Chapter 37 || Don't Leave Me

9.4K 1.2K 1.1K
                                    

Pokoknya rulesnya masih sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pokoknya rulesnya masih sama. See u♡


Menggeleng pasrah, Dokter kepercayaan keluarga Kim menatap Hana penuh rasa bersalah. "Maaf, tapi tidak ada tanda-tanda gejala kehamilan pada istri anda, Tuan Kim."

Mencengkram lengan Dokter Choi kuat, Hana terlihat nyaris menangis, matanya berkaca-kaca, tangannya gemetar, keringat dingin mengalir mengaliri pelipis. Wanita itu lantas berujar penuh harap. "Tidak, tidak. K-Kau pasti salah, coba periksa satu kali lagi."

"Ini sudah ketiga kalinya saya memeriksa anda, Nyonya. Hasilnya tetap sama. Tidak ada tanda-tanda kehidupan dalam rahim anda. Saya telah berusaha memeriksa lebih detail karena anda menolak menggunakan alat test kehamilan yang pasti hasilnya lebih akurat. Tapi jika kalian masih meragukan saya, Tuan dan Nyonya bisa langsung datang ke Rumah Sakit untuk melakukan USG dan mendapat keputusan yang lebih pasti."

Mengangguk seraya menyunggingkan senyum paksa, Taehyung lantas bangkit dari sofa menghampiri Dokter Choi  yang tengah berdiri di samping tempat tidur mereka. Mengusap kepala Hana, akan tetapi mata Taehyung seakan berbanding terbalik dengan perlakuannya. Ia menatap sang istri yang terbaring lemah sembari melesatkan tatapan penuh intimidasi. "Baiklah, kami akan datang besok pagi. Pagi sekali. Tolong siapkan segalanya agar hasilnya nanti tidak dapat mengecewakanku dan istriku. Bukan begitu, Hana?"

Menelan ludah kasar. Hana meremas ujung rok erat-erat sebelum mengangguk lemah. Menatap tepat ke dalam bola mata Taehyung, mengiyakan setiap perkataan yang terkesan dipenuhi penekanan dan entah mengapa tatapan pria itu kini membuatnya agak merasa takut.

"Dokter, perlukah saya mengantarkan anda keluar?" tanya Taehyung tanpa basa-basi, secara tidak langsung menyuruh sang Dokter untuk angkat kaki dari sana secepat mungkin, bahkan tidak peduli jika curah hujan masih lebat mengguyur kota.

"Tidak. Terima kasih. Saya pamit dan selamat malam." Dokter Choi tersenyum maklum, mengenal Taehyung sejak remaja membuatnya mengerti sedikit tentang kepribadian lelaki itu. Lagi pula, ia bisa apa? Seorang dokter keluarga yang hanya bisa diam walau perkataan mereka terkadang sedikit menyinggung perasaannya. Mengangguk pamit, menggenggam tas berwarna hitam pekat lalu beranjak dari sana ketika atmosfer di ruangan itu mendadak menjadi tidak nyaman.

Sepeninggal Dokter Choi, Taehyung lantas terdiam beberapa saat, memijat keningnya kuat-kuat sebelum bangkit meraih jas yang tersampir di atas gantungan, menyemprotkan parfum, merapikan pakaian di depan cermin rias dengan raut wajah agak mengeras. "Tidurlah, aku akan menemui Seokjin. Jangan tunggu aku."

Hana sontak bangkit terduduk, menyorot punggung lebar Taehyung dengan tatapan nanar. Air mata gusar yang sedari tadi ditahan-tahan meluncur begitu saja. Rasanya sakit. Perih. Hana tidak lagi menemukan cinta maupun kerinduan di kedua bola mata lelaki itu bahkan setelah sekian lama mereka tidak bertemu.

"Kau akan menemui Kak Seokjin atau menemui selingkuhanmu?"

Seperti dipaku tepat di bawah telapak kakinya, Taehyung tidak bisa bergerak barang satu inchi pun bahakan ketika hatinya berkata untuk segera pergi dari sana. Tangannya gemetar seiring suara isak tangis seorang wanita menggema mengisi sepi di antara mereka. Keringat dingin membanjiri tubuh bak terkena tumpahan secangkir air dari gelas. Taehyung mendadak kehilangan beribu-ribu kata dalam kepala hingga bibirnya kelu, tak mampu menjawab apa-apa.

BAD PLAYER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang