Selamat malam💜
Sebenarnya vote belum sampai, tapi karena komen melebihi target jadi aku berbaik hati update malam ini. Targetnya masih sama seperti chapter sebelumnya ya pemirsaaa...Mengawali pagi dengan menatap Taehyung yang terlihat jauh lebih rapi dari biasanya. Hana memandang lekat setiap detil lekuk wajah suaminya tanpa kedip. Rambut legam menampilkan dahi paripurna, kemeja hitam dengan satu kancing terbuka, semerbak aroma musk menguar dan jangan lupakan sepatu baru yang ia beli dua hari lalu terpasang apik pada ke dua kakinya.
Sulit untuk tetap berpikir positif ketika kepala telah didominasi oleh kelabu yang menyesakkan dada. Sulit untuk tetap percaya ketika hatinya menaruh rasa curiga, sebab Hana takut jika prasangkanya menjadi nyata.
Entah mengapa hari ini Taehyung terlihat sedikit berbeda, entah itu hanya perasaannya saja atau Taehyung benar-benar hendak memulai hari seperti biasa. Instingnya mengatakan untuk tidak membiarkan Taehyung pergi kemana pun hari ini. Taehyung harus tetap di sini. Menemaninya. Entah itu sebagai firasat buruk atau bentuk manifestasi akan kerinduannya saja, Hana tidak mengerti.
Tidak habis akal, wanita itu berujar penuh harap, "Taehyungie, aku rasa, aku sedikit demam. Bisakah kau mengantarku pergi ke Rumah Sakit?"
Menelan berat makanan yang tengah ia kunyah, Taehyung terlihat ragu. Menyimpan sumpit di atas mangkuk bahkan ketika makanan belum sepenunya tandas. "Aku memiliki jadwal pertemuan hari ini, Hana." Rasa sesal jelas tergambar pada kedua netra. "Tidak masalah jika aku meminta asistenku mengantarmu ke sana?"
Rancana kecilnya gagal total. Jika biasanya Taehyung bisa mendadak menjadi manusia paling over protektif ketika Hana mengeluh mengenai kesahatannya, menemani istrinya seharian penuh tanpa memperdulikan pekerjaan yang menumpuk di atas meja kantor, meluangkan waktu di tengah-tengah jadwal padat atau langsung membawanya menuju pusat kesehatan bahkan saat Hana hanya mengalami gejala kelelahan. Kini Taehyung mulai berubah. Berubah menjadi sedikit lebih abai.
Pria itu beranjak, meraih jas yang tersampir di sandaran kursi, memakai arloji kemudian menyambar kunci mobil terburu-buru seolah perkataan Hana mengingatkannya pada sesuatu. "Aku pergi dulu."
Tidak ada ciuman di dahi. Tidak ada kata-kata manis yang biasa terlontar sebelum pergi. Taehyung bahkan meninggalkan Hana tanpa menunggu jawaban sang istri terlebih dulu.
Membuat wanita itu dirundung pedih kembali. Rasa kecewa yang telah terlanjur tertanam tak bisa dipulihkan lagi. Hana tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika perasaannya selalu terasa was-was setiap waktu setelah malam itu terjadi. Seolah ia tidak lagi bisa percaya pada segala perkataan Taehyung bahkan saat pria itu berkata jujur sekalipun. Kepercayaan yang telah rusak tidak mungkin dapat kembali dalam secepat kilatan cahaya. Semua perlu waktu. Semua membutuhkan proses, apalagi ketika Taehyung menunjukan perlakuan yang semakin berbeda setiap harinya.
Hana tidak tahu jika perubahan ini benar adanya, atau hanya bentuk rasa takut yang terlalu menggelora.
••••
"Kau ingin pergi belanja?" Taehyung menyeruput kopi secara perlahan seraya menbaca koran. Berangkat kelewat pagi hanya untuk pergi ke tempat ini, bahkan pria itu membodohi sang istri dengan dalih memiliki rapat penting serta membohongi pegawainya berkata kalau ia tengah sakit dan membutuhkan istirahat total.
Semua orang tidak tahu jika Taehyung menyambangi rumah tetangga di sebelahnya. Yang mereka tahu jika Taehyung tidak bisa diganggu untuk sementara waktu. Jadi, ia bisa menghabiskan seharian penuh bersantai di atas kursi sembari menatap gadis dengan pakaian minim memoleskan cat kuku pada jemarinya yang lentik terlampau hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD PLAYER ✓
RandomBagi Song Ahrin, kehidupan kotor serta tatapan mata menelanjangi dari setiap pria yang ditemuinya sudah terlalu lumrah ia dapati nyaris setiap waktu. Pandangan nakal atau pun keinginan menerkam hidup-hidup. Menjadi bahan imajinasi, dipuja-puja para...