit pintu memecah kesunyian yang menyelemuti ruangan sewarna monkrom di sana, Taehyung membuka mata, mengangkat kepala hingga iris jelaganya bertemu tatap dengan seraut wajah tampan tersenyum manis menyapa dari balik pintu.

"Kau sedang sibuk?"

Tanpa menunggu jawaban, orang itu masuk ke dalam ruangan kemudian menutup pintu perlahan-lahan. Suara ketukan sepatunya menggema menjejaki lantai, dipacu kian mendekat sebelum berhenti di depan meja kerja dan kembali bersuara. "Apa kau tidak memeriksa laporanmu? Lihat dokumen yang menumpuk ini." Tangan besarnya menyentuh map-map yang menggunung, meneliti satu persatu, melihat dokumen apa saja yang diabaikan orang itu. "Woah, aku akan mengadukan ini pada Ayah."

Cukup. Taehyung sudah cukup pusing untuk hari ini. Terlebih kedatangan sang kakak yang terkadang merecokinya tidak tahu waktu bisa membuat rasa jengkelnya bertambah berkali-kali lipat. Taehyung mendesah lelah, memijat belakang leher kemudian menyahut acuh. "Jika kau ke sini hanya untuk mencari perkara denganku, lebih baik kau pergi. Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu."

Kim Seokjin lantas terkekeh geli kala perkataannya dibalas oleh raut kesal di wajah adik kecilnya. "Wajahmu kusut sekali, apa ada masalah?"

"Hidupku banyak sekali masalah jika kau ingin tahu, bahkan kehadiranmu di sini saja sudah menambah beban. Lebih baik kau pergi selagi aku memintanya secara baik-baik."

"Jangan galak-galak pada kakakmu," ujarnya sembari menyimpan tangan ke dalam saku celana. "Berhubung aku free malam ini, bagaimana kalau kita minum?"

Taehyung berpikir sejenak, merenggangkan badan sebelum melempar jawaban acuh. "Hmm."

••••

"Kak, bukankah kau mengajakku minum?" Dahinya megkerut, menghadirkan dua lipatan halus di dahi sementara alisnya tertekuk ke bawah sebagai pertanyaan sekaligus bentuk protes dalam satu waktu.

BAD PLAYER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang